ARSA - 64

1.8K 298 25
                                    

🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

DERASNYA hujan membasahi setiap sudut kota, hawa dingin beriringan dengan petrikor yang menusuk rongga hidung. Sesak di jalanan pun dibuat lengang dalam sekejap, tak ada orang yang mau basah kuyup; mungkin hanya sebagian orang. Sejauh yang dapat diingat dalam memori sebab semua yang terjadi terlalu cepat. Arzan tak lagi bisa merasakan kakinya menapak setelah Rosa masuk ruang operasi. Tangannya tremor parah, penuh darah kering dan pening menghantam kepala.

Si pemuda terus mendoktrin diri bahwa Rosa akan baik-baik saja. Nona Mawarnya sangat kuat jadi ia yakin Rosa akan melewatinya dengan baik. Namun semakin banyak ia berkata demikian, semakin deras air matanya yang keluar. Jantungnya berdetak melewati batas normal dengan sesak merenggup pernapasan.

Tubuh Arzan ditarik paksa untuk berdiri dan maniknya bersitatap dengan Jessica. Ah! Kapan gadis itu sampai? Arzan tidak sadar.

Jessica mencengkeram kuat kerahnya. Seolah mencari kepingan lain dalam manik lawan bicara guna mengetahui kebenaran. Gadis itu bahkan menutup mata dengan bercak-bercak darah pada Arzan. “L-lo bohongkan? Nggak mungkin RosaㅡRosa … Rosa baik-baik aja 'kan? Kalian lagi bercanda aja, 'kan?” sembur Jessica, tangannya bergetar dengan air mata yang siap meluruh kapan saja.

Bungkamnya Arzan semakin membuat Jessica mengeratkan cengkeramannya. Sekeras apapun Alvin berusaha menarik tubuh Jessica mundur, gadis itu berhasil mempertahankan diri di posisi.

“Arzan! Jawab! Jangan diem aja!” bentaknya frustasi. Jessica menatap lekat-lekat ke dalam iris mata Arzan. “Rosa baik-baik aja, 'kan? Tadi dia masih nyanyi, Zan. Bercanda kalian nggak lucuㅡ”

“Rosa ditusuk ayahnya sendiri di rumahnya, Jessica,” potong Arzan lemah. Satu liquid bening turun.

Jessica membeku sesaat, mundur selangkah seraya menyugar rambut. Jessica tertawa pelan, air matanya meluruh. Sementara Chelsie sudah menangis di pelukan Jenna yang menahan isakan tangisnya. Jessica menatap nanar ke lantai sebelum berteriak histeris dan tangisnya pecah. Alvin memeluk Jessica erat-erat agar berhenti memukuli dirinya sendiri sedangkan Arzan sudah jatuh ke lantai.

“Rosa, Vin!” isaknya. “Ha-harusnya gue nemenin dia ta-tadi, Alvin. Harusnya gue nggak biarin dia pulang sendirianㅡhiks.”

Arzan menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis lagi, bahunya bergetar hebat. Sesaknya makin menjadi-jadi, sebanyak apapun Arzan berusaha mengisi paru-paru dengan oksigen. Ia masih tetap kesulitan bernapas. Jangan sekarang. Arzan belum siap. Jangan Rosa. Arzan tidak ingin kehilangan lagi.

“V-vin! Rosa, Vin.” Jessica menenggelamkan wajahnya di dada Alvin. Tangannya yang mengepal terus-menerus memukul lemah dada pemuda tersebut.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang