31

1.7K 71 1
                                    

Kini usia Azzam sudah memasuki 1 tahun. Semakin bertambah usia Azzam membuatnya semakin menjadi anak laki-laki yang lucu. Kini Azzam sudah mulai super aktif, terkadang Adibah sampai kewalahan menuruti kemauan anaknya. Seperti sekarang Adibah sedang mengejar Azzam yang sedang berlari di halaman teras rumah.

"Sayang pelan-pelan lari nya!" ujar Adibah memperingati putranya. Takut takut Azzam jatuh.

Azzam yang senang berlari semakin kecang berlari. Apalagi saat melihat Umi nya yang sedang berlari mengejarnya. Karena terlalu senang berlari sampai-sampai Azzam tidak melihat ada batu di depannya. Akhirnya Azzam terjatuh dan menangis sesegukan.

Adibah yang melihat anaknya terjatuh buru-buru menghampiri Azzam, membawa Azzam kedalam gendongannya menenangkan Azzam agar berhenti menangis.

"Hiks...hiks...hiks... Atit mi." tangis Azzam sesegukan di dalam dekapan Adibah.

"Shtt, sudah sayang jangan menangis, anak Umi kan pintar! Sudah ya jangan menangis." kata Adibah menenangkan Azzam mengusap punggung putranya. Mendudukkan dirinya di kursi panjang yang berada di teras depan rumah.

Adibah terus menenangkan anaknya, hingga berhenti menangis. Saking fokusnya Adibah dengan Azzam, suara klakson mobil tidak terdengar di indara pendengaran Adibah.

Atthar yang baru saja sampai, memarkirkan mobilnya di pelataran rumah. Atthar keluar dari mobil yang ia tunggangi. Saat ia ingin masuk ke dalam rumah Atthar melihat Adibah yang sedang menenangkan anaknya yang menangis. Atthar segera menghampiri Adibah.

"Assalamualaikum sayang." salam Atthar.

Adibah yang tersadar akan suara milik suaminya melihat Atthar yang berdiri di hadapannya.

"Waalaikumsalam, Kakak kapan sampai?" tanya Adibah bingung, menyalimi tangan Atthar.

"Tadi sayang." kekeh Atthar sambil mengecup kening Adibah.

"Azzam kenapa hmm? Sini sama Abi." tanya Atthar mengambil alih Azzam dari gendongan Adibah.

Azzam yang berada di gendongan Atthar berhenti menangis. Memainkan tangannya di dagu Atthar. "Bi-bi atit atit." kata Azzam mengadu pada Atthar.

"Tadi jatuh Kak karena lari-lari." beri tahu Adibah pada Atthar.

Atthar terkekeh. Memang anaknya sekarang lebih aktif dari biasanya. Kasihan istrinya kewalahan mengurus Azzam.

"Yasudah hayu masuk udah mau magrib sayang!" ajak Atthar, mengangkat tangannya merangkul tubuh mungil Adibah. Adibah tersenyum mengagukkan kepalanya. Ikut masuk bersama Atthar.

🌠🌠🌠

Kini keluarga kecil Atthar sedang makan bersama. Atthar tersenyum melihat anaknya yang super aktif, bahkan putranya sudah semakin pintar karena sudah bisa makan sendiri.

"Pelan-pelan dong anak Abi makannya." kekeh Atthar membersihkan makanan yang menempel di pipi Azzam.

"Ya-ya-ya." jawab Azzam berceloteh seperti anak kecil. Mengerti apa yang di bicarakan Abi nya.

"Azzam mamam nya Umi suapin ya!" ujar Adibah.

Azzam menggelengkan kepala. " nda-nda Umi." kata Azzam menolak tawaran Uminya.

"Sudah gapapa sayang, biar Azzam makan sendiri aja." ujar Atthar. Adibah tersenyum  menganggukkan kepalanya.

Adibah tersenyum melihat interaksi Ayah dan anak tersebut. Adibah bersyukur karena Maha Pencipta telah mempertemukannya dengan Atthar dalam ikatan pernikahan. Adibah bersyukur karena Atthar mencintai nya. Adibah bersyukur karena Atthar kembali menjadi dirinya yang seperti dulu. Adibah sangat berterimakasih kepada Allah karena selalu melindungi keluarga kecilnya.

Setelah makan Adibah membereskan bekas makanan tersebut. Sementara Atthar sudah ke kamar bersama Azzam. Ayah dan anak itu kini sedang bermain di kamar. Adibah memutuskan untuk mencuci piring, selagi Azzam sedang bersama suaminya ia jadi bisa membereskan pekerjaan rumah. Adibah memutuskan untuk tidak berkuliah lagi, toh Atthar mengizinkannya. adibah ingin fokus mengurus keluarga kecilnya.

Sesuatu menimpah di pundak milik Adibah, sebuah tangan melingkar sempurna di perut Adibah. Teryata suaminya yang sedang memeluknya dari belakang. Jantung Adibah bergemuruh hebat, padahal sudah sering sekali Atthar memperlakukannya seperti ini.

"Kakak." lirih Adibah menetralisir detak jantungnya.

"Sebentar aja sayang, aku rindu kamu!" ujar Atthar sambil mengendus -ngendus celeruk leher istrinya.

Adibah hanya bisa pasrah, menyelesaikan acara mencuci piring nya. Dirasa cukup selesai Adibah membalikkan badannya menghadap Atthar. Menatap lekat setiap inci wajah suaminya.

Atthar terkekeh, semakin mengeratkan pelukannya di pinggang milik Adibah. Mendekatkan wajahnya pada wajah Adibah. Mengecup satu persatu setiap inci wajah Adibah. Dari mulai kening, pipi chubby Adibah, hidung, hingga bibir mungil Adibah yang selalu membuatnya candu.

Pipi Adibah bersemu merah akibat ulah suaminya. Entah, keberanian dari mana Adibah secepat kilat mengecup sekilas bibir milik Atthar. Saking malu nya Adibah pada Atthar ia menubruk dada bidang Atthar. Masuk kedalam pelukkan Atthar.

Atthar terkekah melihat tingkah menggemaskan istrinya. Mengeratkan pelukannya lebih erat. "Rasanya aku ingin nerkam kamu sayang!" bisik Atthar di telinga Adibah.

Adibah memelototkan matanya saat mendengar ucapan Atthar. Adibah mencubit pinggang suaminya.

"Arggh... Sakit sayang, kok kamu kejam banget sih!" ringis Atthar mengusap bekas cubitan di pinggang.

"Ya, habisnya Kakak kalau ngomong ngaur terus." ujar Adibah terkekeh.

"Azzam mana Kak?" tanya Adibah, karena tidak melihat anaknya.

"Udah bobo sayang."

Adibah menganggukkan kepalanya. Dengan cepat Atthar menggendong Adibah ala bride style menuju kamar. Sementara Adibah semakin menyeludupkan kepalanya ke dada bidang milik Atthar.

Atthar menurunkan tubuh Adibah di sofa yang berada di balkon kamar mereka. Atthar duduk di samping istrinya. Mengelus pucuk kepala Adibah yang terbalut dengan jilbab maroon nya.

Adibah terlarut dengan suasana bintang yang menghiasi langit di atas sana. Adiban menatap setiap inci wajah tampan suaminya, masuk kedalam dekapan hangat Atthar kini menjadi hobby baru nya. Mencium dalam-dalam aroma mint tubuh suaminya.

Atthar terkekeh dengan perlakuan Adibah yang mengagetkannya. Dia semakin mempererat pelukannya dengan Adibah. Atthar sangat bersyukur telah di pertemukan dengan wanita sebaik Adibah, karena Adibah ia bisa melewati masa kelam yang di alami. Atthar selalu berdoa kepada sang maha pencipta agar dipersatukan hingga jannah nya oleh Allah.

"I love you dear." kata Atthar tulus, mengecup kening Adibah.

"Too dear."

Pertemuan yang tak pernah terduga yang mereka alami, kini dua pasangan kekasih halal itu di persatukan dengan ikat suci pernikahan. Yang tadinya mereka tidak saling mencintai, menjadi mencintai satu sama lain. Percayalah, Di setiap perjuangan pasti akan membuahkan hasil yang sangat baik. Kini keduanya melengkapi satu sama lain. Bahkan, tak ingin berpisah sekali pun.


Hii gais...
Maaf nih baru update lagi, soalnya baru sempet. Jaga kesehatan selalu ya gais. Jangan lupa vote and comment biar aku nya tambah semangat hehehe.



 My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang