Bab 13 : Tsundere

6.7K 808 53
                                    

Nuca mengendarai motornya dengan senyum mengembang. Ternyata Hermawan tidak semenakutkan yang didengarnya. Nuca tahu Hermawan sedang mengawasi dirinya. Mungkin sampai mencari seluk-beluk tentang dirinya dan keluarganya.

Waktu di belokan Nuca menghentikan motornya karena ada sebuah mobil yang menghadangnya. Dio. Dia sedang bersandar pada mobilnya dengan pongah. Nuca membuka helmnya dan berjalan ke arah Dio bersamaan dengan Dio yang berjalan menuju Nuca mereka bertemu di tengah-tengah.

"Ada perlu apa?" Tanya Nuca dingin.

"Lo berani juga nyamperin kakek buyut Clara sendirian. Salut gue." Ucap Dio sambil mengusap bahu Nuca.

"Terus lo gak sadar diri setelah ketemu keluarga Clara. Lo gak sadar posisi lo sama Clara. Lo cuman pelayan kafe." Tunjuk Dio pada dada Nuca.

"Gue memang pelayan kafe. Terus masalah buat lo?"

Dio menggelengkan kepalanya meremehkan Nuca yang tidak tahu akan posisinya. "Lo benar-benar gak tahu diri." Ucap Dio yang ingin menunjuk Nuca kembali tapi Nuca langsung menangkap tangan Dio dan melintirnya ke belakang. Dio mengerang kesakitan.

"Jangan belagu. Lo cuman ngemis ke bokop lo. Yang kaya bokap lo. Lo miskin." Ucap Nuca mendorong tubuh Dio kasar.

Dio memegang bahu kanannya. Amarah yang dia miliki pada Nuca akhirnya tidak bisa dia bendung lagi. Dio maju berniat untuk menyerang Nuca yang tetap menatapnya dengan dingin.

Serangan pukulan Dio hanya tinggal angan. Seseorang mencegah aksi Dio dan membekuk tubuh Dio menempelkan wajahnya pada jalan yang beraspal hitam.

"Tuan muda tidak apa-apa?" Tanya seseorang yang berpakaian layaknya preman bertanya pada Nuca.

"Kau mengikutiku?" Tanya Nuca kesal. Pria tersebut tidak menjawab dan semakin menekan wajah Dio

"Lepaskan dia." Perintah Nuca kesal. Pria tersebut mengikuti perintah Nuca. Dio bangun dengan tubuh yang kesakitan. Kini wajahnya tergores dengan aspal membuat wajah Dio panas dan perih sekaligus.

Dio menatap dua orang yang ada di depannya. Dio semakin membenci Nuca. "Gue akan bikin perhitungan dengan Lo." Geram Dio berlalu sambil masuk ke dalam mobilnya.

Setelah Dio pergi. Nuca ikut pergi mengabaikan pria yang menolongnya. "Tuan muda anda di suruh pulang sama tuan." Ucap Pria tersebut.

Nuca tetap mengabaikan pria tersebut. Memakai helmnya kembali dan menghidupkan motornya.

Pria yang menolong Nuca kini menghadang Nuca. "Tuan pulanglah ke rumah anda." Ucap pria tersebut.

"Itu bukan rumahku." Ucap Nuca dingin.

"Setidaknya anda merasa kasihan dengan nenek anda." Nuca terdiam mendengar ucapan pria tersebut.

Nuca tersenyum mengingat neneknya yang begitu menyayanginya. "Salam buat nenek dan katakan jangan mengkhawatirkanku." Pesan Nuca pada pria tersebut dan melajukan motornya kembali. Kali ini pria tersebut tidak bisa mencegah Nuca.

❤❤❤

Nuca menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan kaki yang di selonjorkan. Menatap langit-langit kamar merenungkan kejadian yang baru dia alami.

Satu pesan dari Clara yang bertanya apa dirinya sudah sampai apa belum. Nuca tersenyum membacanya dan hanya membalas seperlunya.

Setelah istriahat sebentar Nuca bergegas ke kamar mandi untuk pergi bekerja lagi. Nuca tinggal sebuah kosan yang dekat dengan rumah Dimas. Tempat tinggal yang ia tempati saat ini karena usulan dari Dimas.

Setelah selesai mandi dan menggunakan pakaiannya untuk pergi ke kafe. Hal ini Nuca lakukan agar dirinya tidak selalu terpuruk akan kepergian Della. Dia ingin melakukan sesuatu yang berguna. Seperti halnya dia bekerja pada Dimas. Ini sudah kafe kedua yang dimiliki Dimas.

The Beautiful Youngest SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang