ARSA - 46

1.4K 282 14
                                    

🐥H A P P Y    R E A D I N G🐥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🐥H A P P Y    R E A D I N G🐥

BARANGKALI Lion salah dengar saat ibunya, Marie, meneleponnya dan menyapa dengan suara luar biasa gembira. Lion bahkan sempat berpikir bahwa Marie memenangkan undian tas mahal yang mana selalu dijadikan objek saat arisan; para ibu sosialita. Namun tidak, Lion malah mendengar hal yang lebih baik daripada kemenangan semu yang tak penting tersebut.

“Papa ngundang Rosaline ke makam malam nanti akhir pekan, Lion.”

Kira-kira begitulah ujar Marie padanya beberapa menit lalu yang mana langsung membuat Lion mengembangkan senyuman. Seluruh kemuramannya selama beberapa hari ini menghancurkan suasana hati didepak dalam sekali hembus. Seolah-olah Lion tidak pernah meninju pintu lokernya sampai penyok karena menahan emosi yang tengah meletup-letup.

Cowok jangkung itu langsung saja menutup telepon, berlari ke luar kelas begitu saja saking senangnya dan mencari sang kakak kemana-mana. Iris tajamnya terus bergulir kian kemarin mencari sosok mungil Rosa di antara kerumunan orang-orang.

Senyum si pemuda makin melebar tatkala menemukan Rosa di ujung lorong. Beruntung, dengan kaki panjangnya Lion dapat menggapai lengan Rosa dalam beberapa langkah dan memeluk tubuh sang kakak erat-erat sampai si empunya tak menapakkan kaki di ubin lantai. Rosa sama saja terkejutnya dengan orang-orang yang menghuni koridor.

“Yon! Yon! Turunin Kakak dulu, banyak orang ini,” ujar Rosa seraya memukul bahu sang adik.

Lion menurut, diturunkannya sang kakak dengan perlahan-lahan kemudian memasang cengiran lebar. Selebar-lebarnya. Lion bahagia bukan main.

Rosa memandang geli wajah Lion, ia menyilangkan tangan. “Kenapa kamu nyengir kayak gitu, hm? Kamu jadi kapten basket?”

Pemuda tersebut menggeleng, Lion memberikan gestur agar Rosa menebar lagi. Gadis chipmunk tersebut berdeham panjang, ia bertepuk tangan sekali kemudian. “Oh! Kamu ditembak gebetan sendiri, ya? Ngakuu! Hayoooooo, Lion udah gede ternyata.”

Lion berdecak sebal dan menggeleng cepat. “Kakak pergi makam malam akhir minggu, 'kan?” tembaknya.

Gadis chipmunk tersebut mengerjap, dahinya pun mengerut samar. “Kamu tau darimana? Ouh! Papa yang bilang, ya?”

“Bukan, tapi Mama.” Lion meraih tangan sang kakak. “Kak Audy pergikan? Iya, 'kan?”

Melihat bagaimana Lion sesemangat dan sebahagia ini karena Julian akhirnya meluluhkan hati walau sedikit. Rosa ikut bahagia juga, diusaknya puncak kepala sang adik meskipun harus berjinjit terlebih dahulu karena perbedaan tinggi yang cukup signifikan.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang