ARSA - 56

1.4K 288 22
                                    

🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

SEJAUH yang Rosa ingat dengan tindakannya di meja makan, gadis tersebut akhirnya melepaskan pelukan dengan cepat, berdiri sembari menutupi wajah dan beranjak pergi seraya menggumamkan permintaan maaf berkali-kali. Rosa sudah tersadar jika sikapnya melewati batas karena perasaan emosional menguasi diri. Hanya sesaat. Namun jujur ia merasa lega meski masih dirongrong rasa sesak di dada. Itu sudah lebih dari cukup untuk ia terima dari Susan.

Rosa tidak ingin membuat kegaduhan di rumah Arzan, terlebih-lebih melibatkan orang yang seharusnya tidak terlibat. Si gadis amat menyadari bahwa ia sudah banyak menyulitkan orang lain. Dan Rosa ingin berhenti menjadi benalu bagi orang lain. Gadis tersebut sudah pernah berkata pada diri sendiri serta mengusahakan hati, agar berhenti bersikap seperti wanita-wanita dengan kantong kesabaran berlebih di televisi. Tetapi ternyata lebih sulit dipraktikkan dengan banyak alasan tak tentu.

“Jadi egois itu susah banget kalau dasarnya orang udah baik.”

Rosa mendongak dan menemukan Arzan berjalan mendekat ke arahnya. Ia tersenyum kikuk, “Lagi-lagi lo berhasil nemuin gue, Zan.”

Arzan tersenyum kecil dan mendaratkan diri di sisi Rosa. “Mungkin karena gue GPS terbaik yang pernah ada?”

“Gue nggak akan debat masalah itu,” balas Rosa jenaka.

Pemuda jangkung tersebut meloloskan kekehan dan memeluk kakinya. Kepalanya mendongak dan Rosa pun melakukan hal yang sama. Menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang berkedip-kedip manis di atas kepala. Menggantung di angkasa luas yang ujungnya tak pernah bertemu. Satu kalipun.

“Ternyata lo cepet hapal rute jalan, ya, Sa?” Arzan kembali suara, dan menoleh menatap Rosa yang kini menatapnya. Gadis itu memandang bingung padanya. “Lo tau jalan ke taman belakang rumah gue, padahal belum gue ajak keliling, lho.”

Rosa meringis, “Maaf?”

“Bukan masalah besar,” balas Arzan dan kembali melemparkan pandangan pada langit. Helaan napasnya perlahan keluar dari bibir. “Bunda juga nggak marah kalau-kalau lo khawatir tentang hal itu. Bunda orangnya perasa banget, walaupun suka marah waktu kakak gue jatoh. Bunda ngobatin luka Kak Krystal sambil nahan nangis. Bunda emang nggak ngerti lo kenapa bisa mendadak nangis gitu tapi Bunda milih buat ngerti dan ngasih lo ruang. Sekedar informasi tambahan, Bunda sama Kak Krystal udah tidur, nanti lo masuk aja ke kamarnya.”

Arzan memandang Rosa dengan alis bertaut, “Atau mau tidur di kamar gue?”

Gadua chipmunk tersebut membulatkan mata, memandang sebal dan penuh teror. Ia mendecak, “Heh! Makin ngelunjak, ya?”

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang