"Pokoknya Aku mau martabak yang di dekat SMA Aku!" ketus Adibah sambil mondar-mandir tidak jelas.
Kini Kandungan Adibah sudah memasuki bulan ke tujuh. Atthar sedari tadi terus mengikuti kemauan yang istrinya minta. Kali ini Atthar sudah bingung di buatnya. Bagaimana dia tidak pusing, kemauan istrinya sangatlah aneh! Kenapa harus beli di dekat SMA, di sekitar komplek rumah nya saja ada.
Atthar mendaratkan bokongnya di sofa, dia memijat kening dengan tangannya. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau Atthar harus menurutinya.
"Di dekat komplekkan ada sayang, beli di sana saja ya?" ujar Atthar bernegosiasi dengan istrinya.
Adibah mengerucutkan bibirnya saat mendengar penolakan dari suaminya. Adibah menghampiri suaminya, duduk di pangkuan Atthar. Adibah sengaja berbuat demikian, agar suaminya menyetujui permintaannya.
Atthar membiarkan istrinya untuk bertingkah. Dia hanya memperhatikan gerak-gerik istrinya. Dasar wanita, jika ingin sesuatu pasti akan merayu setiap orang. Silahkan saja, Atthar tidak akan termakan rayuan istrinya untuk kali ini.
Adibah yang tidak mendapatkan respon Atthar memukul dada bidang suaminya. Dasar suami menyebalkan, padahalkan Adibah tengah ngidam sekarang.
"Aww... Sakit sayang!" ringis Atthar mengusap dadanya, melingkarkan tanganya di pingga Adibah untuk menopang tubuh Adibah agar tidak jatuh.
Adibah terus memukul dada bidang Atthar, biarkan saja Atthar kesakitan Adibah tidak peduli! Dasar Atthar menyebalkan!
"Ih... Dasar nyebelin! Suami gak peka! gak pengertian!" kesal Adibah. Terus memukuli dada bidang Atthar dengan membabibuta.
"Oke-oke Aku beliin sekarang! Tapi berhenti pukul Aku nya!" putus Atthar, menahan tangan istrinya.
Seketika tampak binaran di mata Adibah. Akhirnya acara ngidam kali ini akan terwujud. Meski harus melakukan berbagai macam cara.
"Kak seriuskan?" tanya Adibah.
"Iya dear." jawab Atthar tersenyum.
Cup
Adibah mengecup sekilas pipi suaminya. Seketika pipi tembam Adibah menjadi merah merona, dia malu atas perbuatannya barusan.
"Aku suka deh dear, kalo pipi Kamu merah gitu!" tawa Atthar sambil mengelus pipi tembam Adibah.
"Yasudah, Aku pergi dulu! Beli martabak buat Kamu." pamit Atthar.
Adibah tidak ingin beranjak dari duduknya. Adibah ingin ikut ke tempat martabak tersebut. "Aku ikut ya dear!"
"Enggak, Kamu istirahat dirumah saja! Nanti takut capek! Perjalanan dari rumah kita ke sekolahan Kamu lumayan jauh sayang." kata Atthar mencegah Adibah untuk ikut.
"Pokoknya Adibah ikut titik!" sarkas Adibah.
"Yasudah iya." putus Atthar.
Adibah tersenyum. Memakai kerudung langsungan agar simpel di gunakan.
Atthar menancapkan gas mobil dengan kecepatan rata-rata. Agar tidak membahayakan Adibah dan calon anaknya. Sunyi, itulah suasana dua pasangan halal tersebut. Atthar yang fokus dengan jalanan serta Adibah yang sedang berinteraksi dengan calon bayinya.
Butuh waktu satu jam agar sampai ketempat tujuan, walaupun masing sama dengan daerah Bandung. Karena sekolah SMA Adibah lebih dekat dengan Rumah orang tua Adibah.
Atthar memberhentikan mobilnya di tempat penjual martabak yang istrinya inginkan.
"Mau ikut atau diam di mobil?" tanya Atthar.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Romance•Proses Revisi• Adibah Putri Humairah seorang gadis berparas cantik, dengan kepribadian luga dan sopan yang harus di jodohkan dengan laki-laki pemilik kepribadian yang bersifat dingin Muhammad Atthar Al Hafidz yang merupakan mahasiswa semester akhir...