ARSA - 30

1.8K 333 29
                                    

🥀H A P P Y   R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🥀H A P P Y   R E A D I N G🥀

“ROSA masuk sekolah, Zan.”

Begitu Dhani mengutarakan kalimat pendek berisi empat kata tersebut. Arzan langsung melempar pensil ke meja dan berlari keluar dari ruang OSIS. Si pemuda berlesung pipit tersebut tidak tahu-menahu tentang Rosa yang datang sekolah hari ini. Bahkan Joan bilang bahwa Rosa menjadi perbincangan hangat di sekolah mereka. Apalagi kalau bukan mengenai foto yang tersebar luar seminggu lewat. Agaknya si pemeran utama baru menampakkan batang hidung mana mungkin tidak jadi buah bibir masyarakat Bina Bangsa.

Arzan tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kurang lebih tidak peduli dengan tanggapan orang lain, toh, tidak penting juga untuk didengarkan. Yang menjadi pokok permasalahannya, kenapa ia tahu si gadis chipmunk tersebut masuk sekolah dari orang lain? Kenapa tidak dari si empunya saja?

Ah! Arzan memperlambat langkahnya dengan tangan yang merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponsel. Terkadang ditampar kenyataan lebih menyakitkan daripada ditampar oleh makhluk nyata. Tampaknya harapan si pemuda agaknya makin besar dan sulit terkontrol sekarang. Sebab merasa sudah dekat dengan Rosaㅡsetidaknya akhir-akhir ini Rosa tidak berkata kasar, mengusirnya ataupun melemparkan tatapan membunuh ala si gadis, jadi bisa disebut dekatlah. Lagipula Rosa sendiri yang bilang bahwa mereka teman.

Tetapi memangnya teman harus kesal begini kalau tidak diberi kabar? Hanya sebatas teman, bukan?

Arzan mendesis seraya mengelus tengkuknya yang sudah tertunduk, matanya juga ikut terpejam erat-erat. Sepersekian detik berikutnya Arzan mengeluarkan ponsel dari saku dan menyalakannya, mana tahu ada satu notifikasi dari Rosa. Namanya berharap, belum tentu dikabulkan.

“Nggak ada,” gumamnya bermonolog.

Arzan menghela napas berat. Untung koridor bagian gedung OSIS, PIK-R dan kantor-kantor kosongㅡjelas tak ada siswa yang mau menginjakkan kaki di sini selain ada urusan penting, sehingga si pemuda tidak perlu repot-repot mempertahankan raut wajah datarnya agar terlihat normal. Masih punya malu rupanya.

“Lagi ngapain, sih?”

Arzan berjengit mundur ketika sebuah suara hangat menyapa gendang telinganya. Membuatnya reflek menyentuh dada dengan kedua mata yang melebar sempurna. Wajahnya sepucat kertas seakan baru saja berpapasan dengan hantu. Arzan menghembuskan napas perlahan-lahan menatap seorang gadis di depan mata yang tengah bersedekap tangan.

“Rosa!”

Si empu mengedip lambat. “Kenapa? Kaget amat, sih.”

“Udah kayak hantu aja lo tiba-tiba muncul,” gerutu Arzan seraya menetralkan detak jantung yang sempat terpacu cepat.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang