Prolog

1.8K 117 2
                                        

Flashback ON

Seorang laki-laki dengan balutan jas berwarana Hitam duduk dihadap orang tua mempelai wanita yang akan ia nikahi putrinya.

Seketika laki-laki itu merasakan atsmosfer di ruangan seketika menjadi tegang.

"Baik, Kamu siapa nak ?" ucap Rahmat; Abi Adibah.

Atthar menganggukkan kepala dengan mantap.

Suara milik Abi Adibah menggema ke seluruh ruangan.

"Bismillahirrahmanirrahim, Qabiltu nikahaha Adibah Putri Humairah binti Arya wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq".

Atthar menarik nafasnya dan menghembuskan nya dan mulai melantunkan ijab kabul tersebut.

"Qabiltu nikahaha Adibah Putri Humairah binti Arya wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq" ucap Atthar lancar.

"Bagaiman para saksi sah?" tanya Rahmat pada seluruh tamu yang menghampiri pernikahan tersebut.

Sah!

Sah!

"Allhamdulillah" ucap seluruh tamu undangan.

🌠🌠🌠

Gadis dengan balutan baju pengantin yang melekat ditubuhnya kini terharu, saat mendengarkan ucapan akad yang di lantunkan oleh pria yang kini menjadi suaminya. Kini status Adibah berganti menjadi seorang istri. Adibah menangis haru di pelukan Umi Fatimah, wanita yang telah melahirkan dirinya. Tidak hanya Adibah saja yang terharu disini tetapi Rina dan juga Fatimah sangat terharu.

"Sudah  dong anak Umi! jangan nangis yah, nanti mek-up Kamu luntur loh !" ujar Fatimah sambil menangkupkan wajah putri yang sangat ia sayangi.

"Tidak kok Umi! Adibah hanya menangis bahagia, maafkan Adibah ya Umi jika selama Adibah belum bisa menjadi anak yang baik dan berbakti pada Umil." ucap Adibah menatap mata Uminya.

"Tidak nak, Kamu tidak pernah menyusahkan Umi! Bahkan Kamu anak yang sangat baik bagi Umi." sambil mengusap Air mata Anaknya.

Rina yang melihat pemandangan di depannya sangat terharu. Rina bersyukur karena Adibah menerima sebagai menantunya. Karena kelembutan hati dan kebaikan gadis itu yang sangat Rina sukai. Semoga bahtera rumah tangga anak dan menantunya selalu di lindungi oleh Allah.

"Umi terimakasih selama ini telah membesarkan Adibah hingga saat ini! Terimakasih telah bersabar dengan sikap Adibah, Adibah sayang Umi." kata Adibah berhambur ke dalam pelukannya Uminya.

"Shtt... Sudah syang itu memang tugas Umi sebagai orang tua-mu, Umi pun sayang sekali padamu. Pesan Umi jadilah istri yang baik pada suamimu dan ikutilah kemana pun suamimu pergi." balas Fatimah menasihati putri tercintanya.

"Baik Umi Adibah akan selalu mengingat pesan Umi."

Adibah yang melihat Ibu mertuanya berada di sini, menghampiri Rina yang sedang memeperhatikannya. Rina langsung memeluk menantunya, sekarang Adibah sudah di anggap seperti putrinya sendiri.

"Terimakasih sayang sudah bersedia menjadi menantu Bunda. Bunda harap Kamu akan menerima anak Bunda, walaupun kalian dijodohkan seperti ini." ujar Rina, kini dia menumpahkan air mata yang sedari tadi ia tahan.

"Sama-sama Bun, seharusnya Adibah yang berterimakasih." balas Adibah memeluk erat Bunda Rina

Fatimah yang melihat ke dekatan anak dengan sahabatnya merasa lega. Jadi dia tidak perlu menghawatirkan putrinya, karena Rina sangat menyayangi putrinya.

"Sudah yuk! Kita turun kebawah, semua orang sudah menunggu." ujar Fatimah.

Rina dan Adibah melepaskan pelukannya masing-masing, menuju ke acar inti di bawah.

 My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang