ARSA - 65

1.8K 305 35
                                    

🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀


ENTAHLAH sudah berapa lama Arzan membiarkan tubuhnya di guyur hujan. Hanya saja saat sampai di rumah dalam keadaan basah kuyup dan membuat Susan memekik kaget. Arzan yakin ia masih berada di pintu rumah saat itu terjadi, namun tahu-tahu saat bangun ia sudah berada di rumah sakit lagi. Bukan di ruang inap Rosa melainkan di ruang rawat inapnya sendiri. Ia terkena gejala tifus hingga harus dirawat. Yang lebih mengejutkan Arzan tidak sadarkan diri cukup lama, nyaris menyentuh lima hari jika saja sorenya Arzan tidak sadar.

Mungkin karena tenaganya diforsir selama sebulan ini, hujan-panas selalu mengurus acara sekolah. Arzan merasakan kepalanya terasa dihantam gada saat bergerak sedikit saja. Krystal menghela napas berat saat mengusap dahi Arzan. Masih panas.

"Bunda udah pulang buat ambil baju kamu kalau kamu penasaran," ujar Krystal. "Ayah lagi kerja ngurusin kasus baru."

"Rosa?" Arzan menoleh. "Rosa udah bangun?"

Krystal menggeleng, "Belum, Zan. Sabar, ya. Doa yang banyak supaya Oca cepet sadar."

Arzan tak menjawab. Rasa sesak kembali menyergap dada, ia memalingkan wajah. "Apa kalau aku datang lebih cepat, Rosa nggak mungkin kayak gini, 'kan, Kak?"

"Zan, fokus sama diri kamu dulu. Setelah ituㅡ"

"Pak Julian? Dia dipenjara?"

Krystal menghembuskan napasnya berat, ia duduk di kursi dan menggenggam tangan sang adik. "Setelah Jessica siuman dia langsung pergi ke rumah Rosa dan ngehajar Pak Julian habis-habisan. Beliau masih di sana saat Jessica kesana, Kakak juga nggak tau detailnya gimana. Tapi karena Jessica ngamuk banget Pak Julian sampai harus di opname di sini, Zan. Dan buat kasus Rosa, Ayah yang tanganin. Kamu nggak perlu cemas."

Arzan mengangguk tipis dan kembali memalingkan muka, menatap ke luar jendela. Arzan pernah mendadak terpikir, hidup sebagai seorang Rosaline itu bagaimana? Yang jelas bukanlah hal yang menyenangkan untuk dijalani dengan mental lemah. Rosa selalu tampak tegar, kuat dan mampu berdiri di kakinya sendiri, menatap menantang pada orang lain. Sementara di belakang punggung keluarganya sendirilah yang melemparinya kerikil-kerikil kecil yang mana malah membuat goresan ringan menjadi membesar.

Arzan membalikkan tubuh membelakangi Krystal, menarik tungkai dan menenggelamkan wajah pada lipatan tangan. Sepersekon kemudian bahunya bergetar kecil sementara Arzan mati-matian menggigit bibirnya agar tak meloloskan satu isakan. Krystal memandang sendu punggung adiknya yang biasa tegap kini meluruh. Ia pun bangkit, mengelus pelan kepala Arzan san berbalik untuk pergi. Memberikan Arzan ruang tersendiri.

Krystal baru kali ini melihat Arzan menangis berkali-kali hanya untuk seorang perempuan. Bahkan mengadu padanya seperti lima hari lalu layaknya anak kecil. Bahkan saat kepergian Lily pun Arzan tidak sampai begini. Hanya tidak bersemangat dan Krystal tidak pernah melihat adiknya menangis semasa berkabung. Namun untuk kasus Rosa, adiknya jatuh sejatuh-jatuhnya.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang