Chapter 26 = Kebencian.

106 14 0
                                    

HAI-HAI SEMUA AKHIRNYA CERITA INI BISA LANJUT LAGI. MAAF KALAU UPDATENYA BARU SEKARANG HEHEHE











HAPPY READING
















"Jika anak perempuan mengatakan seorang papah adalah super hero namun itu tidak untukku. Bagi ku sosok papah adalah seorang penghancur." –Adela Aloysius Bhagaskara-

"Ngapain lo di situ?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di depan Irvan.

"Baca buku," jawab Irvan asal.

"Eh manusia kutub di mana-mana tuh baca buku di perpus bukan di toilet dan lo juga nggak ada bawa buku tuh. Oh atau jangan-jangan lo mau ngintip ya," tebak Adel. Ya, orang tersebut adalah Adel.

"Lo kok masuk sekolah?" tanya Irvan yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Ya, Adel dan Dela sebenarnya sudah keluar dari rumah sakit setelah dua hari di rawat namun keduanya harus beristirahat di rumah beberapa hari. Tepat seminggu setelah keluar dari rumah sakit barulah kedua gadis itu sudah sehat dan dapat bersekolah seperti biasa.

"Kenapa memangnya? Lo berharap gue nggak masuk sekolah?" Adel kesal karena seolah-olah Irvan tidak berharap dirinya masuk.

"Kan lo masih sakit," jawab Irvan

"Gue sakit bukan lumpuh manusia kutub," ucap Adel kesal.

"Apa lo bilang," Irvan mendelik karena Adel kerap mengatakannya manusia kutub.

"Udah ah gue males ngomong sama lo, bawaannya pengen nyantet," ucap Adel kesal seraya pergi meninggalkan Irvan.

"Dasar cewek nggak jelas," gumam Irvan.

Saat Adel berada di tengah koridor, tiba-tiba Adel berteriak yang membuat Irvan terkejut sekaligus kesal dengan Adel. Dengan lantangnya Adel berteriak.

"KAK IRVAN JANGAN NGINTIPIN ORANG DI KAMAR MANDI,NANTI MATANYA BINTITAN!" teriak Adel yang membuat semua siswa dan siswi yang berada di sepanjang koridor terkejut. Setelah itu Adel langsung berlari tanpa memperdulikan tatapan siswa lainnya terhadap Irvan.

"AADDDEEELLLL!" teriak Irvan yang sudah kesal setengah mampus.

"Awas aja lo ntar," batin Irvan.

Irvan pun segera pergi dari toilet tersebut karena tidak menemukan Dodi alasan lain karena siswa-siswi terus memperhatikan dirinya. Dengan langkah lebar Irvan pun segera meninggalkan toilet sebelum banyak yang berfikir aneh-aneh tentang dirinya.

Adeline and Adela [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang