🌾Selamat membaca
Setelah dirawat kurang lebih seminggu di rumah sakit, kini rafa akhirnya diperbolehkan pulang. Dengan syarat ia tak boleh terlalu lelah. Operasi telah dilakukan tak menjamin kesembuhan anak itu.
Setelah kejadian itu juga sikap zidan sedikit berubah. Ia tak sedingin dulu, setidaknya ia mau menanyai keadaan sang adik walau ditutupi oleh gengsi.
"Lo mau makan sekarang? Tanya zidan setelah memasuki rumah.
"Nanti aja deh kak, mau mandi dulu. Rafa ke kamar bentar ya kak?" Pamitnya pada sang kakak yang tengah duduk di depan televisi.
"Hmm." jawab zidan dengan singkat. Rafapun yang mendengar itu lantas meninggalkan kakaknya dan berlalu kamarnya.
//
Esok harinya Rafa dan Zidan melakukan rutinitas seperti biasa yaitu bersekolah. Zidan sempat marah ketika Rafa memaksa ke sekolah dengan alasan ada ulangan. Tapi ia mencoba ber-positive thinking.
"Woi bro!! Sakit apaan sih lu? Sampe ngga masuk seminggu lagi. Tau ngga guru fisika cariin lo." sapa keinan sambil melilitkan tangannya dileher rafa.
"Ngga sakit apa-apa!" Kesal Rafa.
"Namanya juga temen, eh tadi tumben lu berangkat sama kakak lo?" Tanya Keinan dengan serius karena memang jarang jarang ia melihat kakak adik tersebut berdua.
"Udahlah, nan. Kepo banget heran. Oh ya, hari ini ada tugas ngga?" Kini giliran Rafa yang bertanya.
"Kita ngga belajar hari ini." Jawab sahabatnya itu sambil mengeluarkan cemilan coklat dari tasnya.
"Lho... Kenapa? Percuma dong gue bawa buku." Ujar Rafa.
"iya, soalnya ada sosialisasi tentang perkajusami (perkemahan kamis jumat sabtu minggu) buat besok." Jelas Keinan.
"Emang kapan kemahnya?" Tanya Rafa lagi.
"Kemahnya itu hari besok, terus kelas yang ikut itu kalau ngga salah kelas 10 sama 11 aja."
"Ooo... Lo ikutan juga?"
"Klikutlah, kayak ngga tau hobi gua aja lo." Jawab keinan dengan ketus.
"Ya udah gue ikut juga deh." Ucap rafa dengan riang. Ia memang sudah lama tidak mengikuti acara seperti sekarang ini.
//
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Namun ketika Rafa sampai diparkiran ia tak melihat motor Zidan, kakaknya. Yang Artinya ia terpaksa menggunakan angkutan umum untuk pulang hari ini. Namun ketika sampai di tengah gerbang, salah satu guru menyapanya.
"Rafa?" ucap seseorang.
"Bu Siska?" Siska Widia adalah guru fisika yang dikatakan Keinan tadi. Wanita berparas cantik itu datang menghampirinya.
"Kamu udah sembuh? Keinan bilang kamu sakit." Ujar Bu Siska sambil memegang bahu anak muridnya itu.
"Udah ngga pa-pa kok bu." Jawab Rafa sambil membungkukkan badannya sedikit.
"Mau pulangkan? Sama ibu aja yuk, rumah kita searah jugakan?" Tawar Bu Siska dengan ramah pada Rafa.
"Ngga usah bu." Rafa mencoba menolak ajakan tersebut.
"Ayo dong. Tinggal kamu sendiri lho disini." Rafa melihat sekelilingnya, Benar. Tak ada satupun siswa maupun siswi disini.
"Tapi ngga ngerepotin kan, Bu?" Tanya Rafa dengan kikuk.
"Ngga, yuk. Mobil ibu disana." sambil menunjuk kearah parkiran mobil.
Merekapun akhirnya pulang bersama, sebenarnya rafa merasa tak enak seperti ini. Mengingat statusnya yang hanya anak murid. Setelah 10 menit perjalanan, Akhirnya Rafa sampai di depan rumahnya. Ia keluar dari mobil dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Bu Siska pun beranjak dari pekarangan rumah anak muridnya itu.
"Pulang sama Bu Siska lo?!" tanya seorang laki laki yang tiba tiba muncul, tak lain dan tak bukan adalah Zidan.
"I-i-iya kak." Jawab Rafa dengan gugup.
"Masakin gua sesuatu. Laper." ucapannya masih terdengar dingin. Ia bahkan lupa bahwa sang adik tak boleh terlalu letih. Namun bukan rafa namanya bila tak melakukan apa yang diperintahkan sang kakak.
"Yaudah Rafa ganti baju dulu." iapun melangkahkan kaki kedalam rumah.
//
"Alhamdulillah, siap juga." Rafa telah selesai memasak, hari ini ia hanya memasak tumis tahu dan ayam goreng saja.
"Kak!! Makanannya udah selesai!" rafa memanggil Zidan yg sudah menunggu dari tadi.
Setelah beberapa menit kemudian Zidanpun datang. Ia duduk di meja makan dan mulai melahap apa yg dimasak adiknya tadi. Rafa terdiam melihat sang kakak yg makan dgn lahap. Jujur ia juga lapar, namun ia takut mengganggu jam makan sang kakak.
Tanpa Rafa sadari, Zidan melihat tingkah Rafa yang daritadi memperhatikannya makan.
"Ngapai lo ngeliatin gua?" tanya Zidan tanpa melirik Rafa.
"N-ng-ngga kak." Jawabnya gugup.
"Duduk!" Perintahnya.
"Apa kak?" Rafa yang tak mengerti itupun kembali bertanya.
"Lo mau makan-kan, makan aja!" kalimat itu melayang begitu saja.
"Serius kak?" Rafa tak percaya seorang Zidan dapat mengucapkan kalimat hangat seperti itu.
"Cepet sebelum gua berubah pikiran." Rafa yang mendengar itu lantas duduk didepan sang kakak.
Ia juga mengambil nasi dan menuangkan lauk kedalam piringnya. Sungguh hari ini takkan pernah Rafa lupakan. Senyuman itu terus merekah ketika melihat wajah Zidan yang ada didepannya.
"makan yang banyak, laki-laki itu harus kuat."
[TBC]
Makasih yang udah baca, vote dan komen. Semoga sesuai sama ekspetasi kalian yaa😘😉
MAKASIH BANYAAAK💜💫
*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉
KAMU SEDANG MEMBACA
P L E A S E! [End]
Novela JuvenilDia yang hidup hanya sebagai pelampiasan kemarahan dari seseorang yang tak lain adalah kakaknya sendiri. ......... "LO ITU CUMA NUMPANG BANGS*T!! "Maaf kak..." #48 friendship → 20200831 #10 brotheship→ 20200907 #06angst → 20210217 ⚠AKU TEKANIN, CER...