Alhamdulillah, kalo sudah sholat gue udah tenang
Aku yang sedang memakai sepatuku di depan mushola setelah sholat tiba-tiba di kejutkan dengan sodoran tangan berisi plaster.
"Ganti plasternya itu"
Sebelum aku terima aku pastikan dulu siapa yang memberikannya. Ternyata Kak Azril. Aku terima plester itu dan berterimakasih kepadanya kemudian berlalu.
Ku lihat jam tanganku, dan waktu sudah menunjukkan pukul 12.04, tinggal 26 menit lagi agenda selanjutnya di mulai. Sedangkan sanggaku belum makan siang.
Gawat
Aku segera menuju kapling dan mengecek masakan.
Bego lu vi!
Nasi yang seharusnya sudah matang, eh kok ini malah gosong tapi masih berwujud beras.
Masak pake panas ati nih berabe
Avi bengong bego-bego nyoy disana.Aku yang tak sempat untuk marah-marah, bergegas langsung mengambil alih tugas Avi.
"Harusnya lu bilang, kalo lu gabisa masak nasi pake tungku Avi"
Avi hanya diam menekuk kedua tangannya dan berpose selayaknya anak korban KDRT.
Gausah pake nangis plis
Aku memilih tidak melanjutkan omelanku, aku paham, Avi akan tertekan nantinya.
25 menit cukuplah
Untung saja, Avi sudah merebus air hingga mendidih, ini bisa mempercepat kematangan nasinya.
15 menit terakhir, semua anggota sangga sudah berkumpul. Mereka menyalahkan Avi karena ketidak bejusannya dalam memasak.
"Payah lu vi, kita mau kegiatan terus makan apa!? " Nana naik pitam melihat keadaan
"Iya vi parah lu" semuanya menjadi menyalahkan Avi.
Woy mending bantuin daripada ngoceh!
Memilih tidak melayangkan teguran dan diam. Tetap saja mereka tak ada yang bergegas membantuku, meski sudah melihat aku kerepotan. Semua hanya bisa menyalahkan Avi saja.
9 menit terakhir. Aku tengok nasi, ternyata sudah matang. Tanpa celemek atau apapun sebagai alas, aku angkat dandang panas berisi nasi itu. Segera aku keluarkan nasinya agar siap untuk dimakan bersama.
"Ayo makan" ajakku sambil mengipas-ipas nasi panas yang tadi.
Semuanya langsung mendekat, mengelilingi nampan berisi makanan seadanya. Iya, siang ini kami hanya makan nasi panas dan lauk buatan Avi yang keasinan.
Yek
Sebenarnya rasanya nano-nano, hmm nasi panas yang sudah terkontaminasi bau gosong itu segera kami lahap. Berhubung mau gimana lagi, daripada kelaparan dan gak ada tenaga. Masih untung Via mau mengambil alih tugas Celin yang seharusnya.
"Dalam hitungan ke sepuluh semua peserta harus sudah ada di lapangan giat! 10...9...."
Daebak!
Kak Eksan menginstruksikan dengan kejam kepada peserta lagi, padahal waktu masih tersisa sekitar 6 menitan.
Aku yang masih meneguk, melegakan tenggorokan dengan air jadi tersedak karena terburu-buru. Belum lagi, grusa-grusu teman-teman sesanggaku, yang membuat diri tak tenang macam di medan perang.
"Ayoo gii cepetan" Nana dan Avi serta yang lainnya menyeru dengan berkali-kali meninggalku.
"Ii... Iyaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖