Nuca langsung menuju ke tempat dimana keluarga Clara berada saat ini. Selama tiga jam perjalanan Nuca tidak pernah berhenti satu kalipun untuk beristirahat. Nuca terus melajukan laju motornya meskipun terik panas sangat menyengat. Semakin lama terik panas tersebut perlahan menjadi terik yang menyilaukan. Tapi beruntung perjalanan tersebut di tutupi dengan pohon-pohon tinggi dan rimbun yang berjejer di pinggir jalan. Hanya beberapa motor dan mobil yang bersalipan dengan Nuca.
Laut biru yang membentang mulai terlihat oleh mata Nuca bagaimana laut itu berwarna biru tenang membuat yang melihat berdecak kagum karena begitu indahnya. Hanya ada satu rumah bercat putih yang tepat menghadap pantai.
Nuca tersenyum lega melihat rumah mewah tersebut. Nuca membuka Helemnya dan sedikit melemaskan tubuh dan ototnya karena merasa pegal. Dari depan rumah sudah terlihat dari balkon atas sudah ada tiga saudara Clara yang juga sedang menatap pada Nuca. Nuca terus berjalan menuju pintu rumah tersebut.
Dari atas balkon Clavin berucap dengan ketus. "Clara gak ada di sini."
Seketika Nuca menghentikan langkahnya dan mendongakan kepalanya melihat pada Calvin. Nuca tahu Calvin tidak menyukainya dari awal dan Nuca mengerti akan hal itu.
"Mending lo pulang." Usir Calvin lagi. Seketika Calvin mendapat sebuah tepukan yang hampir bersamaan dari kakak kembarnya. Sebuah teguran dari mereka karena sikap Calvin yang tidak sopan pada seorang tamu.
Nuca mengepalkan tangannya. Marah. Kesal. Lelah. Haus. Lapar. Semua menjadi satu semakin membuat Nuca ingin menghancurksn sesuatu yang ada di sampingnya. Dia sudah jauh-jauh datang ke sini untuk menemui Clara. Dan Clara tidak ada. Tapi benarkah Clara tidak ada disni? Apa Calvin berbohong padanya.
"Calvin tidak sopan." Tegur seorang wanita yang memiliki wajah hampir sama dengan Clara. Syesil keluar dengan Chandra menyambut kedatangan Nuca dengan senyum hangat. Melihat ibu dari gadis yang disukainya terseyum penuh arti yang membuat Nuca ikut menarik kedua sudut bibirnya.
"Nuca kapan datang? Ayo masuk dulu." Sapanya ramah. Nuca bersalaman pada kedua orang tua Clara sopan.
"Saya mau ketemu Clara tante, apa memang tidak ada disini? Tanya Nuca langsung. Menolak ajakan Syesil.
Syesil tersenyum lembut. "Masuk dulu. Kamu pasti capek kan? Istrihat dulu."
Melihat Nuca yang tetap mematung membuat Syesil memberitahu pada Nuca. "Clara memang tidak ada di sini. Clara ada di sana." Tunjuknya pada pantai yang membuat Nuca mengikuti arah telunjuk Syesil.
"Sebetar lagi Clara pulang. Jadi tunggu disini saja sambil kamu istirahat dan minum atau kamu lapar." Ucap Syesil pengertian. Syesil tahu Nuca sudah jauh-jauh datang kesisni. Anak muda di depannya amat teramat menyukai putrinya.
"Tidak perlu tante nanti saja saya mau ketemu Clara dulu." Ucap Nuca sambil pamit pada Syesil dan Chandra.
Nuca berlari menuju pantai. Sesampainya di pantai Nuca melihat ke segala penjuru pantai mencari sosok gadis yang dicarinya gadis yang dia rindukan. Gadis tersebut berjalan dengan tanpa menggunakan alas kaki berjalan dengan pelan sambil menikmati sore dengan angin yang bertiup kencang membuat dress putih Clara yang selutut sedikit tersibak karena hembusan angin.
Nuca membuka jaket hoodienya. Berjalan mendekati Clara dan ketika sudah sampai Nuca langsung mengikatkan jaket hoodienya pada pinggang Clara membuat Clara berjengit kaget.
"Eh." Ucap Clara terkejut dan menoleh ke belakang. Melihat wajah Nuca yang menunduk ke bawah fokus pada ikatan yang dia buat dipingang Clara.
"Nuca." Seru Clara lirih. "Kok kamu bisa disini?" Tanyanya ketika mereka berhadap-hadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Youngest Sister
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA! SEQUEL THE BEAUTIFUL CEO (CERITA PUTRI BUNGSU SYESIL DAN CHANDRA) #2 acak (23 Juni 2020) #1 ceritapendek (08 Oktober 2020) Adinda Pradipta Clara Wijaya putri bungsu dari seorang artis ternama dan bermulti talenta Pradipta C...