🌾Selamat membaca
Rafa bangun sekitar jam setengah 5 pagi. Ia langsung mandi dan shalat, tak lupa setelah itu ia juga menyiapkan makanan untuk sang kakak.
Hari ini ia hanya memasak mihun goreng dan dadar telur. Memang sederhana karena persediaan makanan yg mulai menipis. Setelah menyiapkan itu semua ia mulai berjalan ke kamar sang kakak. Jujur hatinya masih sedikit trauma karena kejadian semalam.
"Kak!!" Ada sedikit ragu untuk memanggil kakaknya itu.
Ceklek...
"Ngapain lo manggil gua? Kalo ngga ada yg penting mending lo pergi." Ucapnya seraya menutup pintu.
Brak
Rafa hanya bisa mematung. Ia takkan mungkin bisa menghentikan zidan. Kini hatinya lebih hancur dari sebelumnya. Apa yang ia harus lakukan untuk mendapatkan kata manis seperti? Ntahlah, rafa tak mengerti.
//
Disinilah rafa sekarang. Tempat yang menjadi penenang ketika ia merasa ada beban yang tak kuat ia pikul. Kepalanya menengadah ke langit biru dengan suara riuh murid dibawah sana (Rooftop).
"Ngelamunin apa sih?" Keinan datang menyapa. Rafa menoleh sejenak namun kepalanya kembali menatap langit yang cerah itu.
"Ngga ada." Ucapnya lesu. Walau rafa tau, keinan pasti tau ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Lo sakit?" Tanya keinan lagi.
"Ngga." Jawab rafa dengan singkat dan dingin.
"Hah... Ada masalah lagi sama kak zidan?" Tanya Keinan sambil menghela nafas.
"Gua bilang juga apa Kei, Kak zidan berubah lagi. padahal dia udah ngasih gue sedikit harapan. Ternyata sikap kak zidan ke gue tetap sama. Gue kayaknya hidup cuma buat pelampiasan kakak doang." Ujarnya sambil tertunduk lesu dan suara yang sedikit bergetar.
"Kakak lo itu sayang sama lo, mungkin kemarin dia lagi capek. Jangan dibawa ke hati ucapannya." Nasehat keinan seraya menenangkan sahabat baiknya itu.
"Tapi gue ngerasa aneh kei. Kakak tiba-tiba marah sama gue. Kalaupun dia capek biasanya ngga gitu. Kak zidan kalau lagi capek pasti ngga bakal nanggepin apa yang gue bilang. Tapi kemaren... Ah, udahlah. Gua terlalu capek." Perkataan rafa itu sukses membuat keinan kembali menghela nafas serta menggelengkan kepalanya.
"Yaudah gini aja, nanti coba lo ngomong lagi sama dia. Okey?" Ucap keinan sambil menepuk bahu sahabatnya itu.
"Tapi gua takut." Ujar rafa dengan lirih.
"Ada gua." Jawab keinan yang seketika membuat hati rafa menghangat.
//
Tak terasa waktu pulangpun tiba. Semua murid tampak mulai meninggalkan kelas mereka, sama halnya dengan rafa. Tapi ia tak langsung pulang, melainkan menunggu seseorang. Seseorang yang membuatnya penasaran setengah mati.
"ARGA!!" Panggil rafa dengan suara kencang. Arga sontak menoleh ke arah rafa. Ia juga tersenyum sinis sambil berjalan ke arah anak itu.
"Kenapa hah? Oh gua tau. Lo pasti mau nanyain soal kemarenkan? Udah gua duga." Arga terkekeh pelan.
"Gue ngga mau basa-basi. Jelasin sekarang!" Tegas rafa tanpa babibu.
"Ikut gua!" Perintah arga sambil menarik tangan kecil itu menjauh dari pekarangan sekolah.
Rafa hanya bisa mengiyakan hal tersebut karena itulah yg terbaik sekarang. Arga membawanya ke arah bar. Terlihat perempuan dengan baju seksi keluar masuk dari bar tersebut. Ia lalu menarik tangan arga menjauh dari sana.
"Ngapain lo bawa gua kesini?!" Ucap rafa sambil menggeram marah.
"Santai aja kali. Lo mau pesan ngga?" Tawarnya dengan senyum sinis tak ada akhirnya dibibir laki laki yang berada didepannya sekarang.
"Gue udah bilang. Gue ngga mau basa basi, jadi tolong jelasin sekarang!!" Tegas rafa.
"Lo bisa sabar dikitkan? Kita senang senang aja dulu." Kesabaran rafa habis sudah. Ia takkan nyaman duduk di tempat yang sudah dipastikan salah untuk ia kunjungi.
"Apaan sih ga? Nyesel gua ikut lo sumpah." Ia lalu berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari bar tersebut. Tanpa sadar arga memotret rafa saat keluar dari bar itu, Dan tersenyum sinis.
"I got it."
//
Rafa melangkahkan kakinya di rumah sekitar pujul 17.23 sore. Ia melepaskan sepatunya dan langsung memasuki rumah sepi bagai tak berpenghuni tersebut.
"Assalamualaikum!!" Rafa menoleh ke arah suara Televisi yang menyala. Ternyata zidan tertidur dengan TV yang belum ia matikan.
"Kak zidan kok tidur disini? Nanti badan kakak sakit kalo tidur di sofa." Ucapnya dalam hati.
Rafa meletakkan tasnya lalu berlari ke kamar dan membawa bantal serta selimut. Ia mengangkat kepala zidan dgn hati-hati, Lalu meletakkan bantal di bawah kepalanya. Ia juga tak lupa membentangkan selimut agar kakaknya tak merasa kedinginan karena AC.
Setelah itu ia berjalan ke kamarnya. Mengganti baju dengan hoodie dan turun kembali untuk memasak makanan. Kakaknya pasti belum makan.
//
18.40
"Kak zidan!" Panggil rafa sambil menepuk punggung tangan zidan.
"Eungh... Apaan?" Zidan merentangkan tangannya untuk meregangkan ototnya.
"Shalat dulu kak. Udah magrib." Ucap rafa sambil tersenyum.
Zidan berjalan ke kamarnya dengan sempoyongan. Rafa hanya bisa tersenyum sambil membereskan selimut yg dipakai zidan.
Spoiler :
"RAFA!! IKUT GUA!"
"INI FOTO APA HAH?! LO NGAPAIN KESANA?"
[TBC]
Makasih ya yg udah baca. Maaf kalo ada typo.😄
Itu spoiler cerita dibagian selanjutnya. Aku pusing mikirin jalan ceritanya gimana. Jadi aku terpaksa bikin kayak begitu. Maaf ya diluar ekspetasi:(
MAKASIH BANYAAAAK 💜💫
*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉
Dan maaf kalo aku slow update karena kerjaan OSISku banyak bener😝wkwk.

KAMU SEDANG MEMBACA
P L E A S E! [End]
Ficção AdolescenteDia yang hidup hanya sebagai pelampiasan kemarahan dari seseorang yang tak lain adalah kakaknya sendiri. ......... "LO ITU CUMA NUMPANG BANGS*T!! "Maaf kak..." #48 friendship → 20200831 #10 brotheship→ 20200907 #06angst → 20210217 ⚠AKU TEKANIN, CER...