30

1.7K 64 0
                                    

Sudah satu minggu Atthar menunggu istrinya di rumah sakit dan selama itu Adibah tak kunjung membuka matanya. Tubuh Atthar semakin terlihat kurus, semenjak Adibah koma Atthar tidak pernah mengurus dirinya sendiri sedikit pun. Atthar pun jarang memberikan asuapan makan untuk dirinya sendiri. Yang ia pikirkan hanyalah Adibah. Urusan kantor pun ia serahkan pada sekretarisnya.

Kini Atthar tengah duduk di samping Branker istrinya. Mengajak Adibah untuk berbicara seperti biasa entah mengenai anaknya atau pun masa-masa yang ia lewati saat tidak bersama Adibah. Perihal tentang putra nya kini sudah di perbolehkan pulang. Atthar memberi nama putranya dengan nama Azzam Hafizh Alfarezi. Untuk sementara waktu ini baby Azzam di urus oleh para nenek nya dulu. Jika istrinya bangun pasti ia sangat senang melihat putra nya.

"Assalamualaikum sayang." lirih Atthar memegang jemari tangan Adibah.

"Kamu ga capek tidur terus hmm? Kapan kamu bangun sayang? Baby Azzam pasti merindukan Umi nya." ujar Atthar mengajak Adibah berbicara tentang anaknya. Karena Atthar tahu pasti istrinya mendengar ucapanya. Terbukti, setiap Atthar mengajak Adibah berbicara pasti wanita itu mengeluarkan air matanya.

"Aku rindu pandamu Adibah." lirih Atthar menatap sendu wajah istrinya.

Tak disangka jemari lentik Adibah menandakan pergerakan. Adibah mulai mengerjapkan matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya lampu yang menerangi rentina matanya. Yang pertama kali Adibah ucapakan saat itu adalah Atthar.

"K-kak At-thar..." lirih Adibah karena tenggorokannya merasa kering.

Atthar yang mendangar suara istrinya denagan refleks memencet tombol agar dokter memeriksa keadaan istrinya. Tak lama kemudian seorang dokter yang menangani Adibah saat koma datang mengecek keadaan Adibah.

"Ini sungguh ke ajaiban dari Allah, alhamdulillah istri bapak sudah melewati masa koma nya! Saya harap bapak jangan terlalu mengajaknya untuk banyak berbicara, dan Saya sarankan istri Bapak untuk istirahat yang cukup." jelas dokter yang ber name tag  Syafa tersebut.

"Alhamdulillah, baik terimakasih dok atas sarannya." balas Atthar senang.

"Iya sama-sama Pak, kalau begitu Saya permisi dulu." pamit dokter Syafa sambil tersenyum.

Tanpa aba-aba Atthar langsung merengkuh Adibah kedalam pelukkannya. Akhirnya penantian nya selama ini tidak sia-sia. Atthar mengecup kening istrinya berkali-kali, menyalurkan rasa rindu yang selama ini ia pendam.

"Terimakasih ya Allah, terimakasih sayang aku sangat merindukanmu" lirih Atthar menitihkan air matanya.

Adibah yang di perlakukan seperti itu dengan senang menyambut peluk kan Atthar. Adibah fikir dia tak akan bisa bertemu dengan suaminya. Adibah berterimakasih kepada Allah karena telah mengizankan dirinya untuk melihat suami dan anaknya. Ah, seperti ada yang mengganjal di hati Adibah. Adibah meraba perut nya yang sudah kembali rata, tidak dimana anaknya sekarang? Fikiran Adibah sudah melayang begitu saja.

"K-kak a-na-nak ku dimana Kak." kata Adibah dengan suara yang paruh menumpahkan tangisnya begitu saja.

Atthar yang mendengarkan suara tangisan Adiba mengusap pucuk kepala istrinya, menenangkan Adibah. "Shtt... Baby kita baik-baik saja sayang ,dia sedang bersama para neneknya." kata Atthar menenangkan Adibah.

Adibah yang mendengarkan penuturan suaminya meredakan tangisnya. Kini Adibah mulai tenang, Adibah bersyukur karena anaknya terlahir kedunia dengan selamat.

Atthar perlahan melepaskan pelukannya dari Adibah. Mengambilkan minum yang sudah tersedi di meja menyuruh Adibah meminumnya.

"Minum dulu ya sayang! Kamu pasti haus, nanti aku suruh Umi dan Bunda kesini membawa baby Azzam!" ujar Atthar sambil mendudukkan istrinya untuk minum.

 My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang