#5 Dizzy

5.5K 427 13
                                    

"Jim , kau kemana saja? tak pernah nampak batang hidungmu"

Dentuman suara keras dengan irama alunan musik yang menggebu meminta pemdengarnya untuk terus menggerakkan badan tapi tidak dengan pria bernama Park Jimin, ia seolah engga bahkan untuk beranjak dari tempat duduknya membuat pria yang berbicara dengan Jimin itu sedikit mengeraskan suaranya

"Jim? Yak... Kau dengar tidak? Kau sakit?"
Tanya pria bernama Hoseok itu

"Tidak apa-apa, hanya sedikit pusing"
Jawab Jimin seadanya

"Hahahah Park Jimin bisa sakit, woow Daebak"
Ledek Hoseok, yang akrab di sapa Hobi oleh teman-temannya

"Berhentilah, mengoceh Hyung... Kepalaku pusing"
Kata Jimin pada pria yang usianya satu tahun lebih tua darinya, dan memang benar sekarang ia merasa pusing juga sedikit mual, bahkan ia tak memyentuh minuman beralkohol itu sama sekali. Ia hanya duduk sedari tadi tapi perutnya seolah berputar-putar seperti mesin cuci.

"Kau baik-baik saja Jim? Kenapa wajahmu terlihat aneh..."
Bingung Hoseok yang awalnya ia mengira Jimin hanya bergurai, tapi wajah Jimin tak berbohong sam sekali, malah sekarang Pria Kim itu terlihat sedikit panik

"Aku akan pulang saja"
Kata Jimin sambil memegangi kepalanya

"Yasudah ayo pulang , lagian kalau sakit kenapa keluar"
Celoteh pria bernama Kim Hoseok tersebut

"Yaakk, Hyung.. kau yang memaksaku datang"
Bantah Jimin

"Kenapa kau mau?"
Ketus Hoseok

"Jika kau lupa Hyung, aku ingatkan lagi... Kau menelfon ku hampir 50 kali, mengirim pesan sampai sebanyak itu,..." Jeda Jimin "aku juga muak di rumah sendirian" suaranya lirih

Hoseok hanya menatapnya, seolah sangat tau beban hidup Jimin

"Pulanglah, kau sakit Jim.. aku akan mengantarmu, jangan mengendarai mobil sendiri biar aku saja"

Mereka berdua pun keluar dari hingar bingar lantunan lagu yang sangat keras dan suara yang berisik, menuju ke kediaman Jimin. Orang tua Jimin baru saja pergi untuk bisnis keluar negri. Hanya Jimin yang tinggal di rumah sendiri. Jimin sendiri baru saja menyelesaikan pendidikannya dan telah memiliki rencana untuk mendirikan perusahan furniture miliknya sendiri.

Jimin amat menyukai seni, tapi ia sadar dengan kemampuan seninya yang pas-pasan, ia juga sering mengikuti pameran seni saat di kampus dulu. Ayahnya seorang pemilik perusahaan otomotif terkenal di Korea Selatan, tapi Jimin tak pernah sesumbar masalh kekayaan orang tuanya, ia bahkan benci dengan itu semua. Menurut pria Park tersebut ayahnya sangat tamak terhadap harta hingga menyia-nyiakan mendiang ibunya saat masih hidup dulu, membuat sang ibu jatuh sakit dan meninggalkan Jimin selamanya.

"Hyung.. pusing sekali, perutku mual"
Jimin menunduk di depan pintu rumahnya sambil berpegangan pada dinding rumah saat baru sampai

"Jim, kau baik-baik saja kan?"
Panik Hoseok
"Kita ke rumah sakit saja"

Jimin menutup mulutnya dan berlari menuju kamar mandi dekat dapur. Memuntahkan semua isi perutnya di dalam wastafel.

Hoseok dengan sigap seperti suami siaga yang mengurut tengkuk Jimin, oh astaga pemandangannya memang nampak seperti seorang suami yang membantu istrinya yang sedang hamil muda, tunggu! Jimin mana bisa hamil dia kan pria. Oh astaga!

"Ayo ke rumah sakit,. Sini aku bantu berjalan.. . Ck! Kau ini makan apa sampai muntah-muntah begitu?"

Hoseok membawa Jimin ke rumah sakit segera.

.
.
.

Sesampainya di rumah sakit Jimin diperiksa oleh dokter Kim Seokjin kakak dari Kim Hoseok.

"Hyung bagaimana keadaan Jimin? Dia sakit apa hyung?"
Tanya Hoseok pada sang kakak.

"Jimin tidak sakit parah hanya saja-" dokter Seokjin menatap Jimin sejenak yang masih lemas "gejalanya seperti ibu hamil"

"Yakk Hyung, kau yang benar saja dia kan pria mana bisa hamil"
Hoseok tertawa renyah

"Apa Jimin punya istri? Atau kekasih?"
Jimin yang mendengarpun langsung menoleh ke arah dua pria Kim tersebut

"Tidak aku tidak memiliki kekasih apalagi--- istri"
Bantah Jimin yang diberi anggukan Hoseok

"Dia memang sudah berabad-abad tak laku Hyung"
Ledek Hoseok yang mendapat tatapan tajam dari Jimin

"Ini bisa terjadi ketika istri pasien sedang hamil, biasanya sang suami yang merasakan mual atau sejenisnya"
Penjelasan dari Dokter Kim Seokjin
"Tapi jika kebenarannya Jimin belum menikah emm... Ini resep obat yang nanti kau harus beli untuk meredakan rasa sakitnya"

.
.
.
.

Jimin membaringkan tubuhnya diatas ranjang nyaman miliknya, ia menatap langit-langit kamarnya sendiri, seolah ia sedang merenungkan sesuatu, sesuatu yang mengganggu pikirannya selama ini. Pikiran tentang seorang gadis yang pernah tidur dengannya.... Seolah itu datang begitu saja, ah... tidak mutlak datang begitu saja, pasalnya setelah penuturan Dokter tadi Jimin jadi memikirkan hal yang bisa saja itu benar, tentang gadis itu--- 'Apa dia hamil?'- Batin Jimin bertanya-tanya, dan membuat Jimin menjadi tak tenang dan bertanya-tanya di mana gadis itu saat ini? Ia harus memastikan kebenarannya.

Jimin ingin melupakan semua hal yang membuat dia pusing hari ini dan mencoba untuk tidur lagi. tidak, tepatnya baru akan tidur karena pasalnya sekarang telah pukul tengah malam tapi ia tidak bisa tidur sama sekali karena beberapa jam yang lalu dia harus memuntahkan semua isi perutnya-- lagi.

.
.
.
.


Di pagi hari di musim semi yang sejuk...

"Selamat pagi sayang, bagaimana apa tidurmu nyenyak?"
Wanita hamil itu tersenyum lalu beranjak mendekati tirai dan membukanya

"Astaga cantik sekali daun-daunnya.. jarang sekali bisa melihat pemandangan seperti ini di Seoul"
Monolog Eunkyung dengan mata berbinar-binar

"Chaa kita buat sarapan dan susu"
Eunkyung berjalan menuju dapur hendak memasak

Ia mondar mandir sambil bersenandung kecil, ia harus segera menyelesaikan semua dan berangkat bekerja.

"Eomma harus siap-siap bekerja sekarang"

Setelah menyelesaikan sarapan mandi dan kemudian bersiap-siap untuk bekerja. Eunkyung adalah wanita yang strategis, ia tahu apa yang harus ia lakukan dengan benar, hal yang mendasar baginya sangatlah penting tak mudah memang tapi ia sadar betul apa yang ia lakukan adalah hal yang akan membawanya pada impiannya dari dulu. Hamil bukanlah penghalang baginya meskipun ia akan menjadi orangtua tunggal nantinya.

Eunkyung mempunyai cita-cita yang sangat ia impikan sejak masih sekolah dulu, hebat bukan? Bahkan terkadang anak sekolah yang seharusnya masih suka hahahihi dan memikirkan cinta-cintaan, walaupun tak semua begitu, tapi Eunkyung bukan termasuk bagian dari mereka. Ia benar-benar seorang yang berfikir kedepan. Suatu saat ia ingin memiliki usaha sendiri, miliknya sendiri. Tahu betul dengan keterbatasan yang ia miliki karena ia berasal dari keluarga yang tergolong kurang mampu, ia benar-benar memutar otak bagaimanapun caranya.

Tidak perduli dengan keterbatasan dan masalah hidup yang ia hadapi, ia percaya setiap usaha pasti ada hasil.



Pregnant by a MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang