bagian 15

13.9K 1.2K 81
                                        


🌾Selamat membaca


Setelah makan malam zidan langsung melangkahkan kakinya ke arah ruang tv. Biasanya saat seperti ini adalah waktunya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Sambil membaringkan tubuhnya disofa panjang tersebut, ia tak lupa juga mengecek handphone pribadinya. Namun Tepat saat itu, sebuah notifikasi masuk dengan nomor yang tidak diketahui.

"Kak, rafa ke kamar dulu ya?" Rafa datang menghampiri kakaknya. Zidan cukup terkejut melihat muka rafa yang sudah sedikit memucat , dan badan yang tampak lesu.

"Lo kenapa lagi? Sakit?" Tanya zidan dengan aura dingin khas miliknya.

"Ngga enak badan aja. Rafa ke kamar ya kak? Mau tiduran dulu." Rafa mulai berjalan menuju tangga ke lantai 2. Walau sedikit kesusahan ia mencoba untuk memegang apapun yang ada disekitarnya.

Tak lama setelah itu, Zidan baru menyadari bahwa salah satu notifikasi tadi belum ia baca. Ia membuka handphonenya dan membaca pesan yang masuk. Matanya menyipit ketika salah satu laki laki yang ia kenal ada di foto tersebut.

Amarah yg dari kemarin ia tahan tak bisa lagi di bendung. Ia berlari ke lantai atas dan mendobrak pintu adiknya dengan keras.

"RAFA!" Teriaknya kepada sang adik.

Rafa yang sedang berusaha menutup matanya itupun kembali terbangun. Pikirannya langsung mengarah ke kalimat  "Apa ia membuat kesalahan lagi? Apa kakaknya akan memukulnya seperti dulu lagi?"

"IKUT GUA!!" Zidan langsung keluar dari kamar rafa. Sedangkan si pemilik kamar hanya bisa terdiam. Ia Takkan bisa melawan apa yang kakaknya katakan. Perasaan tak mengenakkan itu muncu saat itu juga. Akan ada hal besar yang terjadi.



//

Rafa dikeluarkan secara paksa oleh Zidan dari dalam mobil. Tangannya ditarik dan didorong ke sisi jalan. Jalan tersebut tampak sepi, tak ada mobil yang berlalu lalang.

"Kakak ngapain bawa rafa kesini?" Tanya rafa tanpa menatap zidan. Kepalanya ia tundukkan ke bawah.

"LO NANYA KENAPA GUA BAWA KE SINI!!?" bentak zidan sambil mengguncang tubuh rafa dengan kuat.

Zidan lantas mengeluarkan handphone dan mengarahkannya ke muka rafa. Mata itu terbelalak ketika melihat fotonya terpampang di layar hp kakaknya tersebut.

"Ngga kak, kakak salah paham." Jelas rafa ke zidan seraya meyakinkan sang kakak bahwa itu semua jebakan Arga.

"SALAH PAHAM APANYA?!" bentak zidan sambil menghempaskan tangan dingin adiknya.

"Kak, biar rafa jelasin ya?" Ujar rafa dengan penuh lemah lembut. Namun semuanya percuma.

"LO NGAPAIN KE SANA? MAU MABUK-MABUKAN LO? IYA!!"

Bugh

Pukulan itu zidan arahkan ke muka rafa. Rafa yang tak siap dengan pukulan tersebut hanya bisa pasrah. Ia terjatuh dan meringis kesakitan sambil memegang wajahnya yang terasa nyeri.

"Jangan pernah muncul di hadapan gua. Setelah itu lo bisa bebas! Senengkan lo?!" Tanya zidan sambil beranjak menjauh dari rafa yang masig mencari cara untuk menjelaskan itu semua ke zidan.

"Hiks- hiks.. Kak dengerin rafa dulu?" Lirihnya sambil memegang tangan kakaknya.

"MINGGIR LO?!" Zidan menghempaskan badan rafa ke aspal lalu memasuki mobil dan meninggalkan rafa seorang diri disana.

Rafa berusaha berdiri dan mengejar mobil zidan tapi gagal. Ia malah jatuh terduduk sambil memegang dadanya yang mulai terasa sakit dan sesak.

"Kak.." Lirihnya.












//

Keinan berulang kali mencoba menelpon sahabatnya itu. Tak ada satupun yang rafa angkat. Perasaannya mendadak tak sedap. Ia juga sudah mencoba menelpon zidan tapi tak diangkat juga.

"Orang orang pada kemana sih?" Ujarnya heran.

TingTingTing...

Handphonenya berdering kencang.
Keinan tersenyum sekilas ketika melihat nama 'Rafa' terpampang dilayar HPnya. Ia langsung mengarahkan tombol hijaunya ke samping kanan lalu meletakkan benda itu ditelinganya.

"Fa, lo kemana aja sih? Ditelpon ngga diangkat." Kesalnya sambil menghentakkan kakinya dilantai rumahnya.

"Hehe, masih ada ternyata yang nanyain gue." Keinan cukup bingung mendengar suara lesu rafa tersebut.

"Lo ngomong apa sih bego." Jawab keinan dengan lantang.

"Kei, makasih ya udah mau temenan sama gue. Selama gue sendiri cuma lo yang ngga minder buat dekat sama gue." Ujar rafa kembali dengan teramat lirih.

"Sumpah gaje banget nih anak, otak lo geser ya?" Keinan masih setia dengan nada kesal yang dibuat-buatnya itu.

"Dan... Tolong bilangin juga sama kak zidan, gua sayang sama dia."

Deg

Perasaan keinan yang tadinya kesal berubah panik saat mendengar tutur kata rafa yang dapat menjelaskan bahwa ia sudah pasrah dengan semuanya. Namun perasaan itu keinan singkirkan dari otaknya.

"Oh ngeprank ya lo? Ngga kena!" Jawab keinan dengan spontan.

"Makasih kei-"























Brakh..

Suara itu berasal dari dalam hp keinan. Seketika air matanya jatuh tanpa sebab. Hatinya berdenyut nyeri setelah mendengar suara tak mengenakkan itu.

"Rafa?" Panggilnya pelan.

Tak ada sautan lagi dari rafa. Telpon sudah dimatikan. Keinan mencoba berpositif thinking. Ia kembali menelepin rafa namun tetap sama, handphonenya sudah tidak aktif.

"RAFA!!"

Keinan berlari kesetanan ke arah bagasi rumahnya dan memasuki mobilnya. Keinan mulai mengendarai mobil mewahnya itu dengan kecepatan tinggi.

Air mata itu turun untuk kesekian kalinya. Namun ketika sampai dipertigaan jalan, Matanya terbelalak ketika melihat segerombol orang sedang mengerumuni sosok yang sudah bersimbah darah itu.

Ia langsung berlari ke arah tersebut. Jantungnya seakan ingin dicabut ketika melihat keadaan orang tersebut yang sangat mengenaskan.






























"Rafa?"































[TBC]

BTW, bagian ini terinspirasi dari kdrama when the devil call your name (lupa eps brp) Aku suka banget sama kdramanya.
Jadi, kalo kalian mau tau bisa nonton aja!!😄

MAKASIH BANYAAAK💜✨

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang