"Iya, Mang. Enggak pakai kacang sama kecap ya, merica sama kerupuknya banyakin," kata Darwin kepada mang Sastra.
Tukang bubur langganan Johnny dan Bastian.
Terhitung sejak kemarin, Darwin udah mengikrarkan pada dirinya sendiri buat enggak ngandelin sarapan dari Dennis.
Dennis tentu kaget sama keputusan mendadak teman dari oroknya itu, tapi begitu ditanya apa alasannya, Darwin cuma senyum terus nepuk pundak Dennis.
DENNIS TAKUT DONG INI AWIN KENAPA?
Dennis yang panik sampe rusuh banget nelfonin Viola. Tapi pacarnya itu bilang. "Enggak apa-apa, tandanya Awin mau belajar lebih mandiri."
Sungguh tidak membantu keresahan Dennis.
Dennis tuh khawatir, apalagi waktu tau Darwin mau ikut club nongkrong paginya Johnny sama Bastian.
Tapi kembali diingatkan sama Viola, katanya gini. "Enggak apa-apa, Nis. Awin udah gede."
Gitu.
Jadi yasudah, Dennis akan pantau dari jauh aja.
Balik lagi ke Darwin, sekarang anaknya lagi anteng main Pou di teras rumah.
Di sampingnya ada Johnny yang lagi angkat barbel dan Bastian yang seperti biasa ngobrol ngalor ngidul sama mang Sastra.
"Enggak ah Mang, saya lebih suka jomblo, enak bebas, gaada yang ngatur," ucap Bastian dengan penuh percaya diri. Langsung ditendang pantatnya sama Johnny.
"Liar! Bilang aja lu capek ditolak sama teh Egi," kata Johnny.
Diketawain sama mang Sastra. "Eleuh si Aa' ganteng teh ditolak cewek? Ya tinggal cari weh lagi atuh A', da banyak cewek mah," kata Mang Sastra.
Bastian cengir lebar. "Udah ketemu sih sebenernya Mang," jawab Bastian membuat Johnny menghentikan aktifitas perbarbelannya.
"Who? Sombong amat lu enggak cerita sama gue?" protes Johnny kepada partner ngebuburnya itu.
Bastian menunjuk anak ibu Subroto yang sedari tadi diam-diam mengintip dari balik pagar. "Tuhㅡ Tella! Nanti malem Bastian chat ya!" Seru Bastian agak berteriak.
Tella malu terus lari ke dalam rumah.
"OALA NDUK? KENAPA MUKANYA MERAH SEKALI INI?" Pekik bu Subroto dari sebrang sana.
Johnny sama mang Sastra enggak bisa nahan buat enggak ketawa.
"Naksir beneran lu? Gue kira prank doang," ledek Johnny.
Sementara Bastian udah jongkok nahan malu.
"Biar atuh A'. Si nengnya juga naksir A' Babas kayaknyaㅡ ini A' kasep, buburnya udah jadi," kata mang Sastra terus ngasihin buburnya Darwin.
"Makasih, Mang. Makan duluan ya, John, Bas," kata Darwin lalu mulai menyuap buburnya dengan khidmat.
"Win, besok-besok baju lu ganti lah. Gerah bener gue liat lu pake piyama panjang begitu," protes Johnny. Anaknya sekarang ikutan duduk di samping Darwin.
Bastian ngangguk setuju. "Iya. Kayak anak perawan aje lu pake piyama keroppi" sahutnya.
Darwin menatap piyamanya, "Tapi gue cuma dibekelin baju tidur ini sama Bunda. Gerah kalau tidur pake kaos. Lagian, kaos gue tebel-tebel," jawabnya terus lanjut makan bubur.
"Ntar gue anter ke Cimol Win. Kita beli lekbong drummer, kayak punya gue sama Babas nih," kata Johnny sambil nunjukkin lekbong yang dia pake.
Darwin keliatan mikir. Matanya menatap Johnny dan Bastian. "Enggak masuk angin kalo pake gituan emang?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Ethereal" Arion ✅
FanfictionDulu, Arion pikir membahagiakan semua orang adalah tanggung jawabnya. Tapi kalo dipikir, capek juga ya beb. Akhirnya, bermodal sedikit nekat dan dukungan orang-orang terdekat, Arion memutuskan mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Caranya giman...