bagian 36

24.9K 1.2K 144
                                    



🌾Selamat membaca


Fitri melihat perut Rafa yang sudah berlumuran darah. Tak hanya itu, Rafa tampak begitu susah menghirup udara yang membuatnya begitu sesak hingga mengeluarkan suara menyakitkan itu. Ntah apa yang Fitri rasakan sekarang, disatu sisi ia senang namun disisi lain ada rasa mengganjal dihatinya.

Perlahan namun pasti Fitri mendekat lalu memegang tangan Rafa yang tengah berusaha menutupi luka tembakan diperutnya itu. Air mata  sudah membasahi pipi Fitri saat tangan lemah itu menyatu dengan tangannya.

Ia bawa tubuh ringkih itu kedekapannya, menyibakkan rambut Rafa yang sudah basah akan peluh itu. Rafa tak melakukan pergerakan apapun, badanya sudah mati rasa karena terlampau sakit untuk digerakkan.

"Tunggu sebentar, tunggu sebentar... Hiks..hiks.." Ucap Fitri sambil menyeka keringat Rafa yang mulai bercucuran tersebut.

Tangan dingin Rafa bahkan kini sudah menggenggam tangan perempuan yang selama ini tega memfitnahnya itu. Fitri tau yang Rafa  butuhkan saat ini adalah seseorang yang membuatnya bangkit, pikirannya langsung terarah ke sosok Zidan. Ia langsung mengeluarkan handphone yang ada disakunya lalu mencari nomor kontak Zidan dihpnya. Namun nihil, Ia tak menemukan nama Zidan di kontaknya itu. Tak ada pilihan lain, selain menelpon Keinan.

"H-ha-halo, Kei." Suara Fitri benar benar bergetar saat itu. Nyawa seseorang tengah berada ditangannya saat ini.

"Mama? Mama kenapa?" Keinan tampak khawatir saat mendengar suara serak milik ibunya.

"Tolongi mama, Kei hiks..hiks.. Toloong.." Isakan itu menjadi-jadi saat melihat mata sendu Rafa yang berusaha menahan untuk tak terpejam.

"Mama kenapa?!" Nada bicara Keinan kini berubah serius.

"Hiks..hiks.." Keinan terdiam, ada apa sebenarnya? Fitri terus saja terisak tanpa memberinya penjelasan sedikitpun.

"Ma kenapa?!" Tanya Keinan dengan keras.

"Rafaa.. Hiks...Hiks... Rafa, Kei.." Jawab Fitri dengan isakan yang semakin kuat. Tak sanggup untuk mengatakan ini kepada sang anak.

"Rafa kenapa? Dia nyakitin mama lagi? Iya?!"

Penyesalan itu semakin memenuhi pikiran Fitri saat mendengar tuturan Keinan yang menganggap semua yang ia katakan selama ini benar terjadi. Padahal ini semua adalah skenario yang Fitri lakukan untuk menjauhkan Rafa dari orang terdekatnya, termasuk Keinan.

"Bukan, Nak. Tolong mama, Kei. Hiks..Rafa.. Darahhh!"


(Keinan pov)

"Bukan, Nak. Tolong mama, Kei.. Hiks..Rafa.. Darahhh!"

Deg

Mulut keinan kelu mendengar hal itu. Jujur pikirannya ntah melayang kemana saat mendengar kata darah dari sang ibu. Dengan cepat ia menanyakan apa yang sebenarnya tengah terjadi.

"Rafa kenapa ma? RAFA KENAPA??!?"

" ..... "

"Mama tenang, Kei ke sana sekarang. Mama dimana?" Tanya Keinan setenang mungkin walau hatinya benar-benar kacau saat ini.

" ......"

Keinan mematikan panggilan itu, meraih kunci di atas nakasnya lalu berlari ke garasi rumahnya. Hatinya sedang diporak-porandakan sekarang. Ia tak dapat berpikiran jernih, terlebih lagi saat mendengar penjelasan sang ibu yang mengatakan bahwa keadaan Rafa tengah kacau sekarang.

"Jangan dulu.. Jangan ambil dia dulu."


//

Keinan akhirnya sampai di tempat yang sudah diberitahukan Fitri tadi. Ia berlari masuk ke dalam hingga pengelihatannya terhenti saat melihat sosok Rafa yang tengah berada didekapan sang ibu.

"Rafa?"

Keinan berjalan perlahan, dan bersimpuh di samping sahabatnya itu. Memperhatikan semua tubuh Rafa yang dipenuhi luka tersebut, terlebih bagian perutnya. Dapat Keinan lihat darah yang merembes dari sela-sela jarinya.

"Rafa kenapa ma?" Tanya Keinan sambil menatap mata Fitri dengan nada bergetar. Air mata itu siap tumpah pada saat itu, namun Keinan berusaha menahannya.

Fitri terdiam.

"RAFA KENAPA MA? JAWAB MA!!" Tanya Keinan lagi dengan nada yang lebih keras.

"Maaf." Jawaban sang ibu sukses membuat Keinan bingung, ada apa ini sebenarnya? Pertanyaan itulah yang sedang memenuhi otaknya.

Tak ingin membahas hal itu, Keinanpun kembali menatap Rafa. Mata itu terpejam, namun raganya masih tetap disana. Berusaha menahan sakit mati-matian.

"Rafa?" Panggil Keinan selembut mungkin sambil meletakkan tangannya di wajah rafa yg penuh dgn luka. Manik indah itu terbuka dengan perlahan dan menatap mata Keinan sendu. Hingga air mata nanjernih itu jatuh jua.

"K-ke-keinan.." Ucap rafa dengan terbata-bata.

Mendengar itu, baik Keinan maupun Fitri berusaha menahan isakan yang siap keluar kapan saja. Suara itu begitu lirih dan pelan, Terlalu sakit untuk di dengar.

"Iya, Fa. Gua disini. Kenapa? Kita.. Kita kerumah sakit ya?" Ucap Keinan sambil menggenggam tangan Rafa yang sudah berlumurkan cairan kental itu. Namun Rafa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Uhuk..uhuk... Akhhh.." Darah itu kelur dari mulutnya untuk ketiga kalinya.

Keinan yang panik mulai mengintrupsikan kepada mamanya untuk membantunya menaikkan badan Rafa ke punggung tegapnya dan membawa Rafa ke rumah sakit.

Namun..

Hap

"Ngga..." Rafa menggapai tangan Keinan.

"Fa.." Lirih Keinan sambil menatap Rafa yang semakin melemah.

"Kei... Rafa capek.." Air mata Rafa turun ketika mengucapkan kalimat tsb.

"Iya, iya gua tau lo capek,  tahan sebentar ya?" Ucap Keinan sambil menghapus air mata yang turun dari tepi mata Rafa. Tangannya masih setia menggenggam tangan sejuk Rafa sambil melafalkan beberapa doa.

"K..kakak..."

"Kakak? Gua telpon kak Zidan ya? Bentar." Keinan langsung mengeluarkan handphone berlogo apel itu. Lalu mencari nama Zidan di kontaknya dengan tangan yang bergetar.

(Zidan pov)

Kring...kring...

Zidan merasakan getaran dari dalam kantongnya. Handphonenya berdering menampilkan nama Keinan di layarnya. Zidan merasa sedikit aneh, karena saat ini permasalahannya dengan sahabat adiknya itu belum terselesaikan.

Keinan calling....


"Halo, Kei." Ujar Rafdan sebagai pembuka pembicaraan.

"Kak.." Zidan dapat mendengar suara serak Keinan dari dalam telepon genggamnya.

"Kei, lo kenapa?" Tanya Zidan dengan khawatir.

"Kak buruan kesini!"

"Kenapa? Lo kenapa?" Tanya Zidan balik dengan nada yang masih terdengar sama.

"Ngga gua kak... Tapi Rafa.."

































[TBC]

Yuhuuu aku gantung lagi hahaha😂
Siap-siap ya, besok udah End nih cerita😌 yuk ngebadut dulu sini hehehe😜 tenang besok aku double up kok ;)

Makasih ya yang udah baca vote sama komen. Pokoknya luv sama kalian semuaaa😍

MAKASIH BANYAAAAAK💜💫

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang