'Maka nikmat Tuhanmu
yang manakah yang
kamu dustakan'----
"Adibah bantu ya Kak!" seru Adibah.
Atthar hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Adibah membopong tubuh Atthar ke atas ranjang tempat tidur. Sementara Adibah duduk di bibir ranjang kasur. Tangan Adibah terulur untuk mengelus rambut suaminya.
Atthar yang merasakan usapan lembut, memejamkan matanya, menikmati pergerakan tangan istrinya. Selalu ada rasa nyaman dan perasaan yang menggelitik di hati Atthar, tapi dia tidak tahu disebut apa rasa itu! Apakah Atthar mulai mencintai istrinya? Dan melupakan sarah, masa lalunya.
Tak terasa, akhirnya Atthar terlelap dalam tidurnya. Adibah yang melihat suaminya tertidur mengulum senyumannya. Biarlah suaminya beristirahat, lebih baik Adibah ke dapur terlebih dahulu membuat makanan untuk suaminya.
Adibah sedikit kesusahan untuk berjalan menuruni anak tangga, karena kandungannya semakin membesar.
"Kita buat makanan ya nak untuk Abi." gumam Adibah sambil mengelus perut bucitnya, memberi kenyamanan pada calon anaknya.
Seharian penuh Adibah mengurus Atthar dengan telaten. Mereka sedang bersama di ruang Tv, karena Atthar yang memintanya. Katanya Atthar bosan jika di kamar terus.
Posisi Atthar sekarang sedang menidurkan kepalanya di pangkuan istrinya, menghadap perut buncit istrinya. Sejak sakit Atthar manja sekali dengan Adibah. Adibah terus mengulum senyumannya, karena sedari tadi Atthar sedang mengajak calon anaknya berinteraksi.
"Sayang, kandungan Kamu berapa bulan sih?" tanya Atthar antusias.
"Tiga bulan, memang kenapa Kak?" tanya balik Adibah.
"Gak papa, kok makin gede aja sih!" kata Atthar sambil mengelus-ngelus perut istrinya.
Adibah tertawa mendengar penuturan Atthar. "Iya lah Kak, namanya juga hamil! jadi perut Aku gede." balas Adibah sambil tertawa.
"Hehe... Iya, ya. Pasti selama Saya kerja Kamu capek ya, beresin rumah setiap hari sendirian!" kata Atthar dengan raut wajah sedih.
"Apaan sih Kak, kok ngomongnya gitu. Lagian itu udah tugas Adibah kok!" ujar Adibah tersenyum menenangkan hati suaminya.
"Iya deh maaf." balas Atthar.
Dua sejoli halal itu sesekali tertawa bersama. Seakan-akan malam ini hanya milik mereka. Hati Adibah selalu menghangat saat Atthar memperlakukannya dengan baik. Begitu juga dengan Atthar, jika bersama Adibah selalu ada hal aneh yang berdesir di tubuhnya.
🌠🌠🌠
Pagi ini dua sejoli halal sedang bertengkar hanya hal sepele. Atthar sedari tadi membujuk istrinya agar tidak marah. Padahal niat Atthar hanya ingin lebih lama bersama istrinya. Sejak semalam panas di tubuh Atthar memang sudah menghilang, rencana hari ini di tidak ingin berangkat bekerja. Adibah malah menyuruhnya bekerja. Kata Adibah 'Kakak itu harus masuk, harus bisa mencontohkan hal baik pada karyawan Kak' begitulah petuah istrinya.
"Adibah maafin Saya dong, lagi pula gak Ada jadwal penting juga di kantor!" ujar Atthar yang sedari tadi membujuk istrinya.
Adibah tidak mendengarkan ucapan suaminya seperti angin berlalu. Adibah menghargai sikap Atthar yang ingin selalu bersamanya. Tapi bukan berarti Atthar harus meninggalkan pekerjaannya, dia tidak suka. Sebenarnya Adibah kasian juga dengan Atthar yang sedari tadi meminta maaf, tapi Adibah kali ini benar-benar kesal. Mungkin hormon ibu hamil.
Atthar mengubah posisinya menjadi jongkok, menyetarakan dengan perut buncit istrinya. Barangkali dengan cara ini Adibah akan memaafkan nya.
"Lihatlah nak! Umimu marah sama Abi! Abi harus bagaimana agar bisa dimaafkan dengan Umi?" tanya Atthar dengan calon anaknya, sambil mengelus perut buncit istrinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/224453882-288-k539577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Romansa•Proses Revisi• Adibah Putri Humairah seorang gadis berparas cantik, dengan kepribadian luga dan sopan yang harus di jodohkan dengan laki-laki pemilik kepribadian yang bersifat dingin Muhammad Atthar Al Hafidz yang merupakan mahasiswa semester akhir...