'Aku janji akan meluluhkan hati yang dingin, menjadi hangat seperti dulu'
-----
Setelah sarapan tadi Rina memutuskan untuk mengobrol dengan menantunya di jalan rumah.
"Sayang bagaimana perlakuan Atthar pada mu?" tanya Rina lembut.
Adibah yang mendapatkan pertanyaan seperti itu bingung menjawabnya.
"Alhamdulillah, Bun Kak Atthar baik kok." kata Adibah ragu.
Mungkin sekarang sudah saatnya menantunya mengetahui apa yang terjadi dengan Putranya.
"Sayang Bunda ingin bicara padamu, tapi Bunda harap kamu bisa menerima ini." kata Bunda sambil mengelus pucuk kepala menantunya.
"Maaf Bun, kalau boleh tanya memang Bunda ingin bicara apa?" kata Adibah sopan.
"Baiklah dengarkan Bunda ya."
Adibah hanya tersenyum dan mengangguk. Cukup lama Rini menceritakan semua kejadian masa lalu anaknya. Adibah yang mendengarkan mengucap istifar dalam hati, rasanya sakit sekali saat mengetahui masa kelam suaminya.Sekarang jika boleh Adibah ingin menangis, tapi dirinya malu jika menangis di depan sang Ibu mertua. Ia janji akan membuat Atthar tersadar lagi seperti dulu.
Rani yang melihat raut kesedihan dari wajah menantunya mencoba meyakinkan dan menenagkannya.
"Jangan menangis sayang, Bunda tau kamu sedih" kata Rani menarik tubuh menantunya kedalam pelukan.
"Bunda mohon, janji sama Bunda, untuk merubah suamimu seperti dulu." kata Bunda memohon.
"Iya Bun, Dibah janji sama Bunda akan merubah Kak Atthar seperti dulu."
'Khmm'
"Saya cariin kamu disini! Sudah sekarang kita pulang" kata Atthar dingin.
Entah, sejak kapan laki-laki itu ada di belakang Adibah dan Bunda sampai tidak sadar.
"Kamu ini Bang, bikin jantung Bunda kaget." kata Rina menetralkan suasana yang canggu antara dua pasangan halal itu.
"Maaf Bun, Atthar dan Adibah harus pulang sekarang, besok kami akan kuliah soalnya." kata Atthar berpamitan dengan Bundanya.
Sementara dengan Ayahnya sudah tadi di dalam.
"Baiklah, hati-hati ya nak, jagain menantu Bunda." kata Rina pada anaknya.
"Iya Bun, yasudah kami pamit."
"Tapi Kak aku belum pamit sama Ayah." kata Adibah.
"Tadi saya sudah bilang, lagi pula Ayah sedang mengerjakan pekerjaan kantor." jelas Atthar.
"Baiklah Kak" kata Adibah menunduk.
"Bun, adibah pamit ya" kata Adibah pamit pada mertuanya.
"Iya sayang hati-hati, cepet kasih Bunda cucu ya."
Oh tidak, Adibah sekarang sangat malu, dia hanya menganggukan kepala saja sambil tersenyum.
Atthar yang mendengar penuturan Bundanya tidak habis fikir, menyentuh gadis itu saja tidak pernah.
"Assalamualaikum Bun" salam kami berdua.
"Waalaikumsalam" balas Bunda.
Selama di perjalan sepasang kekasih halal itu hanya diam. Tidak ada yang memualai pembicaraan satu pun. Baik Adibah maupun Atthar hanya fokus dengan fikirannya masing-masing.
Sampai lah mereka berdua di rumah. Atthar langsung keluar dari mobil tanpa menunggu gadis itu. Adibah yang sadar kalau sudah sampai di depan rumah, melihat suaminya yang teruan duluan sepertu itu mengucap Istighfar dalam hati. Dia harus sabar menghadapi sikap suaminya.
🍁🍁🍁
Jam menunjukan pukul 19.00 malam Adibah keluar dari kamarnya setelah membersihkan diri. Suara hujan semakin terdengar lebat. Adibah yang tidak melihat keberadaan suaminya berinisiatif untuk mencarinya.
Ternyata Atthar sedang mengerjakan skripsi karena dia sebentara lagi berada di semester akhir kuliahnya.
Adibah berinisiatif membuatkan coklat hangat untuk Atthar. Semoga saja suaminya itu suka. Setelah selesai ia menghampiri suaminya dengan dua gelas yang berada di tangannya.
Atthar yang sadar dengan kehadiran gadis itu. Langsung mendongakakan kepalanya.
Sementara Adibah menyodorkan satu gelas coklat hangat yang ia bikin untuk suaminya tadi.
Awalnya Atthar tidak ingin menerima, tapi tubuhnya berkata lain malah menerima gelas yang di berikan gadis itu dan meminumnya.
"Duduk! Mau sampai kapan kamu berdiri disitu" ujar Atthar.
Adibah yang disuruh langsung duduk.
Attahar kembali fokus dengan laptop dihadapannya. Tanpa memperdulikan gadis di sampinya.
Adibah yang sadar akan suasana canggung ini, perlahan membuka suaranya.
"Kak" kata Adibah memanggil Atthar.
Sementara Atthar masih fokus dengan laptopnya mengacuhkan Adibah.
Adibah yang tidak mendapat jawaban dari Atthar menghela napasnya, ia harus sabar menghadapi sikap Attahar. Adibah memberanikan diri untuk bicara.
"Baiklah jika Kak tidak ingin mendengarkan ku, tapi Adibah hanya ingin bicara dengan Kakak." kata Adibah sambil menghelan nafasnya
"Kak memang tidak suka dengan ku, tapi tolong hargai Aku sebagai istri Kak."
Atthar yang mendengar penuturan gadisnya perlahan menutup laptop. Sekejap ia memandang istrinya tapi setelah itu dirinya meninggalkan Adibah, menuju ke kamar. Atthar tak habis fikir berani- beraninya Adibah berbicara seperti itu, dia muak dengan semua ini.
Adibah yang ditinggalkan hanya mengelus dadanya bersabar, sedetik berikutnya dia menangis. Tapi dirinya tidak boleh menyerah. Adibah yakin suatu saat nanti Atthar akan menerimanya.
Adibah menyusul Attahar ke kamar, dilihatnya Atthar yang sudah tertidur dia atas ranjang. Perlahan ia naik ke atas ranjang dan tidur di samping suaminya. Sedetik kemuadian Adibah memiringkan badan ke arah suaminya dan melihat kearah suaminya. Adibah sangat suka sekali dengan wajah tenang Atthar saat ia tidur, berbeda sekali saat suaminya bangun akan terkesan cuek sekali.
"Aku janji akan membuat Kak mencintai ku, aku akan tunggu waktu itu tiba." kata Adibah pelan agar tidak mengusik tidur suaminya.
Perlahan Adibah mulai menutup matanya dan telelap.
Sebanarnya Atthar belum tidur, ia hanya menutup matanya. Atthar yang mendengar penuturan gadisnya, seketika hatinya terhenyuh.
Dipandangnya wajah adibah.
"Maafkan Saya, Saya masih belum bisa menerima masa lalu saya, maafkan saya." kata Atthar pelan.
Perlahan Atthar merengkuh tubuh Adibah kedalam pelukannya. Dan mulai menyusul Adibah kedalam mimpi.
Haii...
Ketemu lagi sama aku.
Sorry baru update lagi hehh...
Soalny kemarin kemarin masih bingung mau update apa engga.
Janga lupa vote dan coment ya.
Makasih teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Storie d'amore•Proses Revisi• Adibah Putri Humairah seorang gadis berparas cantik, dengan kepribadian luga dan sopan yang harus di jodohkan dengan laki-laki pemilik kepribadian yang bersifat dingin Muhammad Atthar Al Hafidz yang merupakan mahasiswa semester akhir...