ARSA - 29

1.7K 334 15
                                    

🥀H A P P Y R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🥀H A P P Y R E A D I N G🥀

MERANGKAK perlahan-lahan, sinar terang mulai membelai separuh dari isi bumi. Matahari memang belum sepenuhnya tegak di atas langit namun cahaya mampu membuat Rosa memicingkan mata. Gadis chipmunk tersebut menoleh ke arah jam dinding, pukul 06:45. Rosa mendesah pelan, rekor sekali ia bangun pukul segini. Mungkin karena semalaman ia menangis tanpa suara di balik selimut lalu terjatuh begitu saja ke dalam dunia mimpi, meski Lion sudah mengetuk pintu kamar beberapa kali untuk makan, Rosa masih betah untuk bungkam.

Marie juga ikut membujuknya agar mau keluar atau setidaknya membuka pintu agar ia bisa makan. Tetapi tidak. Rosa enggan membuka pintu. Enggan menatap wajah Marie, enggan dengan semua eksistensi di rumah ini. Juga, ia tak berharap bahwa Julian akan mengetuk pintu kamarnya dan melakukan hal serupa. Mustahil sekali. Mungkin sang kepala keluarga malah menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Rosa pun turun dari tempat tidur dan menyibak tirai jendela dalam sekali hentak. Kemudian tangannya membuka jendela, si gadis menumpukan tangan pada dinding jendelaㅡbagian bawah, dan memejamkan mata sambil menghirup udara dalam-dalam sampai rongga dadanya penuh, serta rongga hidung yang mulai agak pedih karena terlampau sejuk.

Selesai dengan kegiatan meditasi sejenak dan tak memakan waktu sampai lima menit. Rosa segera menyambar handuk dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Hari ini Rosa tidak memiliki firasat apapun, mengenai jalan harinya, entah baik entah buruk. Yang penting jalani saja, toh, sudah kodratnya sebagai manusia. Seberapapun kuatnya kamu menolak, yang namanya takdir dan kuasa Sang Pencipta tak akan bisa pernah kamu hindari. Menghilang saja tak cukup, bahkan mati sekalipun.

Terdengar penuh konsekuensi dan menuntut tetapi semua manusia menjalaninya, Rosa pikir.

Tak sampai setengah jam Rosa sudah selesai dengan seragamnya. Rekor lagi, rekor tercepat ia mandi selain di rumah sakit. Berendam seperti yang lalu-lalu dengan aroma mawar yang memenuhi rongga hidung, untuk mencegah otaknya berpikiran untuk membanting gelas lalu pecahannya digunakan untuk menyayat kulit. Atau malah menghabisi nyawanya, ini yang lebih parah. Jujur saja, Rosa tidak ingin mati semengenaskan itu. Hidupnya saja sudah cukup buruk dan sulit jadi tak perlu ditambah-tambah lagi.

Maka aroma-aroma yang menyenangkan dapat membantu menenangkan pikiran dan batin yang menjerit-jerit, macam teriakan-teriakan berisi kalimat negatif, contoh :

Mati lebih baik daripada tersiksa.

Gantung dirimu saja.

Tolong hilangkan rasa sakitnya, sayat kulit tanganmu.

Yeah, apapun yang bisa mengalihkan rasa sakit di hati ke rasa sakit di tubuh. Kalau diingat-ingat, terakhir kali Rosa menyayat lengannya saat ia kelas sepuluh, baru dua bulan pertama sekolah. Lalu ditemukan pingsan tak sadarkan diri akibat kekurangan darah di kamar mandi. Akibatnya Jessica mengamuk besar, Chelsie menangis dan Jenna memeluknya sambil menahan isakan.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang