bagian 8

18.5K 1.5K 91
                                    




🌾Selamat membaca







Pagi itu...

Setelah semalaman tidur dihutan yg hanya beralaskan daun, zidan mencoba memapah rafa yg kini sedang ia pegang tangan dingin sang adik. Malam itu rafa tak bisa tidur, ia hanya sekedar memejamkan matanya saja. Ntah mengapa pikirannya tak dapat tenang malam itu.

"kuat jalan ngga? Kalo ngga kita tunggu badan lo fit dulu. Lo juga belum makan." Ujar zidan sambil menyentak tangan rafa.

"ngga usah, rafa cuma pusing dikit kok." Jawabnya sambil tersenyum.

"keras kepala tuh jangan dipelihara, susah banget buat nurut!" Ujar zidan dengan tegas.

"bukan gitu kak, rafa cuma-" Belum sempat perkataannya habis, zidan langsung mencela.

"ya udah, kalau memang lo kuat, jalan aja sendiri." ucapannya terpotong. Sepertinya rafa salah bicara. Zidan melepaskan tangan yg tadi ia pegang dan melenggang pergi.

Rafa mencoba menahan pusing yang ia tahan sejak semalam. Ia juga mencoba mencari pegangan untuknya berjalan di pohon yang ia lalui. Setelah lama berjalan tiba-tiba pijakan mereka berdua serasa bergetar. Tubuhnya otomatis oleng hingga terjatuh.

Gempa

"astagfirullah..." hanya kata itu yg bisa rafa ucap sambil Melihat burung terbang tanpa arah.

"fa, ikut gua!!" zidan menarik tangan adiknya yg kini semakin lambat.

"kak, pelan-pelan.." ucapnya lirih.

"kalo lo mau mati silakan!" zidan meninggalkannya sendiri sekarang, kakaknya itu juga sudah tak terlihat. rafa akhirnya ambruk diiringi tanah yg ada di belakangnya hingga badannya tertimbun tanah tersebut.

//

Area Perkemahan

"KEMASI BARANG KALIAN SEKARANG!!" pengeras suara itu terdengar diseluruh penjuru perkemahan.

"MAKSUD BAPAK APA? BAPAK MAU NINGGALIN RAFA SAMA KAK ZIDAN? MEREKA BELUM BALIK PAK!!" bentak keinan yg tiba tiba datang ke depan pak delo.

"Ini yang terbaik keinan. Kita harus evakuasi teman teman kamu yg ada di sini dulu, setelah kondusif baru kita cari mereka berdua." ucap pak delo seraya menenangkan keinan.

"BAPAK GILA?! BAPAK MAU TANGGUNG JAWAB KALO MEREKA NGGA SELAMAT?!" bahkan keinan meneteskan air matanya kini.

"keinan..." Pak delo mencoba menenangkan anak muridnya itu.

"OK. silakan bapak kalo mau pergi. saya bakal tunggu disini sampai tim penyelamat datang." keinanpun berlari meninggalkan pak delo.

"KEINAN!!"

//

Zidan akhirnya berhenti di daerah yg menurutnya aman. Gempa itu tak berlangsung lama tapi bagaimanapun ia harus bisa selamat, hingga ia menyadari orang yang membuatnya ada disini tak ada disampingnya.

Kini kekhawatiran itu memuncah. Ia bahkan masih sempat membentak adiknya disaat seperti itu. Seketika pikirannya lingung. Tak tau apa yang harus dilakukan.

"Mampus! Rafa." ia melihat sekelilingnya memastikan tak ada gempa susulan.

"RAFA!!"

Ia berlari kearah dimana ia meninggalkan rafa tadi, tapi semuanya sudah tertutup oleh tanah. Perlahan matanya mulai mamanas, rasa bersalah itu kian hinggap dihatinya.

"RAFA!!" tak ada sautan terdengar.

"RAFA, PLEASE JAWAB GUA!! RAFA!!" masih sama. Tak ada jawaban.

Zidan mulai mendekat ke arah tanah yg roboh itu, hingga matanya terbelalak melihat sepatu adiknya yg tergeletak diantara ranting yg jatuh.

"Rafa.." ia tak dapat menyembunyikan air matanya kini.

Ia berlari ke arah tersebut, dan menggali tanah itu secepat mungkin. Sampai akhirnya ia mendapati kaki sang adik yg mulai terlihat.

"fa, gua mohon.. Jangan pergi dulu." Ucapnya dalam hati.

Hingga setelah sekian lama,tangan rafa juga mulai terlihat, ia menarik sekencang mungkin agar seluruh tubuh rafa keluar dari tanah yg menguburnya itu. Zidan sontak membersihkan wajah rafa dengan cepat dan mulai mengangkatnya ke tempat lain.

"Rafa. Rafa bangun!" ia mendudukkan sang adik dan meletakkan kepalanya di dada zidan yg sudah berlinangan air mata. Mendekatkan telinganya ke hidung rafa seraya memastikan aang adik masih bernafas.

Karena sang adik tak kunjung bangun ia mencoba menekan dada rafa  supaya adiknya bernafas lagi. Semuanya sia sia. Ia lalu mendekatkan mulutnya ke mulut rafa, mencoba memberi nafas buatan untuk rafa. Namun masih sama, Tak ada apapun yg terjadi, adiknya masih terpejam.

"Ngga fa... Nggaaa!! Rafa bangun!! BANGUN!!" Teriakan itu terdengar ke penjuru hutan tersebut.




























[TBC]

Jujur buat cerita ini ikutin imajinasi dalam otak, banyak yg ngga nyambung jadi gitu deh 😅😅

Next part aku bakal bikin cast-nya, maaf ya kalo part ini keinan-nya sedikit, soalnya kadang apa yg aku pikirin ngga sama, sama apa yg aku tulis 😪

MAKASIH BANYAAAK😊😘

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang