Dua Belas

4.7K 501 22
                                    

"Wah, jadi kucingnya dimana sekarang Ger?"

"Masih aku rawat, aku sembunyikan di dekat gudang belakang rumah. Aku beliin kandang dan makanannya. Mbok Inah yang biasanya bantu aku ngurus kucing itu." Jelas Gerry.

Ohh ternyata dari tadi mereka sedang membahas soal kucing. Syara terus mendekati Gerry dan Rara, tampak Gerry antusias menceritakan soal kucing peliharaannya.

"Kucing siapa?" Celetuk Syara sambil mendekati mereka.

"Kucing liar Bu, Gerry cerita ke Rara kalau pernah menyelamatkan kucing liar yang terluka karena tabrak lari, dibawa ke dokter hewan terus dirawat sampai sekarang, hebat ya Bu. Rara aja gak berhasil merawat anak kucing Rara yang di tinggal mati induknya akibat ditabrak orang." Wajah Rara terlihat muram saat membicarakan itu.

"Rara gak tahu dimana dokter hewan dan kalau tahu pun Rara gak bisa bawa anak kucing itu berobat karena gak bisa kesana dan gak ada uang, uang jajan Rara sedikit saat itu." Mata Rara langsung berkaca-kaca saat ia mengingat itu.

Nama kucing itu Nena, kucing betina yang Rara pelihara dari kecil. Kucing yang menemaninya saat ia sedih dan terluka akibat ditinggalkan mama tercinta untuk selama-lama nya. Syani pernah menceritakan itu padanya, Syara kira Rara sudah melupakan itu, karena sudah setahun lalu kucing-kucing peliharaan nya itu meninggal. Namun nyatanya kesedihan masih nampak diwajah remaja itu saat kembali menceritakan nya.

"Jangan sedih, nanti kamu boleh main sama Bee kok." Gerry mencoba menenangkan Rara.

"Makasih Ger, jadi gak sabar pingin ketemu Bee." Binar ceria kembali tampak diwajah Rara.

Mood Rara kembali saat mereka membahas soal Bee lagi. Kucing jantan yang diselamatkan dan dirawat oleh Gerry dan mbok Inah.

Suara nada dering ponsel di tas Gerry membuat percakapan dua anak berbeda usia dan gender tentang kucing itu terputus. Gerry dengan malas-malasan mengangkat telpon saat melihat nama penelpon di ponselnya.

'Iya.'

'......'

'He eh.'

'......'

'Iya.'

'......'

Lalu Gerry menyerahkan ponselnya kepada Syara, yang ditatap bingung oleh Syara.

"Ayah mau ngomong sama ibu." Jelas Gerry melihat raut bingung Syara.

Ohh..

'Ya halo.'

'Halo Syar, sorry Gerry jadi ngerepotin kamu disana.'

'Gak ngerepotin kok.'

Terdengar hening sesaat diseberang sana.

'Nanti aku aja yang jemput Gerry kerumah mu ya, gak usah diantar.

'Oke.'

Kembali hening dan terdengar helaan nafas di seberang sana.

'Gerry udah makan Syar?'

Oh ternyata Jakra masih berniat membangun obrolan, padahal Syara pikir dia sudah akan mematikan sambungan ini atau meminta untuk berbicara kembali dengan Gerry.

'Udah, sama-sama kami tadi.'

'Makasih ya udah bantu ngurus Gerry. Bundanya sering keluar sedangkan aku sibuk disini. Aku pikir adanya Syani bisa jadi temannya dirumah tapi sepertinya dia mulai milih bersama kamu disana.'

Entah kenapa ucapan Jakra kali ini tak disukai Syara. Entah apa maksud ucapan lelaki itu, tak mungkin ingin memuji Syara, karena itu terdengar aneh. Mungkin ia hanya sekedar berkeluh kesah saja, namun sayangnya Syara tak peduli.

Menukar HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang