ARSA - 53

1.4K 293 18
                                    

🥀H A P P Y     R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🥀H A P P Y     R E A D I N G🥀

UDARA malam yang agaknya memang selalu menusuk kulit sudah mulai menyusup ke dalam pakaian. Menusuk-nusuk kulit sehingga menyebabkan getaran kecil dalam diri. Jalan raya semakin ramai dengan kendaraan, tentunya disebabkan hari ini adalah malam minggu. Waktu atau hari yang ditunggu-tunggu sebagian besar orang untuk memadu kasih. Namun keluarnya Arzan semalam ini bukan untuk merehatkan diri. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat dan ia tiba-tiba mendapat telepon dari Rosa.

Nona mawarnya kembali bersedih.

Maka dari itu Arzan langsung menyambar jaket dan kunci mobil sang kakak lalu pergi tanpa izin. Arzan akan urus bagian itu nanti, sekarang Rosa dulu. Cowok tersebut takut jika Rosa melakukan hal-hal aneh jika dibiarkan lebih lama sendiri lagi. Arzan agaknya bingung, ada apalagi? Bukankah seharusnya Rosa sedang berbahagia dengan keluarganya?

Dalam perjalanan menuju tempat sesuai GPS ponsel gadis itu, Arzan memasuki jalan yang cukup lengang. Benar-benar sepi sehingga Arzan pikir ia memasuki kawasan terlarang. Mata setajam elang tersebut mulai memindai setiap sisi jalanan untuk menemukan sesosok gadis, seiringan dengan laju mobilnya yang melambat. Arzan reflek menginjak pedal rem tatkala menemukan satu perempuan duduk di atas batu besar dengan tangan menutupi wajah.

Dengan kecepatan kilat Arzan turun dari mobilnya dan berlari menghampiri Rosa. Ya Tuhan! Rosa berniat mati kedinginan, ya? Gaunnya terbuka sekali, apalagi bahu si gadis benar-benar polos, Arzan saja sudah kedinginan padahal sudah mengenakan jaket. Meskipun Arzan tak bisa berbohong bahwa Rosa sangat cantik malam ini, namun semuanya tergeser dengan kondisi Rosa ketika mendongak menatapnya dengan wajah basah. Hati Arzan mencelos seketika. Ulu hatinya berdenyut ngilu di dalam rongga dada.

"S-sa, kenapa?" Arzan menggeleng cepat saat menyadari suaranya parau dan goyang. Ia menghela napas berat dan berjongkok di depan Rosa. "Kenapa, Rosaline?"

"Gue mau mati aja, Zan," lirih Rosa, isakan tangisnya kembali pecah.

Mendengar hal gila tersebut keluar dari mulut si gadis chipmunk membuat Arzan langsung memeluk kepala gadis itu erat-erat. Tangan besarnya mengusap-usap kepala Rosa lembut.

Arzan menggeleng, “Nggak, Sa, nggak boleh,” ujarnya dengan suara berat.

“Gue capek, Zan.”

“Nggak papa, wajar, lo manusia. Jangan nyerah, Sa, masih ada gue. Masih ada gue jadi jangan khawatir, ada gue, Rosaline,” tukas Arzan setengah putus asa mendengar suara Rosa yang sangat lirih sekaligus frustasi. Arzan mengendurkan pelukan dan menangkup wajah Rosa, ia tersenyum kecil seraya mengusap pipi tembam Rosa yang basah. Manik si gadis kehilangan cahayanya, berbeda dengan hari-hari yang lalu, yang sinarnya benar-benar berbinar-binar. “Ada gue, Sa, jangan khawatir.”

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang