Bab 1 : Murid Baru

11K 959 35
                                    

Clara memeluk tubuh pria tersebut dengan tersenyum. Dia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Clara senang tapi ada rasa takut juga. Dia memejamkan kedua matanya dan mengeratkan pelukannya.

Hingga Clara tidak sadar jika Si pengendara motor sudah berhenti. "Lepas." Ucapnya.

Clara melepas pelukannya dan melihat sekitar. Dia tidak tahu dia ada dimana. "Rumah lo dimana biar gue anterin?" Tanya si pengendara motor.

Belum sempat Clara menjawab. Satu mobil hitam tadi menghadang Clara. Mereka keluar dengan 8 orang bodyguard.

Clara turun dan si pengendara motor juga turun. Tapi lagi-lagi si pengendara motor mampu membuat Clara tersenyum. Si pengendara motor memberikan badannya untuk melindungi Clara. Mungkin dia pikir dia adalah orang yang ingin mencelakai Clara.

"Nona, mari pulang." Ucap Angga salah satu dari mereka. Si pengendara tersebut menoleh ke belakang. Dia hanya membuka kaca helmnya.

"Aku kenal mereka. Terima kasih sudah memberi tumpangan dan ingin mengantarku pulang." Ucap Clara tersenyum dan mengangguk sopan.

Sebelum memasuki mobil Clara melihat pada si pengendara motor begitu juga sebaliknya. Lalu si pengendara motor menghidupkan motornya dan pergi duluan meninggalkan mereka.

Clara melupakan sesuatu. Kenapa dia tidak bertanya siapa namanya. Dasar pelupa.

Sesampainya di rumah. Clara sudah disambut semua orang dengan pandangan yang berbeda. Ketiga abangnya terlihat khawatir begitu juga dengan Ayah dan kakek buyutnya. Tapi berbeda dengan bundanya. Dia menampilkan wajah marahnya, langsung menghampiri Clara dan menjewer telinganya.

Hal yang tidak akan bisa di lakukan oleh para lelaki di rumahnya, kecuali bundanya. Clara menyebut bundanya dengan sebutan Bunda Ratu. Nomer kontak bundanya dia beri nama Bunda Ratu. Meskipun itu juga yang di lakukan oleh kedua abangnya. Kak Sean dan abang Calvin.

"Bunda sakit." Seru Clara yang mengikuti langkah Syesil yang menyuruhnya untuk duduk di sofa.

Clara hanya memanyunkan bibirnya dan menunduk. Sambil melirik ke tiga abangnya. Meminta perlindungan.

"Tidak ada yang boleh membela Clara." Ucap Syesil tegas.

"Clara." Panggil Syesil tegas.

"Iya bunda." Jawab Clara dengan lirih dan tetap menunduk.

"Kenapa kamu kabur?"

"Clara cuman mau lihat balapan liar bunda itu ajah pengen tahu kayak apa balapan liar dan sekarang Clara udah tahu. Jadi Clara gak bakalan melakukannya lagi. Janji. Terus Clara gak sendirian. Clara sama Sera." Ucap Clara panjang lebar.

Tapi, Clara teringat sesuatu dia membulatkan kedua matanya dan seketika berdiri. Membuat semua mata yang melihatnya bingung sendiri dengan sikap Clara yang berubah-ubah. Kakak sulungnya dan ayahnya hanya mampu tersenyum manis melihat tingkah Clara.

"Bunda, Sera udah pulang belum?" Tanya Clara panik.

Syesil menghembuskan nafasnya kasar. "Sudah." Jawab Syesil ketus.

Clara berseru lega dan menghampiri bundanya lalu memeluknya dengan manja. "Bunda sayang, jangan marah loh, nanti..."

"Apa? kamu mau bilang bunda makin tua?" Potong Syesil dengan cepat.

"Enggak. Kata siapa bunda tua? Siapa yang bilang. Biar Clara lawan orang itu." Ucap Clara yang mampu membuat tersenyum para lelaki di rumah tersebut.

Syesil mencubit pipi Clara gemas. "Kamu itu yaa anak cewek bunda satu-satunya, tapi...." Syesil tidak mampu berkata apa lagi.

Clara tersenyum dan semakin memeluk bundanya dengan manja. "Iya tahu, bunda itu sayang banget sama Clara. Meskipun bunda sering ngomel-ngomel Clara tetep sayang kok sama bunda." Ucap Clara mencium pipi Syesil.

The Beautiful Youngest SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang