bagian 34

15.8K 1K 87
                                    

🌾Selamat membaca


Tak ada kabar apapun dari Rafa hingga hari ini. Zidan juga sudah melaporkan hal ini ke kepolisian agar membantunya dalam pencarian adiknya. Bahkan sudah 3 hari adiknya itu menghilang, namun belum juga dapat ditemukan.

"Kenapa perasaan gua mendadak ngga enak gini ya? Dimana sih lo, Fa?" Ujarnya seorang diri.

Sedangkan disisi lain...

Sreett

Penutup mata itu dilepaskan secara kasar oleh pria bertubuh besar itu, mata yang tadinya masih terpejam kini terbangun sambil menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.
Ketika matanya sudah tak memburam lagi, dapat ia lihat 4 orang laki-laki sedang menatapnya dengan remeh.

"Om, lepasin Rafa om! Tante fitri mana? Rafa mau bicara sama tante Fitri." Pinta Rafa dengan seadanya karena tubuhnya yang mulai melemas.

"DIAM! Ngga ada yang nyuruh kamu bicara." Jawab anak buah Reza sambil menendang kursi yang ada disampingnya. Hal itu sontak membuat Rafa kaget.

Reza yang saat itu sedang memainkan handphonenya beranjak keluar dari pabrik bekas itu lalu menelpon Fitri. Ia harus melaporkan semua yang sedang terjadi saat ini kepada wanita tersebut.

"Halo, dia sudah bangun." Ucap Reza dengan nada datar.

"Saya ke sana sekitar 30 menit lagi." Jawab Fitri.

"Apa yang harus kami lakukan pada anak itu?"

"Terserah, tapi jangan sampai dia mati. Saya mau bermain dulu dengannya."

"Baik."

Panggilan itu berakhir begitu saja. FItri benar-benar tak tau bila Reza sedang merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan kejadian dimasa lalunya saat bekerja sama dengan wanita licik itu.

Reza kemudian kembali ke dalam pabrik, ia memperhatikan Rafa yang matanya sudah sembab tersebut, Pipi yang basah karena air mata dan bibir yang tampak memutih.

Anak buahnya menatap Reza yang tiba-tiba menganggukkan kepalanya. Pertanda bahwa permainan akan segera dimulai. Mereka membuka jeratan tali di tangan serta kaki Rafa. Mendorong tubuh itu dan mulai memukulnya habis-habisan.

Bugh

Bugh

Bugh

Seketika pabrik itu penuh dengan suara pukulan yang tak ada habisnya. Pria berbadan kekar itu benar-benar tak memiliki perasaan sedikitpun. Bahkan Rafa sudah tampak kehabisan nafas serta badannya yang mulai mati rasa.

"Uhuk.. Uhukk.. Hiks.. S-sakit om..." darah mulai mengalir keluar dari mulut Rafa begitu saja. Air mata nanjernih itupun turut turun dari mata sendunya.

Bugh

Bugh

Bugh

Mata itu akhirnya terpejam. Tak ada lagi rintihan, tak ada lagi isakan. Salah satu anak buah reza lalu mendekat ke Rafa yang sudah terbaring lemah. Meletakkan kedua jarinya tepat dileher anak yang sudah terbaring lemah itu.

"Masih hidup bos." Lapornya pada sang bos.

"Sudah sudah, kita habisi mereka berdua nanti." Ujar Reza seraya memperhatikan wajah remaja yang sudah berlumurkan darah tersebut.

"Berdua?" Anak buah Reza merasa bingung, karena disini hanya ada Rafa.  "Ya, kita habisi wanita pengkhinat itu juga nanti." Reza lalu tersenyum penuh dendam.

//

Fitri kini sedang bersiap guna mendatangi tempat penyekapan Rafa kemarin. Ia memasukkan sejumlah uang bepuluh juta. Namun saat bersiap, Keinan datang secara tiba-tiba dan masuk ke kamarnya.

"Mama mau kemana lagi?" Tanya Keinan yang berada di pintu kamar Fitri dan tengah berjalan ke arah sang ibu.

"Ngga, mama ada janji sama temen mama. Katanya... Katanya ada.. Ada sesuatu yang mau dibicarain." Jawab Fitri dengan ragu.

"Keinan heran deh, tiap hari lho mama bilang begitu, ada janjilah, ada arisanlah. Apa sih yang mama tutupin dari Keinan?" Mendengar sang anak yang mulai mencurigainya membuat Fitri mulai merasa gelisah. Namun Ia harus bisa setenang mungkin agar perbuatannya tak diketahui oleh Keinan.

"Tuhkan, mama diam. Ada apa sih ma?" Tanya Keinan kembali.

"Keinan, mama benar-benar sibuk sayang. Maaf mama sekarang jarang dirumah." Fitri mendekat lalu mengelus pipi anaknya dengan lembut.

"Tapi benerkan ngga ada yang disembunyiin dari Kei-kan ma?" tanya keinan sekali lagi. Jujur saja Keinan sudah merasa aneh dengan kelakuan ibunya sekarang ini.

"Kamu udah ngga percaya mama?" Tanya Fitri seakan mendramatisir.

"Hah.. Iya, Keinan percaya ma." Jawab Keinan dengan menghela nafas sejenak.

"Ya udah, mama udah telat. Mama berangkat dulu ya? Baik-baik kamu di rumah." Fitri akhirnya pamit lalu mengecup kening sang anak.

Sesampainya didalam mobil, Fitri tak langsung berangkat, melainkan menelpon Reza terlebih dahulu guna memastikan keadaan saat itu.

"Anak itu masih hidupkan?"

" ....... "

"Saya sudah mau jalan, jangan biarkan dia bangun dulu."

" ........"

Sambungan telpon itu akhirnya Fitri akhiri, dengan seringainya ia mengendarai mobil pribadinya menuju pabrik bekas tempat Rafa disekap.

"selamat tinggal, Rafa Faruna haha.."
Ia tertawa seorang diri disana.

Perjalanan ke tempat itu bisa dikatakan cukup jauh. Butuh sekitar 25 menit untuk sampai ke tempat yang ia tuju. Saat Fitri sampai disana ia melihat Rafa yang sudah terkapar diiringi darah yang mengalir dari mulutnya.

Ia lalu mendekat ke Rafa. Lalu menunjukkan senyum yang penuh dengan kebencian itu.

//

Zidan ditemani Edo, sahabatnya kini memutuskan untuk menjumpai Keinan. Hanya dialah satu-satunya orang yang tau tempat biasa Rafa kunjungi. Namun sepertinya kedatangan dua orang itu tak disambut baik oleh pemilik rumah.

"Gua udah bilang ngga tau ya ngga tau. Maksa banget." Dengan nada kesalnya Keinan menjawab pertanyaan yang Zidan layangkan padanya.

"Kei, gua tau lo kecewa, lo marah, lo benci sama dia. Tapi inget, dia tetap Rafa, Sahabat lo." Edo mencoba menenangkan Keinan yang tersulut emosi itu. "Dia bukan sahabat gua setelah dia nyakitin nyokap gua." Nada dingin itu keluar dari mulut Keinan.

"Dasar keras kepala." Ucap edo dalam hati. Sedangkan Zidan, lelaki itu kini tengah sibuk menelpon semua orang yang mungkin dekat atau tau dengan adiknya.

"Udah ngga ada yang perlu lagikan? Gua masuk dulu." Keinan lantas menutup pintu rumahnya. Namun teriakan penuh fakta membuat hatinya goyah saat mendengarnya.

"SEENGGAKNYA KHAWATIRIN DIA KAYAK DIA NGEKHAWATIRIN LO DULU KEI!!" Teriak Edo dari luar.

Deg

Ucapan Edo benar-benar membuatnya bimbang saat ini. Apa yang dikatakan Edo benar. Seketika bayangan saat Rafa menolongnya dan memberinya semangat terputar di otak Keinan.

"Apa gua udah salah?"



















[TBC]

update lagiii 🎉🎉 hahaha moga ga bosan yaa?😌oh ya, jan tidur dulu. Jam 9 nanti mau up lagih😉

Makasih yang udah baca sampai habis, udah vote and komen jugaa😚😘

MAKASIH BANYAAAAAK💜💫

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang