Chapter 4 = Kebahagian Yang Hilang.

539 49 24
                                    

PART INI UDAH BENAR-BENAR AKU REVISI YAH GUYS






HAPPY READING !!!




















"Jika boleh meminta satu hal, aku hanya ingin kebahagian yang sudah pergi kembali" –Adela Aloysius-

Tak terasa hari ini adalah hari terakhir MOS di SMA Bintang dan itu merupakan hal yang membahagiakan bagi semua siswa siswi karena jika MOS selesai maka mereka sudah resmi menjadi anak SMA begitu pun dengan Adel dan sahabatnya. Saat ini mereka tengah beristirahat sambil mengisi perut mereka yang sudah minta isi sejak tadi di tempat sejuta umat di mana lagi kalau bukan di kantin

"Yuk girl kita duduk di sana aja," tunjuk Chelsea ke salah satu meja yang masih kosong dan disetujui oleh ketiga temannya.

Setelah mereka duduk dan memesan makanan secara bergantian, akhirnya makanan yang di pesan pun sudah ada di atas meja. Dengan sigap mereka pun memakan pesanan mereka dengan lahap sambil mengobrol dan sesekali bercanda ria. Sampai obrolan dan candaan mereka terhenti karena ada suara seseorang yang menegur mereka.

"Eemm gue dan temen gue boleh makan di sini nggak?? Soalnya kebetulan semua meja penuh," tanya orang itu.

Mereka pun terdiam bingung harus menjawab apa karena orang yang tersebut adalah ketos dan waketos, dua pangeran zaman milineal mau duduk bareng remahan rengginang antara mimpi dan halu sampai lamunan mereka buyar karena suara Gibran.

"Jadi boleh nggak ini?? Kalau nggak boleh ...," ucapan Gibran terputus karena jawaban seseorang.

"Boleh kok kak, lagian ini juga masih muat kok," jawab Adel tiba-tiba.

"Oh thanks yak dek," ucap Gibran sambil tersenyum dan duduk di meja Adel dkk.

Seketika suasana menjadi hening seperti kuburan karena kehadiran dua pangeran di meja adel dkk yang membuat siswa dan siswi lain di sekitar meja Adel menjaga sikap. Karena suasana terlalu hening akhirnya Gibran memecah keheningan.

"Kok jadi diam-diam gini sih?? Nggak suka yah gue dan teman gue duduk di sini?" tanya Gibran heran.

"Nggak kok kak, kita se-senang kok. Cuma 'kan di sini kakak dan teman kaka adalah orang yang terhormat," ucap Dita yang biasanya cerewet menjadi kalem.

"Hahaahaha," tawa Gibran dan temannya pun pecah setelah mendengar jawaban Dita.

"Santai aja kali dek, kita sama-sama sekolah di sini. Cuma bedanya duluan saya yang sekolah daripada kalian. Jadi nggak perlu sungkan gitu," ucap Gibran yang sudah menghentikan tawanya.

Adeline and Adela [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang