03

1.5K 108 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Jangan lupa di kasih bintang ya, syukron kalian.


Degg

Gadis itu, gadis yang ia tolong saat pelaksanaan ospek. Tidak, Atthar tidak menyangka jika gadis itu calon istrinya. Kenapa jantungnya makin tidak karuan seperti ini. Bertolak belakang dengan hatinya.

Adibah yang mendengarkan penuturan Abinya jadi salah tingakah. Padahal ia masih tidak percaya dengan hal ini. Bahkan sekarang pipinya sudah merona. Mungkin, jika Adibah tidak menundukkan kepalanya sudah terlihat jika dia malu.

"Yasudah lebih baik sekarang kita makan bersama ya!" tawar Fatimah, mengajak tamunya untuk makan bersama.

Dua keluarga itu kini sedang memakan makanan yang sudah di sajikan, banyak sekali perbincangan tentang sepeutar pernikahan Atthar dan Adibah.

Setelah melaksanakan makan bersama keluar sahabat Ayah memutuskan untuk pulang ke kediaman mereka.

🌠🌠🌠

Kini Adibah sedang berada di dalam kamarnya. Kejadian tadi terus berputar di ingatan kepalanya. Ini semua terlalu mendadak. Satu sisi Adibah berusaha ikhlas menerima semua ini dan satu sisi Adibah menerima perjodohan ini karena tidak ingin membuat keluarganya sedih. Semoga Allah meridhoi apa yang menjadi pilihannya.

Adibah memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak. Saat dia ingin menutup matanya suara pintu berbunyi. Dia mengubah posisi badan ya menjadi duduk.

Tok tok tok

"Nak Umi masuk ya!" ujar Umi.

Fatimah membuka knop pintu kamar putrinya, dia memasuki kamar putrinya. Tersenyum pada Adibah. Fatimah mengerti perasaan apa yang sedang di alami oleh putrinya. Ini yang dia takutkan jika Adibah mengetahuinya. Fatimah tau jika putrinya menerima perjodohan ini karena ingin membuat orang tuanya bahagia.

"Umi ingin bicara padamu nak!" kata Fatimah duduk di bibir kasur.

Adibah tetap tersenyum pada Uminya, walau hati nya sedang gelisah. "Iya Umi, silahkan." jawab Adibah.

"Maafkan Umi tidak memberi tahu perihal ini padamu lebih dulu." kata Umi dengan raut wajah menyesal dengan tatapan mata yang sendu.

Adibah jadi merasa tidak enak dengan Uminya. Insyaallah, Adibah ikhlas dengan semua ini. Adibah tidak ingin Umi bersedih seperti ini.

"Umi kok minta maaf! Umi gak salah kok, mungkin ini sudah takdir Allah untuk Adibah." jawab Adibah berusaha terlihat tegar oleh Uminya.

Fatimah beruntung sekali mempunyai seorang anak seperti Adibah. Walaupun hati dan fikiran nya tidak sama tetapi Adibah selalu mengutamakan kebahagiaan orang tuanya. Fatimah langsung berhambur ke pelukan putrinya.

"Umi tau apa yang kamu rasakan sekarang nak! Ikatan batin seorang Ibu itu tidak pernah salah. Tidak perlu menyembunyikan kesedihanmu dari Umi, nangislah sayang tak apa." ujar Fatimah membalas pelukan putrinya dengan sangat erat.

Air mata yang sedari tadi Adibah tahan kini telah tumpah. Umi memang selalu mengerti bagaimana perasaan dirinya. Mungkin dengan cara menerima perjodohan ini bisa membuat Umi dan Abi bahagia. Jika benar seperti itu Adibah akan ikhlas menerimanya.

'Khmmm'

"Gitu ya pelukan gak ngajak-ngajak." ujar seseorang yang sedari tadi memperhatikankan Adibah dengan Uminya.

 My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang