ARSA - 10

2.6K 500 69
                                    

ARZAN membawa Rosa ke sebuah kafe yang jaraknya cukup ditempuh selama 15 menit dari sekolah. Menurut Rosa, kafe tersebut sangat nyaman. Banyak macam-macam bunga di dalam maupaun di luar bangunan, kafe tersebut juga mengusung gaya ala trend kekinian. Mengingatㅡmungkinㅡkafe ini menargetkan para kaum milenial ke atas. Di beberapa sudut kafe, terdapat spot foto yang sudah di sediakan. Kalau Rosa tidak salah hitung, ada sekitar 5 tempat.

Kafe yang memilih nama 'Paradise' untuk panggilan juga memiliki sebuah balkon luas sebab mereka hanya memiliki satu lantai. Sementara balkon yang memuat dua meja beserta kursinya mungkin menarik minat pembeli untuk datang lagi. Sebab pemandangan yang disuguhkan sangat memanjakan mata. Dan disanalah Rosa duduk setelah di arahkan oleh pelayan sementara Arzan memesan makanan.

“Gue harus foto, pamerlah. Biar makin panas lambe-lambe di sekolah,” ujarnya lalu tertawa jahat di dalam kepala.

Gerak kesana, cekrek. Gerak kesini, cheese. Pose begini, cekrek. Pose begitu, say cheese. Rosa tersenyum melihat foto-foto selca-nya sendiri. Jarinya menggeser foto-foto berikutnya untuk dipilih dan di upload di sosial media. Pemandangan seperti ini harus di bagikan ke khalayak ramai, sayang, lho. Indah sekali soalnya, tak sia-sia ia menyetujui ajakan Arzan.

Rosa tersenyum lebar ke arah Arzan saat cowok itu datang, sampai-sampai Arzan tersipu sendiri karena menerima senyuman semanis dan selebar itu.

“Gue nggak tau kalau pemandangan di kafe ini bagus banget,” ujarnya senang saat Arzan duduk.

Arzan berkedip dan mengangguk pelan. “Berarti nggak salah gue ajak lo ke sini.”

Rosa mengangguk semangat, setuju sekali rupanya sampai rambut gadis itu ikut bergoyang. Arzan terpesona untuk kesekian kalinya.

“Zan-Zan,” panggil Rosa ringan. “Fotoin dong, ya-ya-ya?” pintanya dengan tangan terkatup sempurna di depan wajah. Wajahnya memelas dengan bibir sedikit maju.

Lagi-lagi Arzan disuguhkan ekspresi langka dari gadis di depannya ini. Padahal tanpa memelas seperti itupun ia tidak akan menolak permintaan Rosa. Cowok itu kemudian mengangguk dan mengambil ponsel yang disodorkan Rosa. Arzan mengekori gadis chipmunk itu hingga ke pinggir balkon. Kamera pun di bidik sempurna ke arah Rosa yang sudah berpose.

Pose pertama, gestur peace di mata kanan.

Pose kedua, malu-malu kucing dengan kedua tangan menutupi nyaris setengah wajah.

Pose ketiga, duduk di atas pembatas balkon.

Arzan pun berhenti memotret saat Rosa berjalan ke arahnya dan berdiri dengan jarak tipis di antara mereka. Tatapan gadis itu mengarah ke layar ponsel sedangkan Arzan sendiri mendadak tidak fokus karena jarak sepanjang semut begini.

“Gimana? Gue cantik nggak di foto?” tanya Rosa sembari menggulir layar.

“Iya, cantik,” balas Arzan memuji.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang