End

3K 89 1
                                    

Harus banget baca part ini ya!

Jangan kaget ya gaiss...
Siap-siap tissue.

Seorang perempuan dengan balutan jilbab coksu tengah menghubungi suaminya yang tidak ada kabar, bahkan Atthar tak memberi kabar satu pun tentang dirinya sedang dimana. Rasa cemas Adibah semakin bertambah saat nomor telpon suaminya tidak aktif. Sedari tadi Adibah terus mondar mandir di dalam kamarnya. Sementara Azzam sudah terlelap setelah sholat magrib tadi.

Suara mobil terdengar di indra pendengar Adibah. Adibah harap itu adalah suara mobil milik suaminya. Adibah buru-buru kebawah menghampiri pemilik mobil tersebut. Dengan langkah tergesa-gesa Adibah menuruni anak tangga. Adibah membuka pintu perlahan, berharap suaminya yang datang.

"Kakak, Adibah ka--" ucapan Adibah terputus saat melihat Arsyila beserta fatan yang datang.

Adibah merasa aneh, terlihat wajah penuh khawatir di wajah Arsyila dan Fatan. Adibah menyuruh mereka berdua masuk lebih dulu.

"Masuk dulu Syil, kak Fatan."

"Gak usah syil." cegah Arsyila.

"Aku mau bicara sesuatu, tapi kamu harus kuat ya!" ujar Arsyila dengan tatap sendu.

Adibah penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Arsyila. Adibah mengangguk, perasaannya mulai tak enak. Ada apa dengan semua ini? Bahkan, sahabatnya menyuruh dirinya untuk kuat! Maksud Arsyila apa? Seperti seolah-olah ada meninggalkannya kali ini.

Arsyila menatap wajah Adibah sendu. Menggenggam telapak tangan Adibah erat untuk menguatkan sahabatnya. Arsyila seolah-olah meminta persetujuan dari Fatan untuk memberitahu sahabat. Saat Fatan mengangguk Arsyila membuka suaranya.

"Kak Atthar kecelakaan Adibah." lirih Arsyila tak kuat memberi tahu hal ini pada sahabatnya.

Adibah membekap mulutnya tak percaya. Tidak, tidak mungkin Atthar kecelakaan. Adibah menguatkan dirinya untuk tetap tersadar, tidak ini pasti mimpi! Rasa takut kehilangan Adibah menyeruak di dada Adibah. Begitu sesak saat mengetahui suaminya tidak baik-baik saja. Adibah menitihkan air matanya, tersadar bahwa ini bukan mimpi.

Napas Adibah tercekat "Gak! Gak mungkin syila!" lirih Adiabah dengan suara bergetar karena merendam tangisnya.

"Kak Fatan, bilang ke Adibah kalau ini gak benar!" teriak Adibah.

Fatan yang melihat istri sahabatnya begitu rapuh tak kuat melihatnya, tetapi ini memang benar. "Maaf Adibah, tapi ini memang benar." lirih Fatan.

Adibah menggeleng tak percaya, baru saja hidupnya keluarga kecilnya terasa lengkap dan sangat bahagia, tetapi cobaan datang kemabali menghampiri mereka. Tangis Adibah pecah, Adibah menggelengkan kepalanya, menangis sesegukan. Tidak! Atthar tidak mungkin meninggalkan dirinya, Atthar sudah berjanji pada Adibah jika tak akan meninggalkannya.

Arsyila yang melihat tubuh rapuh sahabatnya, menarik Adibah kedalam pelukan memeluk tubuh Adibah sedikit erat agar tidak bayi yang di kandungan nya tidak tertekan. Memang Arsyila sedang hamil anak pertama sekarang, usia kehamilan Arsyila sudah memasuki 7 bulan.

"Shtt... Kamu yang kuat Adibah, aku yakin suami kamu kuat." ujar Arsyila menenangkan Adibah.

"Lebih baik kita kerumah sakit sekarang." kata Fatan.

Saking rapuhnya Adibah, ia sampai lupa dengan Azzam yang sedang tertidur di kamar. "Azzam di kamar Syil." beritahu Adibah dengan suara sesegukkan.

"Biar Kak Fatan yang ambil Azzam! Sekarang kita ke mobil ya Adibah." ajak Arsyila.

Arsyila menuntu tubuh rapuh sahabatnya masuk ke dalam mobil. Sementara Fatan mengambil Azzam. Setelah Fatan mengambil Azzam, Fatan buru-buru masuk ke dalam mobil. Melajukan mobilnya dengan ke cepata rata-rata tidak ingin membahayakan seisi mobil.

 My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang