"Ayolah... Apa kau ingin seperti ini selamanya?"
Kalimat Dae Jung membuat Eunkyung menatapnya tajam, lalu sekejap tatapannya berubah sambil menghela nafas, sungguh otaknya tak ingin bekerja keras sekarang. Dua hari yang lalu gadis itu juga telah keluar dari pekerjaannya.Disinilah keluarga Kim berada, Daegu.
Tempat yang mereka kira akan lebih baik seperti ini... Tidak seluruh keluarganya akan pindah ke Daegu pasalnya Eunkyung sendiri yang akan tinggal di sana mengingat sang ibu bekerja di Seoul dan anak bungsunya masih mengayam bangku pendidikan tahun akhir sekolah menengah, Jadi tak mungkin juga harus pindah.Ibu Kim menghampiri dua bersaudara tersebut.
Membelai punggung sang anak lelakinya. Lalu menatap Eunkyung
"Nak, kau yakin baik-baik saja tinggal sendirian di sini?"
Tanya Ibu Kim sedikit khawatir"Iya, Eomma aku akan baik-baik saja"
Katanya dengan wajah yang terlihat tidak baik-baik saja
"Lagian rumah bibi tak jauh dari sini kan, nanti kalau aku butuh apa-apa pasti ke sana"Ibu Kim mengemhela nafas
"Lihat saja wajahnya, nampak seperti mayat hidup"
Celoteh Dae Jung sambil menunjuk-nunjuk wajah sang adik yang malang.
"Seharusnya kau minta pertanggungjawaban pada pria brengsek itu, bukannya kabur seperti ini!""Ini salahmu, jika kau lupa!"
Geram Eunkyung sambil menepis jari sang kakak.
"Jika saja kau tak berjudi dan aku tak perlu mencarimu di tempat biadab itu-"
Nafas Eunkyung berderu kencang "semua ini tak akan terjadi""Kenapa kau menyalahkan ku?"
Bela Dae Jung, tak mau disalahkan"Tentu kau salah, apa bagusnya berjudi, huh? Lihat Eomma bekerja keras tapi kau? Apa yang kau lakukan OPPA?"
Sebuah kalimat penekanan yang membuat hati Dae Jung terhentak, seolah kebenaran telah ditusukan padanya dari mulut sang adik."Sudah.. kalian jangan bertengkar lagi"
Ibu Kim mencoba menjadi penengah diantara kedua anaknya.....
Keesokan harinya keluarga Eunkyung. Ibu dan saudara-saudaranya akan kembali ke Seoul.
Entah apa yang dipikirkan oleh Dae Jung, ia seolah kehabisan energi, pasalnya semalaman ia memikirkan kalimat adiknya. Bukan itu masalahnya sejauh ini ia tak bisa menjadi kakak yang baik bagi adik-adiknya juga menjadi anak yang baik untuk ibunya.
"Hati-hati di sini ya nak, jaga kesehatanmu. Eomma akan kemari lagi jika libur... jaga cucu Eomma juga ya"
Sambil mengusap lembut perut rata sang anak
"Eomma tak perlu sering-sering kemari, jika ada libur Eomma istirahat di rumah saja jangan kemari ya, aku tidak mau Eomma sakit""Auhhh, bocah ini... Eomma masih muda masih sehat jangan ragukan otot Eomma"
Eunkyung pun tersenyum tipis mendengar penuturan sang ibu.
Bus yang membawa mereka pun mulai lenyap dari pandangan Eunkyung. Gadis itu menutup matanya sejenak, Eunkyung hanya menatap lemah, seolah ingin menyalahkan keadaan. Kesalahan yang tak bisa ia buang. Kesalahan yang menumbuhkan makhluk bernyawa di dalam perutnya saat ini. Semuanya berputar dalam kepala kecilnya. Apapun yang terjadi ia hanya ingin menanggungnya sendiri, tak ingin keluarganya ikut menderita karena dirinya, itu sebabnya ia pergi ke Daegu. Atau mengapa Eunkyung tak meminta pertanggungjawaban Jimin? Alasannya, ia tak ingin seolah Mengemis belas kasihan pria itu, dan belum tentu Jimin akan menerima dan percaya begitu saja atau lebih parahnya pria Park itu akan menyuruhnya menggugurkan janin tersebut, Eunkyung tau Jimin bukan kalangan orang biasa nampak dari prawakan dan style.nya Jimin adalah pria kaya, tentu ia tak akan mau dengan gadis miskin seperti Eunkyung, itu batin Eunkyung hingga ia memutuskan pergi ke Daegu.
Tak ada gunanya meratapi kesalahan, aku akan memperbaiki semua yang terlah terjadi, aku akan bahagia- seolah ia berkata demikian
.
.
.
.
.
.
Dua bulan sudah berlalu...Eunkyung bekerja di salah satu kedai, awalnya ia ditolak tapi pemiliknya merasa kasihan karena Eunkyung terus memohon, pasalnya gadis itu sudah lelah mencari pekerjaan kesana kemari.
Alhasil dengan perutnya yang sekarang sudah mulai membesar ia bekerja dengan keras bahkan tubuhnya sehat-sehat saja sejauh ini tak ada mual atau pusing, morning sickness. Tapi tidak menolak untuk ngidam. Oke karena itu bayinya yang minta bukan? Bahkan pernah tengah malam ia tak bisa tidur hanya ingin membeli Ayam goreng di pertigaan jalan, mau tak mau ia harus keluar dan membelinya sendiri dan untungnya restoran tersebut buka 24 jam.
Tok tok
Pintu rumah Eunkyung di ketuk seseorang.
"Aaa Bibi, ada apa kemari?"
Tanya Eunkyung"Ini makanan untuk mu"
Kata Bibi sambil menyodorkan makanan tersebut"Terimakasih bibi Jung, ayo masuk dulu"
Tawar Eunkyung"Ah tidak usah bibi banyak kerjaan, Eomma mu belum kemari sama sekali?"
"Aah Eomma seminggu yang lalu kemari, aku memintanya agar tidak kesini terlalu sering, Seoul-Daegu itu jauh, akan melelahkan perjalanannya"
Bibi menepuk tangan mungil Eunkyung, lalu menatap perut buncit gadis tersebut
"Baiklah, Bibi harus pergi... Jangan lupa makan ya""Terimakasih"
.
.
.
.Hari-hari berlalu, Eunkyung benar-benar telah beradaptasi dengan keadaannya sekarang. Tak jarang ia sering bertemu dengan anak-anak yanga akan berangkat sekolah bersama orang tuanya. Ia tersenyum hangat seolah ia akan merasakan hak serupa dengan buah hatinya nanti
"Apa kau sudah tak sabr ingin keluar, eoh?... Eomma juga sudah tak sabar sayang, Eomma kesepian kau harus segera temani Eomma, eoh"
Eunkyung berbicara sendiri sambil mengelus perut besarnya, ia seolah sedang berbicara dengan buah hatinya.Hot Daddy
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant by a Mistake
Fanfiction"Pergi! Enyah-lah dari pandanganku" ㅡKim Eun Kyung "Aku ingin bertemu anakku"ㅡPark Jimin "Dia anakku bukan anakmu, Park Jimin!"ㅡKim Eun Kyung "Dia juga anakku"ㅡPark Jimin ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Spin off Seorang gadis yang telah terbiasa hidup mand...