Ke 10 Ada Pangeran di Pengeras Suara

4 0 0
                                    

Pukul 8.13 menit, Kak Tasya dan Kak Jalil masih sibuk ngeMC dari sepuluh menit yang lalu.

Seluruh peserta dan panitia berkumpul di pendopo untuk menyaksikan pagelaran seni dari peserta.

Suasananya cukup ramai dan terang, aku yang berada di pinggir pendopo kemudian mendongkak mencari sosok menyebalkan pujaan hatiku.

Sskk, Via menyikutku dengan keras, aku langsung menoleh ke arahnya. Dia mengendikkan dagunya ke arah seoarang cowok tampan berjaket hitam jauh di depan sana.

Senyumku spontan terukir melihat Kak Eksan berada di sana, dia duduk di sebelah pengeras suara sangat dekat dengan panggung mini ala-ala.

Kok gue deg degan ya

"Hihi malah jadi kasmaran nih Ugi haha" ledek Avi menyenggolkan lengannya kepadaku.

"Baiklah, untuk pembuka acara nih, kita dengerin suara merdu kak Ugi dengan iringan akustik dari Kak Avi, dengan lagu Asmara Tunas Kelapaaaa"

Hah

Kok gue

Kok jadi maju pertama

Sialan

Avi dengan semangat yang menggebu bangkit dari duduknya, menarik tanganku untuk segara bangkit dari sana.

Selepas berdiri mataku tertuju pada Kak Eksan, senyumnya terukir sambil memandangku.

Aaaaa

Siapa yang tak mabuk kepayang melihat senyuman tampan nan mempesona milik laki-laki itu. Matanya berbinar seperti bahagia sekali.Keketusan sedari tadi hempas langsung di malam ini.

Aku terpaku berdiri menatap Kak Eksan. Tak berapa lama tubuhku ditarik oleh Avi yang sudah menyebrangi beberapa larik peserta lain.

Huh

Sebenarnya aku NGEFLY. Tapi sudahlah.

Buk
Aku menyadarkan lamunanku dengan pukulan ringan di kepala.

Mikrofon yang tadinya di tangan Kak Tasya, dia ulurkan dan kini berpindah ke tanganku.

Nerves

Telapak tanganku meneluarkan cairan dan suhunya begitu dingin.Kursi yang aku duduki tepat menghadap Kak Eksan dengan senyum manisnya.

Huh, aku pejamkan mataku sejenak melepas semua pandangan yang begitu membuatku gerogi.

Jreng
Satu petikan Avi di akustik itu cukup mengisyaratkan aku untuk membuka persembahan kami.

"Selamat malam semuanya, "

"Malaaaam" semua isi pendopo menyahut tak terkecuali Kak Eksan.

"Tenda butuh tongkat untuk membantunya berdiri"

Ciccuiiiiit ayeeee

Rieuweh seketika dari semua teman seangkatanku dan kakak Laksana yang menyaksikan.

Nada-nada puitis dan kata-kata yang tiba-tiba muncul ini memaksaku untuk menguras otak agar tak buntu di dengar serta dilanjutkan.

"Tenda butuh tali untuk saling menguatkan,
Dan butuh pasak agar tertancap kuat dan meyakinkan.
Sepetiku yang selalu mendamba
Tak di beri tongkat
Tak diberi tali
Maupun pasak
Tapi... "

Semuanya hening dan menanti lanjutan dari prolog tadi.

Mampus

Otakku kehilangan inspirasi seketika melihat Kak Eksan yang juga tengah menyaksikanku disana.

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang