bagian 22

10K 910 64
                                    


🌾Selamat membaca

Rafa akhirnya pasrah. Ia tak bisa berbuat apa-apa sekarang. Kepalanya serasa ingin pecah ketika memori itu kembali terulang. Dimana zidan memukulnya, menendangnya dan memakinya. Ia memejamkan matanya seraya melupakan itu semua. Tapi hal itu semakin membuat sakit kepalanya semakin mendera.

"Sakiith.. Tolong..."  Matanya semakin memberat. Dapat ia dengar pukulan keras pada pintu kamarnya. Namun kini ia tak bisa berbuat apapun. Karena tak dapat menahan raa sakit itu, Rafa akhirnya jatuh pingsan dilantai nandingin tersebut.

"RAFA!! DENGERIN GUA, BUKA PINTUNYA! RAFA!!" suara zidan menyeruak ke dalam kamar rafa. Belum ada jawaban apapun dari sang adik.

Zidan kini memikirkan bagaimana cara membuka pintu tersebut. Satu satunya cara adalah dengan mendobraknya. Mengingat pintu kamar adiknya ini hanya memiliki 1 kunci, mungkin saja akan mudah mendobrak pintu itu. Ia mulai berdiri menjauh dan Berancang-ancang lalu berlari ke arah pintu tersebut.

Brak...

Zidan mematung ketika melihat sosok yang ia janjikan untuk menjaganya kini terkulai lemah dilantai kamarnya. Tak menunggu lama lagi Ia lantas berlari ke arah Rafa. Membalikkan tubuh sang adik lalu meletakkan kepala rafa dipangkuannya.

"Rafa jangan bercanda! Buka mata lo. Rafa buka mata lo!!" Ia berteriak sambil menepuk pipi sang adik.

Tak ada gerakan sedikitpun dari rafa semakin membuat zidan yakin bahwa rafa sedang tak baik-baik saja. Ia naikkan badan Rafa yang sudah terkulai ke atas punggungnya lalu Memasukkan adiknya ke mobil dan beranjak pergi kesalah satu rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit...

"TOLONGIN ADIK SAYA!! DIA DIMOBIL!! CEPAT!" Ucapnya sambil berlari kesetanan ke dalam rumah sakit tersebut. Perawat yg mendengar itupun lantas membawa 1 brankar dan berlari keluar diiringi zidan didepannya. Ia membuka pintu depan mobilnya lalu mengangkat tubuh lemah adiknya itu ke atas brankar yang sudah perawat tadi siapkan.

"Langsung bawa ke UGD saja." Ucap salah satu perawat yang ada di sisi kiri Rafa.

Tanpa berlama-lama lagi mereka semua berlari secepat mungkin ke arah UGD. Zidan menggenggam tangan adiknya yang terasa dingin itu lalu Mengusap pelan kepala adiknya diiringi isakan yang membuat suster disana memberi kedua adik kakak tersebut ruang.

"Jangan gini Fa." Kalimat yang ia katakan sebelum akhirnya rafa dibawa masuk oleh perawat tersebut. Menyisakan Zidan dan seorang perawat yang menatapnya sendu.

"Kamu yang tenang ya? Semuanya bakal baik-baik saja." Ujarnya saat melihat zidan menitihkan air mata. Zidan yang mendengar itupun hanya menganggukkan kepalanya.

"Makasih sus." Perawat tersebutpun  kemudian masuk ke UGD yang Rafa masuki tadi untuk memastikan kondisi pasiennya tadi membaik.

//

Setelah menunggu kurang lebih 30 menit di kursi tunggu, Rafa akhirnya dipindahkan ke ruang rawat karena keadaannya yang sudah mulai membaik walau mata itu belum terbuka sepenuhnya. Dokter yang menangani rafa tadipun menghampiri zidan yang tengah duduk di kursi tunggu rumah sakit.

"Gimana dok? Adik saya udah ngga pa-pakan?" Tanya Zidan dengan raut wajah yang sudah tampak lelah itu.

"Alhamdulillah. Keadaannya sudah mulai berangsur baik. Ia hanya shock karena mungkin ada sesuatu yang membuatnya ingat tentang kejadian masa lalunya. Jadi tolong diperhatikan baik-baik ya? Takutnya dia bisa nekat." Jelas dokter yg menangani rafa tersebut.

"Iya dok, Insyaallah bakal saya usahain jagain dia." Dokter itupun tersenyum kepaa Zidan. Tak lama iapun berlalu menyisakan zidan yang masih terpaku didepan UGD. Kini pikirannya mengarah ke satu hal. Apa adiknya begini karena trauma atas siksaan yang dulu zidan beri kepada Rafa?

Lamunan itu seketika membuyar ketika perawat yang tadi sempat mengobrol dengannya datang. Zidan yang melihat itupun sedikit merasa canggung atas kedatangan suster berparas cantik tersebut.

"Kenapa ngelamun disini? Adik kamu udah bisa di jenguk. Bentar lagi mungkin bakal bangun." Ucapnya dengan ramah kepada Zidan yang menggaruk kuduknya yang tidak gatal tersebut.

"Hmm.. Sus, saya bisa minta tolong?" Tanya zidan ke suster yang ada didepannya itu dengan sedikit pelan "Selagi saya bisa kenapa ngga. Kamu mau minta tolong apa?" Suster itu bertanya balik dengan suara lembut miliknya.

"Jagain adik saya sebentar. Saya lagi ada urusan penting diluar. Ngga pa-pakan sus?" Tanya Zidan. Sekarang ia hanya butuh waktu untuk sendiri. Ia terpaksa berbohong untuk saat ini.

"Jangan lama-lama, kasian dia sendiri didalam." Jawab suster itu sambil menepuk bahu Zidan pelan dan menganggukkan kepalanya pertanda keinginan Zidan terpenuhi sudah.

"Makasih sus. Saya bakal balik cepat kok. Kalau gitu saya permisi dulu." Zidan melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit dan beranjak meninggalkan rumah sakit tersebut dengan mobilnya.

Ia mengendarai mobilnya ke arah pantai yang kebetulan ia lewati sewaktu mengantar Rafa tadi. Ia akhirnya turun dari mobil miliknya itu lalu mendudukkan dirinya dipasir pantai. Menikmati angin malam pantai yang membuatnya rindu akan sosok yang slalu ada disisinya selama ini.

"Lo kenapa sih Fa, slalu aja buat gua kecewa?"





























[TBC]

Siap-siap!!

Makasih yang udah baca, vote dan komen semua😚

MAKASIH BANYAAAAK💜💫

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang