ARSA - 08

2.5K 525 42
                                    

DULU saat Rosa masih kecil, ia sering ditinggal sendiri di rumah sementara orang tuanya akan pergi bersama Lion entah kemana, yang pasti ke tempat di mana adiknya bisa membawa pulang gula kapas, mainan baru atau barang-barang lainnya dan itu membuat Rosa iri. Rosa tidak pernah diajak kemanapun oleh Julian maupun Marie, pernah sih, itupun ke rumah kakek dan nenek. Tetapi tetap saja Rosa dianggap seperti makhluk tak kasat mata.

Kebanyakan kisah kecilnya pun hanya habis di rumahnya, rumah Jessica, Jenna ataupun Chelsie. Tak ada tempat spesial sebagaimana dongeng-dongeng yang pernah ia baca sebelum tidur. Omong-omong, Rosa sudah bisa lancar membaca saat umur empat tahun. Itu juga karena Marie tidak pernah membacakannya dongeng sebagaimana ibunya membacakan Lion cerita sebelum tidur. Yasudah, ia baca sendiri saja, Julian bilang Rosa tidak boleh manja.

Suatu ketika Rosa bersikukuh ingin pergi tatkala ia melihat Lion sudah rapi dan Wangi dengan rambut disisir rapih oleh Marie. Namun Julian malah membentaknya dan mengunci Rosa di kamar agar berhenti merengek. Rosa kecil menangis sejadi-jadinya dan dua jam kemudian baru sang ART membukakan pintu kamar.

Untuk menghiburnya yang tengah bersedih saat itu, ART rumah bernama Bude Ayu menunjukkannya sebuah tape recorder, sudah cukup usang tapi katanya masih bagus. Rosa takjub sekali dan berhenti menangis saat sebuah lagu klasik di putar melalui benda berukuran sedang tersebut. Dan di saat-saat Rosa ditinggal sendiri untuk kesekian kalinya, ia tak pernah menangis, bertanya maupun menuntut pergi seperti yang sudah-sudah. Tetapi ia akan segera berlari dengan kaki-kaki kecilnya menuju kamar Bude Ayu setelah mobil Julian keluar dari pekarangan rumah. Bernyanyi mengikuti lagu seolah-olah sedang mengadakan konser besar.

Tak disangka-sangka aksi mininya dulu malah berujung baik untuknya. Sekarang Rosa memiliki suara yang bagus dan guru seninya selalu memuji suara Rosa karena katanya merdu dan juga unik. Ia pun lolos masuk klub padus tanpa seleksi seperti anggota paduan suara lainnya.

Rosa menghela napas kasar. Baginya menyanyi sudah seperti jiwanya sendiri, di saat sedih maupun senang. Rosa akan bernyanyi di rumahnya yang lengang hingga suaranya bergema ke seluruh penjuru rumah. Matanya pun mengedar menatap ruangan padus beserta isi-isinya. Semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing sedangkan Rosa sudah selesai menyanyikan lagu miliknya.

Gadis tersebut pun memilih pergi dan menyampaikan amanah pada wakil ketua klub agar anggota-anggota padus tetap kondusif saat ia tinggal. Omong-omong, Rosa kini menjabat sebagai ketua paduan suara.

Rosa melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Menunjukkan pukul tiga sore dan Rosa tidak ingin melewatkannya.

Si gadis reflek mendongak dengan mata menyipit saat cahaya matahari mulai menyinari setiap inci tubuhnya. Angkasa terbentang luas berwarna biru serta dihiasi awan-awan yang bertukar bentuk seiring dengan pergerakan angin. Rosa lantas menyunggingkan senyuman kecil lalu menurunkan pandangannya ke arah lapangan. Gadis tersebut pun mendaratkan bokongnya di bangku panjang di depan kelas yang tak jauh dari lapangan.

Meski membenci orang tuanya, Rosa tetap menyayangi Lion yang merupakan adik satu-satunya. Lion tetap akan menjadi satu-satu anggota keluarga yang ingin Rosa pertahankan kebahagiaannya.

Rosa tersenyum saat Lion, berhasil mencetak poin bahkan ia bertepuk tangan kecil karena ikut senang untuk Lion. Begini saja sudah cukup, melihat senyuman Lion mengembang seraya bertos ria dengan teman-temannya. Rosa tak bisa menjadi kakak yang baik seperti yang lain. Menghampiri Lion dan memberikan semangat penuh untuk adiknya itu.

Benar. Rosa sengaja menyembunyikan hubungan persaudaraan mereka dari orang-orang di sekolah. Rosa tak mau Lion ikut terkena getah akibat ulahnya. Julian jelas tak akan suka kalau anak emasnya terluka meski hanya lecet. Diam-diam Rosa tersenyum miris.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang