bagian 10

18.3K 1.3K 13
                                    



🌾selamat membaca


Keadaan rafa kini sudah cukup baik, walaupun ia sempat mengeluhkan sakit dibagian dadanya, dan pusing yang tak berkesudahan tapi ia sudah dapat memperlihatkan senyum indahnya itu.

"Ngapain lo senyum senyum?" Keinan merasa terganggu melihat sahabatnya itu yang terus menatap ke arah dirinya.

"Ngga tau. Tiba tiba gue pengen senyum aja." Jawab rafa dengan suara seraknya.

"Jangan jangan geger otak nih anak." ejeknya yang langsung dihadiahi pukulan oleh rafa.

"Malah dipukul lagi." Kesal keinan.

"Hmm...Kakak mana ya? APA DIA BELUM BALIK?!" Tanya rafa dengan nada khawatir diakhir kalimatnya itu.

Ceklek...

"Ngapain cari gua?" seseorang masuk dan langsung menjawab apa yang ditanya rafa tadi.

"Kak zidan..." lelehan air mata itu langsung turun dari mata indah rafa. Zidan mendekat ke adiknya. Rafa dapat melihat tatapan kakaknya masih sama. Dingin tak tersentuh.

"Kakak ngga kenapa-napakan?" Rafa tiba tiba bertanya yang membuat zidan mengkerutkan keningnya.
Ia lalu menggeleng.

"Rafa kira kakak bakal-"

"Ngga akan." kata zidan dengan sigap.

"Ekhekhem.. Kayaknya gua sakit perut deh, gua keluar dulu deh." keinan sengaja meninggalkan mereka berdua supaya tak mengganggu obrolan kakak adik tersebut.

"Ada yang sakit? Biar gua panggilin dokter." tanya zidan sambil memperhatikan seluruh tubuh sang adik.

"Ngga. Rafa cuma ngantuk." ucapnya seraya mengusap matanya.


//

Rafa tertidur setelah dokter menyarankan untuk memasangkan kembali bius karena nyeri dada rafa yang masih terasa dan luka yg ada disekujur tubuhnya. Zidan memperhatikan mata sang adik yg terlelap. Perlahan tangannya mengusap pelan rambut sang afik yang menghalangi matanya.

"Gua keluar dulu."

Setelah mengucapkan kata tersebut,zidan mulai beranjak keluar karena takut mengganggu rafa. Dilorong rumah sakit ia melihat keinan yg berjalan ke arahnya.

"Lo laper ngga?" tanya keinan.

"Laper sih." Jawab zidan karena dari semalam ia benar benar tak mau meninggalkan rafa sendirian sehingga lupa bahwa ia belum memasukkan sebutir nasi pun ke dalam perutnya.

"Yaudah ke kantinnya bareng aja, gua laper juga." Ujar keinan sambil memegang perutnya yang sudah keroncongan itu.

"Oke deh." Mereka lalu berjalan beriringan

//

Sesampainya dikantin, keinan langsung membuka buku menu. Jujur perutnya sudah lebih 5 kali berbunyi.

"Mau pesen apa?" tanya zidan.

"Nasi goreng bihun sama teh anget aja." Jawab keinan sambil melempar buku menu ke arah zidan. Sedangkan zidan, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Gua pesen dulu." zidan memesan makanannya terlebih dahulu. setelah itu ia kembali duduk di depan keinan.

"Kak, gua mau cerita." Keinan membuka obrolan saat itu.

"Cerita apaan?" Jawab zidan sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya.

"Tentang rafa." Ujarnya sambil menatap mata zidan yang mulai berubah lunak.

"Lo tau ngga kak, rafa pernah hampir nyerah." Sambungnya lagi sambil terkekeh pelan. Zidan mulai menatap keinan dengan serius.

//

Flashback on

Permasalahan antara rafa dan dan kakaknya belum juga lekas selesai. Hanya karena rafa menolak perintah kakak kelasnya itu, masalah kian membesar setiap harinya.

"Wih ada anak cupu nih." kevin salah satu anak yg suka membully teman maupun adik kelasnya yang lain disekolah.

"Bagus deh kalau lo dateng. Jadi kita ngga perlu susah-susah ngejebak lo." seluruh gengnya keluar dari tempat persembunyian mereka.

Rafa yang melihat sekumpulan geng kevin yang keluar bergerombol, membuatnya mulai melangkah mundur. Belum lagi jalan yang ia lalui sekarang cukup sepi. Ntah siapa yang akan menolongnya nanti.

"Kendra!! Pegang nih anak!" perintah kevin ke salah satu anggota gengnya tersebut.

"lo yg minta. Gua kasih!!"  Ujar kevin tepat ditelinga rafa yang mampu membuat bulu kuduk rafa berdiri ketakutan.

Bugh

Bugh

Bugh

"AKH..." Darah mengucur dari mulut rafa. Seluruh geng kevin terdiam saat itu. Kevin sudah berlebihan memukul adik kelasnya itu.

"Vin udah vin!" Ujar Rio yang berada dibelakangnya saat itu.

"Lemah bgt sih lo, baru juga dipukul 3 kali udah tumbang." Ejeknya sambil terkekeh.

"WOI BERHENTI!" Pergerakan kevin terhenti saat melihat salah satu sahabat karib rafa yang menatapnya tajam.

"Hadeuh, lama banget sih lo datengnya. Teman lo udah keburu sekarat." Ujar Kendra sambil mendorong tubuh lemah rafa yang tak berdaya itu hingga tersungkur dilantai.

"Jauh jauh lo dari sini! Lo murid teladan soalnya. Ntar dicap buruk lagi karena berantam." Ujar kevin. Keinan yang mendengar itu lantas naik pitam. Hatinya meringis saat darah itu mengucur dilantai kotor tersebut. "Pegang lagi ken, gua belum puas!"

"GUA BILANG BERHENTI BANGS*T! Keinan kembali bersuara.

"Lepasin aja vin, ntar kena masalah lagi kita." Rio menengahi saat itu. Tanpa aba-aba, keinan berlari ke arah rafa. Menepuk pipinya berkali kali, namun tak ada tanda bahwa rafa akan sadar.

"RAFA!! BANGUN BANGSAT!!" kata kasar mulai terdengar. Keinan mengangkat tubuh itu ke punggungnya lalu membawa rafa ke rumah sakit.

flashback off

//

Keinan menyudahi obrolan menyakitkan itu. Ntah mengapa bila ia mengingat kejadian tersebut, hatinya seakan tergores. Keadaan rafa saat itu juga sukses membuatnya sedikit trauma.

"Setelah kejadian itu kevin sama gengnya dikeluarin dari sekolah." Sambungnya.

"Terus? Tanya zidan pada keinan.

"Kevin ngaku kalau dia yang mukul rafa waktu itu. Bukti CCTV juga udah kuat." Jawab keinan seadanya.

"Makasih udah jagain rafa lebih dari gua. Makasih." Zidan lantas tersenyum ke arah keinan yang sedari tadi menundukkan kepalanya.

"Iya kak. Rafa juga adik gua." Keinan membalas senyuman manis zidan itu.




































[TBC]

Makasih udah baca, vote dan ngomen cerita ini😉 sorry kalo banyak yang salah atau ngga sesuai harapan😌

MAKASIH BANYAAAK💜✨

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang