Bab 7 : Kita Lihat Saja Nanti

6.6K 792 39
                                    

Clara memerhatikan Nuca yang sedang berbicara dengan seorang perempuan. Yang membuat Clara penasaran adalah dia seorang perempuan dan bukan murid SMA Nusantara. Terlihat dari seragamnya yang berbeda dan sepertinya mereka membicarakan hal yang serius.

"Pagi-pagi udah nguping pembicaraan orang." Ucap Sera di sampingnya.

"Kamu kenal gak sama cewek itu?" Tanya Clara pada Sera.

"Aku baru lihat wajah dia sekarang. Mungkin teman Nuca waktu SMAnya yang dulu." Ucap Sera yang mengikuti jejak Clara menjadi tukang nguping di pagi hari.

15 menit lagi bel masuk. Perempuan itu akhirnya pulang dengan wajah di tekuk.

Clara langsung menghampiri Nuca. Nuca terlihat kaget karena kedatangan Clara yang biasanya diawali dengan teriakannya sekarang malah muncul tiba-tiba.

"Siapa cewek itu?" Tanya Clara penasaran.

"Bukan urusan lo." Tanya Nuca sambil meninggalkan Clara. Clara dan Sera berjalan di belakang Nuca dengan jarak satu meter.

"Oh ya tadi malem gimana acara nonton lo sama Kak Dio?" Mereka berjalan dengan santai padahal sebentar lagi bel masuk kelas.

"Biasa ajah." Ucap Clara malas. Pasalnya memang tidak ada yang spesial tadi malam hanya nonton bahkan filmnya belum selesai kak Dio sudah ngajak pulang karena jam yang diberikan kakek buyutnya sampai jam 9 malam dan Dio menepati itu. Dio anak yang baik.

"Terus waktu Kak Dio izin bawa lo nonton gimana?" Tanya Sera penasaran. Kalau perlu dia ingin ada di rumah Clara hanya ingin tahu bagaimana Dio menghadapi keluarga Clara.

Clara menatap Sera dengan lesu. "Aku kasihan tahu sama Kak Dio kayak tertekan gitu kayak takut. Apalagi sama kakek buyut."

Sera hanya tertawa mendengar penuturan Clara dia sudah bisa menebak kalau Dio akan seperti itu. Tapi Dio termasuk yang paling berani di antara yang lainnya. Tidak ada yang berani untuk masuk ke rumah Clara.  Mereka enggan bertemu dengan kakek buyutnya. Bertemu dengan kakak Clara yang sulung saja mereka sudah gelagapan apalagi ketemu sama kakek buyutnya.

"Terus lo gak tanya kak Dio kapok gak?"

"Nah ini yang bikin aku gak nyaman. Kak Dio tetap mau ngajak aku jalan gimana dong?"

"Terus lo jawab apa?"

"Lihat waktu yang memungkinkan. Kataku gitu."

Mereka terus bicara dengan lambat tanpa mereka sadari Nuca juga berjalan dengan lambat mendengar pembicaraan Clara dan Sera.

"Gimana dong Ra? Kalau kak Dio ngajak jalan lagi."

"Ya jawab ajah gak mau."

"Gak enak dong." Ucap Clara yang dilema. Clara tidak tega untuk menolak ajakan Dio. Karena Dio laki-laki yang baik. Tapi memberikan harapan pada Dio juga salah.

"Kalian sampai kapan ngborolnya udah mau bel masuk?" Tanya Nuca yang berbalik menghadap Clara. 

Clara dan Sera menatap heran pada Nuca. Lalu mereka tersadar ketika bel sudah berbunyi. Clara jadi panik sendiri. Dia teringat sesuatu yang wajib dilakukannya tapi dia lupa untuk mengerjakannya.

"Kamu udah nyatet pelajaran ibu Eka?" Tanya Clara panik berharap Sera juga lupa sama seperti dirinya. Tapi harapan tinggal harapan. Sera ternyata sudah mengerjakan tugas ibu Eka. Clara tidak sempat untuk mengerjakannya sekarang karena jam pelajaran ibu Eka adalah jam pertama. Seharusnya dia tidak mengiyakan ajakan Dio tadi malem untuk nonton dengannya.

Ketika sudah ada di kelas muka Clara sudah di tekuk. Dia akan berdiri di depan kelas sendirian.
Nuca mengamati Clara. Kemarin gadis ini terlihat murung sekarang gadis ini terlihat panik. Benar-benar gadis yang unik.

The Beautiful Youngest SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang