"Putus?" Tanya Nuca dengan suara yang tercekat.
Clara mengangguk tanpa berani melihat pada wajah Nuca. Sedangkan Nuca menelusuri setiap inci wajah dari gadis yang dia sukai bahkan dari dirinya sendiri.
"Clara, lihat gue." Pinta Nuca.
Clara semakin membuang muka ketika Nuca menyuruhnya untuk menatapnya. "Ucapkan kalimat itu dengan lihat mata gue." Pinta Nuca sedikit memaksa.
Clara menggeleng dan semakin menangis. Dalam hati kecil Clara sebenarnya dia tidak mau putus dengan Nuca. Tapi Clara merasa tidak ada yang bisa dipertahankan jika Nuca saja selalu tertutup dengannya. Clara merasa hubungan yang baik jika kedua pasangan bisa saling terbuka dan saling mengisi antar satu sama lain dan Nuca tidak melakukan itu, hanya Clara saja.
"Lo bilang lo gak bakalan ninggalin gue." Tanya Nuca pilu.
Perlahan Clara berani menatap mata Nuca dan mencoba untuk tersenyum. "Kita bisa jadi teman dan sahabat Nuca." Ucap Clara sedih.
Nuca tersenyum kecut. "Tapi gue gak bisa. Gue mau kita tetep pacaran. Bahkan kalau perlu kita sampai nikah." Ucap Nuca yakin.
"Nikah?" Tanya Clara sangsi.
"Iya. Kalau lo gak percaya gue bakalan nyuruh papa dan nenek gue biar nikahin kita sekarang juga." Ucap Nuca dengan percaya diri. Tapi respon Clara adalah dia tertawa lucu dengan sikap dan ucapan Nuca.
"Kamu habis dipukulin papa sama ketiga kakakku. Bikin kamu sedikit..." Ucap Clara tidak berani mengungkapkan kalau Nuca sudah tidak waras.
"Iya. Gue gila. Gue gila karena lo. Dan lo harus tanggung jawab. Jangan minta putus lagi dari gue. Kalau enggak. Gue bakalan nikahin lo saat itu juga." Ucap Nuca posesif.
"Kalau nikah kamu bakalan nafkahin aku gimana?" Tanya Clara tanpa sadar dan merasa malu dengan pertanyaannya sendiri seakan dirinya mau menikah dengan Nuca. Melihat Clara yang bersikap menggemaskan membuat Nuca tidak tahan untuk mencium kening Clara lalu kedua pipinya satu persatu.
Hati Clara merasa berdegup kencang. Dia mendadak beku, apa Nuca akan mencium bibirnya juga?
Rasa kesal dan marah pada Nuca perlahan menyusut. Meskipun otaknya terus memaksa dirinya untuk putus dengan Nuca tapi hati Clara selalu mematahkan logikanya. Logikanya mengatakan kalau dirinya hanya terus tersakiti jika berhubungan dengan Nuca. Tapi hatinya tidak bisa dibohongi kalau yang dia inginkan saat ini Nuca. Yang ada di pikirannya selalu tentang Nuca.
Jangan perkarakan masalah hati dengan logika karena tidak akan pernah bisa menemukan titik temunya.
Keduanya saling menatap satu sama lain. Saling menyakinkan hati mereka dari tatapan mereka. Nuca mengelus bibir Clara pelan dan lembut. Membuat hati Clara semakin berdegup kencang bahkan deru nafasnya tertahan. Apa Nuca akan mencium dirinya? Jika itu terjadi maka Nucalah orang pertama yang mengambil ciuman pertama Clara.
Nuca terus mengusap bibir Clara dengan lembut. "Kalau lo mau gue cium disini. Lo harus mau nikah sama gue dulu." Ucap Nuca jahil.
Seketika muka Clara memerah karena saking malunya dengan ucapan Nuca. Begitu malunya Clara sampai dia ingin memanggil bundanya.
"Bun..." teriakan Clara tercekat karena Nuca menutup mulut Clara.
"Kalau lo malu jangan panggil tante Syesil. Gue masih kangen sama lo." Ucap Nuca kembali mencium kening Clara. Membuat Clara terdiam seketika.
"Lo gak inget, kata nenek gue. Gue pewaris dari perusahaan nenek gue. Jadi lo tenang saja." Ucap Nuca sambil tertawa.
Clara mendelik mendengar jawaban Nuca yang terdengar sombong tapi Clara tahu Nuca tidak serius dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Youngest Sister
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA! SEQUEL THE BEAUTIFUL CEO (CERITA PUTRI BUNGSU SYESIL DAN CHANDRA) #2 acak (23 Juni 2020) #1 ceritapendek (08 Oktober 2020) Adinda Pradipta Clara Wijaya putri bungsu dari seorang artis ternama dan bermulti talenta Pradipta C...