Malam pertama setelah pernikahan tetap terasa mendebarkan. Tak hanya bagi pasangan muda yang baru memasuki jenjang pernikahannya, tapi juga bagi Syara dan Bagas yang sama-sama sudah pernah merasakan biduk rumah tangga sebelumnya.
Syara yang sudah lama menjanda merasa gugup saat melalui ritual yang tak pernah dibayangkan akan dirasakan nya lagi. Sedangkan Bagas gugup karena perasaan yang sudah lama ditahan dan dikhayalkan akhirnya menjadi kenyataan.
"Saya dulu yang mandi ya mas." Ucap Syara saat melihat Bagas memasuki kamar mereka.
Atmosfir pengantin baru sangat kentara terasa di kamar itu. Kamar yang kini terasa hangat bagi Bagas karena adanya penghuni baru untuk pertama kalinya, karena setelah istrinya meninggal ia memutuskan pindah ke rumah ini.
Bagas mengangguk tanda mengiyakan ucapan Syara. Walau Syara tak memakai gaun pengantin, hanya dress peach lengan pendek selutut berbahan brokat kombinasi pas badan, wanita itu tetap tampak mempesona dengan riasan natural yang menonjolkan kecantikan alami dan rambut yang ditata dengan indah. Mereka tetap nampak sebagai pasangan pengantin baru walaupun pakaian yang dikenakan tak seperti pengantin pada umumnya.
Syara seharusnya sudah memasuki kamar mandi beberapa menit lalu, sayangnya istri Bagas itu tampak masih berkutat dengan gaun yang melekat pas di badannya. Syara tampak kesusahan melepas resleting baju bagian belakang itu jadi hanya terbuka sedikit sampai di bawah leher. Dengan tangannya, Syara berusaha keras mencoba menggapai pegangan resleting dari belakang.
Tanpa banyak bicara Bagas segera mendekati istrinya dan langsung membantu membuka resleting belakang gaun itu. Jemari Bagas dengan sengaja menyentuh punggung indah istrinya yang terasa halus di jarinya itu. Seketika bulu-bulu halus di tubuh Syara meremang. Dan itu tak luput dari tatapan Bagas.
"Kalau butuh bantuan, bilang Sya." Ucap Bagas pelan dengan bibir yang sengaja ia dekatkan ke telinga Syara.
Tubuh Bagas merapat, mendekati tubuh Syara yang masih terdiam kaku saat merasakan perilaku intim pertamanya setelah bertahun-tahun lalu. Bahkan Syara lupa seintim apa hubungannya dulu bersama Jakra. Melihat Syara masih terdiam, Bagas tak menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung mencium aroma wanita yang terasa memabukkan. Lalu pelan dia mencium pipi istrinya yang masih terdiam itu.
Ehhh..
Syara tersadar dari keterdiamannya saat bibir Bagas mencium lembut pipinya. Sontak dia menoleh kesamping kearah Bagas untuk memprotes, namun nyatanya Bagas masih melanjutkan ciuman pipi kepada istrinya. Hingga tanpa sengaja bibir Bagas mencium sudut bibir Syara.
"Mas..." Suara pelan Syara terdengar berbeda di telinga Bagas.
Bagas hendak melanjutkannya mencium titik yang sedari tadi mencuri perhatian nya namun dengan sigap dihalangi oleh tangan Syara.
"A..aku mandi dulu, makasih udah bantuin buka resletingnya." Cicit Syara sambil menyentuh pipi suaminya lalu bergegas meninggalkan Bagas yang tercenung menikmati rasa elusan lembut yang tadi singgah sebentar dipipinya.
Setelah terdiam beberapa detik sudut bibirnya langsung tertarik. Senyum bahagia menghiasi wajahnya, rasanya tak sabar untuk segera menuntaskannya rasa untuk memiliki istri yang sudah lama di harapkan nya.
Begitu Syara keluar dari kamar mandi dengan dress tidur satin bertali spaghetti berwarna nude. Keinginan Bagas untuk mandi langsung lenyap, rasanya ia ingin langsung membawa istrinya ke ranjang. Namun aroma tubuhnya yang bercampur keringat membuatnya harus menahan hasrat itu sebentar. Lagipula Syara terlihat canggung mengenakan dress tidur itu. Terlihat dari dia yang berusaha menutupi pundaknya dengan handuk dan kaki yang agak ditekuk karena panjang dress itu hanya setengah pahanya.
Bagas langsung menghampiri Syara, mengecup singkat bibir yang sudah menganggu pikirannya dari tadi. Sebelum masuk ke kamar mandi.
"Kamu cantik sekali, tunggu mas sebentar ya." Bagas kembali mengecup bibir istrinya itu sebelum menghilang ke balik pintu kamar mandi.
Jantung Syara sempat berhenti sebentar sebelum berdetak kencang tak karuan. Tangan kanannya memegang dada menenangkan detak jantungnya, sedangkan tangan kirinya menyentuh bibir yang tadi kecup Bagas. Sontak pipinya langsung memerah mengingat rasa itu.
Hanya lima belas menit waktu yang dihabiskan Bagas saat membersihkan diri. Aroma after shave bercampur sabun dan shampo tercium saat lelaki itu keluar dari kamar mandi. Bagas hanya menggunakan kaos tak berlengan dan celana pendek dengan handuk tersampir di bahu. Setelah mengeringkan rambutnya yang basah, Bagas mendekati Syara yang menatapnya sambil duduk di pinggir ranjang.
Syara terpesona memandang tubuh bidang Bagas, sedang Bagas terpesona melihat Syara yang duduk dengan dress tidur berwarna kulit yang menampilkan lekuk tubuhnya. Tanpa banyak kata, Bagas segera mendekati Syara, mengajaknya duduk setengah berbaring di atas kasur. Karena tampak jelas Syara merasa canggung dan malu.
"Gimana perasaan kamu tadi Sya?" Tanya Bagas.
Saat ini mereka sedang duduk berdampingan, sedikit menyamping dengan kepala saling menghadapan. Bagas mengajak Syara ngobrol sambil tangannya terus bergerak menyentuh Syara. Seperti saat ini, jemari Bagas menyelip anak rambut Syara ke telinga wanita itu, walau sebenarnya anak rambut itu tak menganggu wajah Syara. Hanya untuk membuat Syara nyaman dan terbiasa dengan sentuhan nya sebelum memasuki kegiatan utama.
"Lega, senang dan bahagia. Makasih sudah memberikan aku kesempatan mas." Syara menunduk malu-malu.
Jemari Bagas langsung bergerak membeli pipi Syara lembut menarik pelan wajah yang tertunduk itu untuk menatap mata Syara bergantian dengan bibir pink pucat berkilat wanita itu.
"Mas sendiri gimana? Syara balik bertanya.
Belaian lembut jemari Bagas terasa nyaman sekaligus mendebarkan. Beruntung hanya lampu tidur yang menyala dengan cahaya remang sehingga wajah merona Syara tak tampak kentara.
Bagas tak menjawab wajah pria itu mendekat pelan tapi pasti, menatap bagian wajah yang menggodanya sejak tadi. Hingga bibir mereka bersentuhan.
"Aku sangat bahagia Syara, semoga aku bisa terus membahagiakan kamu, dan anak-anak kita." Jawab Bagas setelah puas menikmati candu barunya itu.
Wajah malu-malu Syara terlihat manis dan menggoda dimata Bagas. Dia tak sabar untuk menikmati sesuatu yang sudah lama tak dirasakannya.
"Bolehkah.." Tanya Bagas sambil menatap lekat mata istrinya itu.
Syara mengangguk malu-malu dan segera perlahan-lahan mereka saling menyentuh, merengkuh, memuaskan dahaga, menuntaskan hasrat, menikmati indahnya malam pertama sesuai jalurnya. Karena saat ini sudah syah bagi mereka melakukan itu.
*******
Huft..
Agak berat bikin bagian ini. Sumpah aku malu pas ngetiknya karena gak biasa. 😣Semoga masih wajar, tetap nyaman dibaca dan kalian menikmati part ini. 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Menukar Hidup
Chick-LitTak selamanya kalimat tak apa hidup sederhana asal bahagia itu relevan dengan yang Syara rasakan. Karena nyatanya sang anak lebih memilih kemewahan daripada kesederhanaan. Meski anaknya tahu, bahwa lelaki yang mengaku ayah itu telah mencampakkan dan...