Bab 18 : Keluarga Bramasta

6.4K 826 39
                                    

Semua pandangan mata tertuju pada dua orang yang sedang berjalan beriringan dengan Nuca yang memegang tangan Clara. Nuca terus berjalan menatap ke depan tanpa peduli kalau mereka berdua sudah menjadi trending topic di sekolahnya.

Untuk pertama kalinya Clara menunduk malu. Biasanya, dia selalu berjalan dengan wajah yang dia angkat. Waktu mereka sampai ke kelas mereka. Mereka sudah di sambut oleh teman kelasnya. Dimana mereka semua meminta pajak jadian.

"Pajak jadian dong." Seru Sera perwakilan dari semuanya.

"Nanti jam istirahat kalian boleh pesan apapun di kantin." Ucap Nuca yang sontak mendapat sorakan dari seluruh penghuni kelas.

Clara hanya memandang Nuca. Sekalinya bicara di depan kelas langsung memberikan manfaat. Clara hanya tersenyum melihat Nuca.

"Kenapa tersenyum?" Tanya Nuca. Clara hanya menggeleng dan tersenyum. Hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi kelas Clara karena bukan hanya mendapat traktiran tapi jam pertama mereka juga kosong. Guru yang mengajar sedang izin ke luar kota.

Selama jam kosong para penghuni kelas Clara melakukan segala macam hal, ada yang menonton film, ada yang melakukan konser dan ada juga yang sibuk sendiri.

Clara menjatuhkan wajahnya di meja menghadap pada Nuca. Lalu Nuca melakukan hal yang sama. Mereka saling berhadap-hadapan. Nuca menyentuh alis Clara lembut.

"Aku ngantuk." Ucap Clara sambil menguap.

"Tidur saja." Ucap Nuca.

"Ini masih pagi, masak udah mau tidur." Sungut Clara.

Nuca bangun dan memegang tangan Clara. "Ayo ikut aku." Ucap Nuca. Clara menatap bingung Nuca tapi akhirnya Clara mengikuti kemana langkah kaki Nuca membawanya.

Nuca membawa Clara ke taman belakang sekolah tempat dia menanam bunga Matahari yang sudah mulai tumbuh. Dia lalu menyiramnya dengan air botol yang dia bawa. Clara hanya mengamati Nuca dalam diam.

"Gak papa gue ngajak lo ke sini?" Tanya Nuca dengan posisi yang masih berjongkok. Clara ikut berjongkok di samping Nuca dan menyentuh bunga Matahari yang masih kecil.

"Gak papa kok." Ucap Clara jujur. Dia tidak cemburu pada gadis yang sudah meninggal.

"Sungguh?" Tanya Nuca tidak percaya. Yang Nuca tahu kalau seorang cewek bilang tidak apa-apa biasanya adalah kebalikannya.

"Iya sungguh. Aku gak cemburu. Lagian Della udah tenang disana." Ucap Clara sambil tersenyum. Nuca akhirnya juga tersenyum melihat wajah Clara.

"Aku juga bakalan menyiram tanaman ini kok kalau kamu gak masuk sekolah. Jadi tenang saja. Ok." Ucap Clara sambil mengedipkan mata kanannya.

Nuca mencubit pipi Clara lembut. "Lo kalau di hadapan cowok lain jangan kayak gitu lagi. Hanya ke gue seorang." Pesan Nuca pada Clara karena Clara begitu lucu ketika sedang mengedipkan matanya.

Clara menatap Nuca kemudian mengangguk tersenyum. Pandangan mata Clara tiba-tiba tertuju pada hewan kecil yang yang berwarna coklat. Hewan yang mampu membuat tubuh Clara meremang.

"Aaa..." Pekik Clara lalu berdiri dan menjauh dari Nuca. Nuca melihat Clara kebingungan.

"Clara ada apa?" Tanya Nuca panik. Clara hanya menunjuk-nunjuk pada samping sepatu Nuca. Clara teramat geli dengan hewan tersebut. Melihatnya saja membuat sekujur tubuh Clara geli seketika.

Nuca melihat ke bawah dan melihat seekor cacing yang baru keluar dari tanah sontak saja Nuca tertawa. "Lo takut sama cacing?" Tanya Nuca tidak habis pikir.

"Bukan takut tapi geli." Ucap Clara berkelit.

"Apa bedanya?" Tanya Nuca Heran yang diselingi dengan tawa gelinya.

The Beautiful Youngest SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang