Bab 5 : Secepat Itukah

7.6K 809 16
                                    

Clara menuruni tangga dengan tergesa-gesa tidak peduli dia akan jatuh atau tidak.

"Clara pelan-pelan nanti jatuh." Teriak Syesil dari bawah. Clara pernah satu kali terpeleset karena tidak hati-hati menuruni tangga. Untungnya cuman keseleo saja. Meskipun cuman keseleo semua penghuni di rumahnya dibuat kerepotan. Dia selalu minta di gendong kepada ketiga kakak laki-lakinya atau kepada ayahnya. Dan mereka tidak ada yang menolak ataupun protes semuanya menerima sikap manja Clara. Sedangkan Syesil tidak memanjakan Clara. Karena meskipun dulu Syesil adalah satu-satunya perempuan di kelurga Wijaya dan satu-satunya penerus Syesil tidak bermanja-maja ria kepada kakek buyutnya. Tidak separah Clara sifat manjanya.

Di akhir tangga Clara meloncat dengan girang lalu memeluk bundanya dengan sayang. "Pagi Bunda Ratu." Ucap Clara mencium pipi Syesil. Syesil hanya mendelik melihat tingkah putri bungsunya yang terkadang sangat hiperaktif.

Mereka berduapun pergi ke meja makan dimana sudah ada Hermawan, Chandra dan kakak sulung Clara.

"Abang Calvin pasti belum bangun." Tebak Clara sambil duduk di kursinya.

"Udah berangkat." Ucap Syesil

"Hah? Kok udah berangkat? Clara ditinggal dong." Ucapnya sambil mengambil roti yang Saga berikan padanya. Setiap pagi Saga yang mengolesi roti Clara dengan selai coklat.

"Memangnya kamu udah bilang kalau mau bareng sama abang kamu?" Tanya Chandra.

"Belum sih ayah. Clara mau bilang waktu sarapan ini. Lagian tumben abang Calvin berangkat pagi. Paling dia ada sesuatu yang disembunyiin." Ucap Clara menghasut semua orang untuk berpikiran buruk pada Calvin. Karena yang paling usil terhadap Clara adalah saudara kembarnya sendiri.

"Kamunya yang telat Clara. Kok abang kamu yang disalahin." Ucap Syesil sambil mengoleskan selai vanila pada roti lalu diberikan pada suaminya, Chandra.

"Clara enggak telat bunda abang Calvin yang kepagian." Ucapnya sambil mengunyah makanannya.

Para lelaki di rumah tersebut hanya saling lirik hal yang sudah biasa terjadi setiap pagi. Hanya ada dua orang perempuan di rumah ini tapi mampu membuat kegaduhan yang signifikan.

"Padahal Clara mau naik motor berangkat ke sekolahnya." Ucap Clara sedih. Kalau dia sudah bosan di anterin pakai mobil maka dia akan ikut saudara kembarnya yang tiap hari menggunakan motor ketika berangkat sekolah.

"Yasudah kakak anterin?" Tawar Sean yang baru datang dan ingin duduk di kursinya.

Clara tersenyum senang. "Tapi jangan lama-lama nanti temen-temen Clara pada ngerumuni Kak Sean. Kan Clara juga yang repot."

Pernah Sean mengantar Clara berangkat sekolah untuk pertama kalinya. Karena kakaknya seorang public figure sama seperti ayahnya jadi banyak yang antri untuk minta foto apalagi waktu masih pagi pada seger-seger untuk dimintai foto bersama. Clarapun bertindak sebagai bodyguard Sean dan menyuruh teman sekolahnya untuk antri dan jangan saling dorong. Bukan hanya Sean yang memiliki fans. Kedua kakak laki-lakinya yang  lain juga memiliki fans sendiri.

"Ok Princess. Kakak ambil kunci motor dulu." Ucap Sean kembali kamarnya lagi.

Clara menggigit roti selai coklatnya dengan lahap. "Bunda, hukuman Clara udah selesai kan?"

"Enggak." Ucap Syesil.

Clara mengembungkan pipinya dan melirik ayahnya. Chandra memberikan semangat kepada Clara dengan mengucapkan kata fighting untuk terus membujuk ibunda ratunya.

"Bunda, nanti Clara bantuin bunda deh." Ucap Clara bernegoisasi.

"Bantu apa?" Tanya Syesil bingung.

The Beautiful Youngest SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang