bagian 20

12.2K 911 53
                                    


🌾Selamat membaca


Zidan memutuskan supaya rafa di home schooling saja mengingat keadaannya yang masih belum mengingat apapun sekarang. Hari ini keinan membawa rafa ke rumahnya karena mamanya, Fitri tiba-tiba merindukan rafa. Tentu saja itu semua akting fitri belaka.

"Rafa!" Panggil fitri yg sudah menunggu di teras rumah. Senyum penuh kepalsuan itu Ia tunjukkan saat menyambut Rafa.
Rafa tampak kebingungan. Ia tak ingat siapa orang yang tengah melambaikan tangan kepadanya itu. Keinan yang melihat itupun tersenyum hangat pada Rafa sambil membawa sahabatnya ke hadapan sang ibu.

"Rafa amnesia ma. Jadi dia ngga ingat sama kita. Termasuk mama." Keinan mencoba menjelaskan keadaan Rafa kepada anag ibu yang tengah berpura-pura khawatir tersebut.

"Yaampun. Jadi rafa ngga ingat sama mama?" Tanya fitri ke Keinan dengan wajah sendu yang ia buat-buat. Ia juga sempat menampilkan senyum sinisnya itu karena permainan yang akan ia jalani lebih mudah.

"Iya ma. Sama kak zidan aja dia ngga inget." Jawab Keinan dengan nada sendu.

"Rafa sayang, tante ini mamanya keinan. Nama tante, Fitri. Kamu bisa anggap tante ini mama kamu kok." Fitri membelai lembut pipi Rafa yang masih setia memperhatikan perempuan paruh baya yang dihadapannya ini. "Tante fitri?" Tanya Rafa dengan polosnya.

"Hmm iya sayang." Sambil tersenyum manis.

"Yaudah kita masuk. Kok ngobrolnya di teras." Saran keinan lalu membawa kedua orang yang sangat ia sayangi itu ke dalam rumahnya. "Yaudah yuk!" Fitri menggenggam tangan rafa.

Mereka akhirnya masuk ke hunian yg mewah itu. Keinan mengajak rafa ke kamarnya untuk melihat koleksi komik miliknya. Sedangkan fitri menyiapkan makanan dan minuman untuk rafa dan keinan.

"Banyak banget komiknya." Ujar Rafa Sambil melihat 1 rak penuh yang berisi komik milik Keinan. Anak itu memang penyuka komik. Bahkan ia rela menghabiskan uang jajannya hanya untuk membeli komik baru.

"Lo boleh pinjam kok. Pilih aja yang lo mau." Ucap keinan sambil tersenyum. Senyum Rafa merekah saat mendengar itu.

"Serius? Makasih." Ujarnya dengan girang.



//

Setelah berbincang cukup lama, Fitri akhirnya pamit sebentar karena pekerjaannya yang masih belum selesai. Yap, Fitri mempunyai ruang kerjanya sendiri dirumah pribadinya itu. Tak heran, ia bisa dibilang sukses dengan menjadi seorang desainer.

"Hmm kamar mandi dimana ya?" Tanya rafa ke keinan yg sedang memainkan play station miliknya itu dengan asyik.

"Oh, abis ruang TV ada pintu kayu disamping lemari kaca ,nah itu dapur,terus lo liat kesamping kanan. Ada kok." Jawab Keinan yang langsung diangguki oleh Rafa.

"Rafa kesana dulu ya?" Pamitnya.

"Iya." Keinan melanjutkan permainan yang ia pause tadi.

Rafa berjalan seorang diri ke sana. Rumah Keinan bisa dikatakan sangat besar, bahkan lebih besar dari rumahnya. Ia berjalan seorang diri dihunian megah itu, Tapi ketika sampai di dapur ia melihat wanita sedang duduk dimeja makan sambil meminum kopi.

"Tante fitri, Rafa pinjam kamar mandinya bentar ya?" Ujarnya sambil tersenyum hangat ada orang tua yang ada didepannya itu.

"Mungkin aku akan memulai permainanku sekarang." Bukan Rafa yang mengatakan itu, melainkan Fitri.

Ia lalu berdiri, mengeluarkan senyuman yang mengerikan itu, Fitri lalu mendekat ke arah rafa. Dan dengan sengaja ia menjatuhkan badannya sambil berteriak kesakitan. Tampaknya akting itu akan berhasil, Pikir Fitri saat itu.

"AWH!" Teriaknya dengan keras sambil megang kakinya. Ia juga sempat tersenyum sinis pada Rafa saat itu. Tentu saja anak itu bingung atas apa yang terjadi.

"T-tan tante k-kenapa?" Rafa terkejut melihat fitri yang jatuh di depannya. Ia bahkan tak menyentuh wanita itu. Apa mungkin ia tersandung hingga jatuh.

"Apa salah tante sama kamu Rafa? Kenapa kamu dorong tante?" Ucap Fitri dengan nada sedih yang jelas dibuat-buatnya saja. Rafa pun semakin terkejut mendengar penuturan Ibu sahabatnya itu.

"ASTAGA! MAMA KENAPA? MAKA KOK JATUH?" Keinan yang saat itu mendengar keributanpun datang dan alangkah terkejutnya saat mendapati mamanya sudah terduduk dilantai. Ia lantas membantu sang ibu untuk berdiri.

"Rafa dorong mama, Kei. Mama ngga tau apa salah mama tapi dia tiba-tiba dorong mama." Bohongnya. Rafa yang mendengar itupun menggelengkan kepalanya secara perlahan.

Keinan lalu membantu mamanya berdiri lalu membawa langkahnya ke ruang TV. Ia masih bungkam dan tak mengucap 1 patah katapun. Jujur tuturan mamanya memang tak bisa Keinan percayai, tapi mana mungkin seorang ibu bisa berbohong kepadanya.

Keinan kemudian tiba-tiba berdiri dihadapan Rafa dengan tatapan tajamnya. Rafa sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang, merasa bahaya akan mengancamnya ketika bertatap muka langsung dengan Keinan yang tampak murka dihadapannya itu.

"Lo kenapa dorong mama gua?" Tanya keinan dengan nada dinginnya. Seketika hawa hangat yang tadi Sahabatnya berikan hilang ditelan bumi.

"Rafa ngga dorong tante." Ujarnya dengan jujur. Bahkan sirat matanya menjelaskan bahwa ia tak berbohong sama sekali. Tapi tampaknya Keinan masih tak percaya.

"Rafa! Jujur sama gua. Kenapa lo dorong mama?!" Bentak keinan kepada rafa. Ini pertama kalinya keinan membentak sahabatnya itu. Rafa yang kagetpun menundukkan kepalanya lalu kembali menjawab.

"Rafa ngga dorong tante." Ucapnya lagi dengan nada yang lebih sendu.

"Udah kei. Ngga pa-pa, mungkin rafa lagi kepikiran sesuatu. Mama udah baikan kok." Ucap fitri sambil membawa sang putra ke sampingnya. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk membuat Keinan semakin mempercayai Aktingnya tersebut "Tapi mama bener ngga papakan?" Tanya keinan dengan khawatir.

"Iya, udah ngga sakit lagi kok." Jawab Fitri sambil mengusap pipi sang anak pelan.

Tanpa mereka berdua sadari Rafa menahan tangisnya saat keinan membentaknya habis-habisan. Ia tak tau dimana letak kesalahnnya. Bahkan ia juga tak menyentuh fitri sedikitpun. Apa pantas ia disalahkan?

"Ikut gua!" Keinan membawa rafa ke kamarnya kembali. Amarah itu belum padam dari matanya. Cengkraman tangan itupun yang tadinya hangat berubah kasar. Sesampainya dikamar, Ia mendorong tubuh Rafa. Tak lupa dengan tatapan tajamnya itu.

"Gua paling ngga suka ngeliat orang yg bikin mama gua sakit. Siapapun itu, termasuk lo Fa." Jari telunjuk itu terlepas begitu saja diiringi air mata rafa yang mulai turun.

"Rafa udah jujur. Rafa ngga dorong tante fitri." Ucapnya sendu tanpa ada perlawanan sedikitpun darinya.

"Mood gua udah hilang. Gua antar balik lo ke kak Zidan." Ia melenggang pergi sambil mengambil kunci mobiknya di atas meja belajarnya.



























Spoiler:

"Bahkan disaat begini lo berani bohong fa?"























[TBC]

Makasih yg udah vote cerita ini, udah baca dan komen. Itu semua buat aku makin semangat nulis 😌

Maaf kalo banyak kata yg typo hehehe😅😁

MAKASIH BANYAAAAK💜✨

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang