ARSA - 32

1.6K 328 22
                                    

🥀H A P P Y   R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀H A P P Y   R E A D I N G🥀

ARZAN tahu bahwa ada yang tidak beres pada Rosa sesaat setelah gadis itu pergi begitu saja ketika mereka berjumpa di lorong pagi tadi, dan ia tidak tahu apa. Arzan hanya merasa ada yang salah dan ia juga merasa bersalah akan suatu hal yang Arzan juga tidak tahu apa. Bahkan ia tidak bisa menyapa gadis itu saat mereka berpapasan, seakan takut mengganggu waktu Rosa. Padahal sebelum-sebelumnya biasa saja, ia pasti akan menganggu Rosa. Tetapi kali ini beda.

Maka dari itu ia berinisiatif untuk tetap tinggal di kelas dan menunggu Rosa selesai piket. Sebenarnya ia cukup terkejut Rosa mau ikut piket kelas, biasanya langsung kabur begitu saja, sama halnya dengan Jessica. Tetapi kali ini Jessica yang sudah kabur dan hanya menyisakan Rosa dengan dua orang teman sekelas mereka.

Setengah jam kemudian saat Arzan masih bersandar pada tembok dan sesekali melirik arlojinya. Barulah ia menemukan Sissy serta Missyㅡkakak beradik kembar, keluar dari kelas seraya tersenyum menyapa.

“Nunggu siapa, Zan?” tanya mereka kompak.

Arzan terkekeh pelan, “Rosa. Kalian pulangnya hati-hati, lagi musim jambret sekarang.”

Sissy maupun Missy mengangkat ibu jarinya kompak. “Oke, dah, Arzan.”

“Dahh!”

Arzan menoleh saat menemukan Rosa keluar kelas dan berjalan begitu saja melewatinya. Cuek sekali, seperti dulu dan Arzan mendadak takut kalau Rosa akan kembali menjadi Rosa yang menjauhkan Arzan dari lingkaran hidupnya.

Pemuda berlesung pipi itu meraih pergelengan tangan Rosa sehingga si empu berjengit, matanya melebar sempurna saat menoleh menatap Arzan.  Arzan sendiri juga bingung dengan reaksi si gadis chipmunk ini.

“Arzan, bikin kaget aja lo, anjir. Gue kira siapa, astaga,” keluhnya seraya menyentuh dadanya yang sudah berdegup kencang di dalam.

Arzan mengerjap bingung, “Lo ... kaget?”

“Yaiyalah, bego! Makanya bersuara biar gue nggak spot jantung,” kata Rosa sebal, bibirnya mencebik kesal.

“Gue malah mikir lo marah, Sa,” tukas Arzan, nada suara melemah.

Rosa berkedip dua kali, dahinya mengerut pelan. “Gue marah karena apa emang?”

“Mana gue tau, 'kan lo yang marah,” balasnya keki.

“Kok lo sewot gitu?” balas Rosa tak kalah sebal.

“Gue nggak sewot, tuh.”

“Tadi nada suara lo naik satu oktaf, Arzan. Ish! Kenapa, sih?!”

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang