Kamar bernuansa putih dengan bau obat-obatan yang menyengat di indra penciuman Adibah. Adibah mulai mengerjapkan matanya, seingat Adibah kemari ia sedang berada di gedung kosong. Yap, wanita bernama Lea membahayakan dirinya dan calon anaknya. Seketika Adibah refleks meraba perutnya yang disana terdapat calon anaknya. Syukurlah, calon anaknya baik saja. Adibah mengehela napasnya. Bersyukur pada Allah yang melindungi dirinya.
Adibah mencari sesosok Atthar yang menyelamatkan, mungkin jika suaminya telat sedikit saja ia akan kehilang calon anaknya. Adibah tersenyum takkala melihat Atthar yang sedang tertidur dengan posisi duduk menjadikan tanganya tumpuan untuk kepalanya.
Adibah tersenyum sambil mengelus rambut hitam pekat suaminya. Adibah sangat suka sekali melihat wajah tenang Atthar saat tidur.
Atthar yang merasa terusik dari tidurnya, mengerjapkan mata. Menunggu nyawa berkumpul kembali, sungguh indah pemandangan di depannya sekarang. Melihat sang istri yang tersenyum padanya. Hati nya kembali tenang saat melihat Adibah sudah sadar.
"Syukurlah, kamu sudah bangun sayang, aku tidak tahu jika hidup tanpa akan menjadi seperti apa, mung---" ucap Atthar meraih tangan Adibah untuk di cium berulang kali. Ucapan Atthar terpotong karena tangan istrinya menyuruh untuk berhenti berbicara.
"Shtt... Jangan pernah bicara seperti itu Kak! Adibah akan slalu di samping Kak." jelas Adibah dengan bibir pucat pasihnya.
Saat ini Atthar hanya diam, mencium kening istrinya berulang kali.
"Baby kita kuat sayang! Dia bertahan demi kita." ujar Atthar bahagia sambil mengelus perut istrinya yang sedikit membuncit.
Adibah tersenyum, baby nya memang kuat. Terimakasih Ya Allah telah menyelamatkan calon anaknya.
"Syukurlah Kak, baby memang kuat." balas Adibah.
"Sekarang Umi ingin apa hmm?" tanya Atthar.
Adibah yang mendengarkan penuturan suaminya menjadi salah tingkah. Bahkan pipinya saja sudah seperti kepiting rebus.
"Adibah hanya ingin, Kak tidur disini denga Adibah." kata Adibah malu, mengungkapkan keinginannya.
Atthar menuruti perintah istrinya. Naik ke atas Branker rumah sakit. Membawa Adibah kedalam pelukannya, dengan hati-hati takut menyakiti calon anaknya. Merebahkan tubuh istrinya. Mengecup kening Adibah berulang kali. "Umi manja ya!" bisik Atthar menggoda istrinya.
Adibah menyelusupkan kepalanya ke dada bidang suaminya. Menyebalkan sekali, Atthar menggodanya terus sedari tadi. Kini Adibah asik dengan aroma mint dari tubuh Atthar. Aroma yang sangat ia sukai.
Tanpa sadar pasangan halal tersebut mulai masuk kedalam alam sadarnya masing-masing.
🌠🌠🌠
Perempuan dengan jilbab biru langit kini sedang memasang wajah andalannya. Kini usia kandungan Adibah sudah memasuki lima bulan kehamilan. Bahkan Atthar semakin over protektif padanya sekarang. Sedari tadi Adibah terus meminta di belikan sesuatu dan Atthar selalu menurutinya. Tetapi untuk kali ini suaminya tidak menuruti keinginanya. Sedari tadi mata Adibah sudah berkaca-kaca akibat kesal dengan suaminya.
Atthar menghela napasnya , sedari tadi apa pun yang Adibah inginkan selalu ia turuti. Tetapi untuk kali ini tidak! Bagaimana bisa dia ingin menuruti keinginan istrinya yang sangat aneh! Masa Adibah ingin memberikan make-up Ke wajah tampannya. Memang tidak ada salin itu apa! Atthar yang melihat mata istrinya berkaca-kaca, mau tidak mau menuruti kemauan Adibah.
"Oke-oke Kamu boleh make -up wajah Aku! Tapi Kamu jangan nangis." ujar Atthar sambil terduduk lemas di sofa.
Adibah yang mendengarkan ucapan Atthar, seketika matanya menjadi berbinar. "Beneran? Kak gapapa?" tanya Adibah memastikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/224453882-288-k539577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Romance•Proses Revisi• Adibah Putri Humairah seorang gadis berparas cantik, dengan kepribadian luga dan sopan yang harus di jodohkan dengan laki-laki pemilik kepribadian yang bersifat dingin Muhammad Atthar Al Hafidz yang merupakan mahasiswa semester akhir...