ARSA - 16

2.2K 373 22
                                    

JOAN, lo liat si Arzan kagak?” tanya Martin begitu duduk di kursi kantin, tepat berhadapan dengan Joan.

Joan mengedikkan bahunya. “Belum sempet ketemu.” Wajah cowok itu berubah masam sembari menimbang-nimbang. "Apa dia mau kabur dari interogasi, ya?”

Galen menggebrak meja pelan dn mengangguk setuju. “Bener! Sialan, gue baru mau minta traktir, anjir. Orangnya kagak ada.”

“Makan mulu lo, babon,” ledek Johnny dengan bibir menukik tajam ke atas.

Galen mengedikkan bahunya tak peduli lalu beralih pada Dhani yang sibuk mengunyah nasi goreng miliknya. Cowok itupun merangkul Dhani sampai si empunya sedikit terbatuk.

"Apaan sih, bangsat! Kesedek gue,” ujar Dhani kesal.

Cowok itu terkekeh. “Gue mau nanya, lo ada liat Arzan kagak? Hehe.”

Sembari menjauhkan lengan Galen dari pundaknya, Dhani menjawab singkat. “Ada, sih. Tadi pagi.”

“Terus-terus?”

Kening Dhani mengerut samar. “Maksud lo dengan terus apaan?”

Cowok berbadan bongsor tersebut memasang wajah datar. “Ya, lo apa, kek! Dia ngapa, kek!”

Joan pun menampol pundak Galen keras. “Gaje asli! Menyublim, gih!”

Galen memasang wajah cemberut sambil mengerucutkan bibirnya. Cowok itu terdiam dan Joan mengambil alih pembicaraan. Selagi Arzan tidak ada, mari bergosip tentang postingan di akun instagram Arzan. Kejadian langka dan ajaib ini memang patut diperbincangkan sebab ganjil rasanya. Beritanya pun sudah tersebar ke seluruh penjuru sekolah, santer sekali. Setiap berjalan, pasti ada yang bertanya.

“Eh, Arzan sama Rosa official?”

“Jadian mereka, Yan?”

“Itu mereka beneran?”

“Mereka ... gitu?”

Bisa gila Joan kalau menanggapi mereka satu persatu, mentang-mentang bintang utama sedang tidak ada. Lagian Joan mana tahu, sih. Yang menjalanikan mereka bukan dirinya. Bikin sensi saja.

“Gue kemarin malam nelpon Arzan tapi dia bilang nggak mosting apapun di IG,” ceritanya sambil menatap satu persatu manusia di atas meja yang sudah menyimak seksama. “Gue kira, tuh, bocah boong karena takut di introgasi. Tapi Arzan beneran kagak tau, anjay.”

Martin memasang pose memikir dengan jari telunjuk mengelus dagu. “Jadi Rosa sendiri yang posting?”

"ANJIR! ARZAN NGEJAMPI-JAMPI DONG AKHIRㅡ?”

Dhani langsung menyumpal mulut Galen dengan tahu goreng. Ia meringis menatap ke sekitar yang sudah menjadikan mereka pusat atensi. Mulut Galen memang pembawa masalah, ya. Apa-apa langsung berteriak heboh seolah-olah David Beckham datang ke sekolah dan memberikan tanda tangan percuma kepada mereka.

Sinting. Jelas tidaklah.

“Kurang teriak lo, anying,” ketus Johnny sambil menjitak kening Galen keras. "Sekalian ngomong pake toa sono, arak-arakan keliling sekolah.”

"Ya, maaf. Abisnya 'kan freaking news,” balas Galen setelah tahu di mulutnya habis.

Dhani mengelus dahinya yang mendadak berdenyut. “Breaking news, okay?”

"Iya, itu. Etdah! Pake diperjelas banget gue gobloknya.”

Martin menepuk pundak Galen pelan. “Lo terlahir goblok, Len. Jangan lupakan identitasmu,” katanya.

“Sialan!”

Joan bertepuk tangan sekali. "Fokus-fokus. Balik ke topik,” ujarnya meminta perhatian lalu menatap Galen tajam. “Gue bantai lo kalau tereak lagi,” ancamnya yang langsung membuat Galen ciut karena tak hanya Joan, yang lain pun menatap was-was padanya.

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang