ARSA - 45

1.4K 302 57
                                    

🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀H A P P Y    R E A D I N G🥀

MENGENAKAN kacamata bulat sembari menatap lurus serta serius pada layar laptop dengan kepala sedikit menunduk. Arzan akui gadis chipmunk di sampingnya ini makin menawan dengan pantulan cahaya laptop. Rosa benar-benar niat dalam membantunya, rambut panjangnya yang terurai kini sudah diikat asal namun tak mengurangi sedikitpun kecantikannya; semakin bertambah malah. Arzan terkekeh dan kembali fokus pada laptop miliknya sendiri.

Sementara Rosa yang sudah nyaman dibalut almamater Arzan dan menyilangkan kaki di sofa ruang OSIS dengan laptop di pangkuan. Gadis itu fokus sekali menyalin data-data murid Bina Bangsa yang melanggar aturan minggu ini.

Jujur saja, Rosa tidak akan terlalu terkejut jika ia menemukan nama Jessica. Namunㅡastaga! Nama sahabatnya itu banyak sekali, berduet dengan Alvin malahan. Membolos, cabut dari mata pelajaran tertentu, ketahuan mencoret dinding sekolah. Memang pasangan Joker dan Harley Quinn versi dunia nyata.

Kegilaan yang dibumbui keromantisan.

Rosa merinding.

Gadis itu menoleh ke arah Arzan, “Zan, kok gue nggak nemu nama gue sendiri, ya, di sini?”

Arzan menoleh dan menundukkan sedikit pandangan ke arah kertas putih yang disodorkan Rosa. Ia tersenyum simpul kemudian. “Berarti seminggu ini lo jadi anak baik. Minggu kemarin nama lo juga nggak ada.”

Si gadis berdeham agak panjang, sedetik kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Rosa tersenyum lucu, “Cocok jadi menantu nyokap lo nggak?” ujarnya seraya menangkup wajahnya sendiri dan berkedip dua kali; menggoda.

Bila pada paruh pertama berteman dengan Rosa, Arzan mungkin akan terkena serangan jantung melihat sisi menggemaskan Rosa. Barangkali sudah sering melihat untuk beberapa minggu kemarin sehingga Arzan tidak terlalu terkejut, hanya saja jantungnya tetap berdetak melewati batas normal.

Pemuda tersebut mengulurkan tangannya dan mengusak rambut Rosa lembut. “Cocok. Gimana, mau nikah sekarang?”

Rosa membulatkan matanya, berikutnya berdeham dan membuang muka, pura-pura fokus dengan pekerjaannya lagi. Seakan-akan apa yang dikatakan Arzan sebentar ini hanyalah sebuah fatamorgana belaka.

Arzan tergelak, “Heh! Jawab dong, malah diem aja. Gue tau lo nggak budeg.”

Rosa tak mengindahkan. Ia mengangguk-angguk sendiri, “Oh! Jadi ada 13 orang dari kelas 10 IPS 3, banyak juga, ya,” gumamnya sendiri.

Mau tak mau Arzan tertawa geli melihat tingkah Rosa. Gadis itu kalau dibalas dengan gombalan juga malu sendiri, seperti perempuan kebanyakan. Istilah lainnya, dapat lawan. Tingkahnya menggemaskan sekali, serius, deh!

How Bad Do You Want Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang