Tenda memang selalu membuat perlindungan untukku
Bu Pradana baru-Ugi
"Alhamdulillah " ucap Kak Nano setelah sampai ke puncak landai bukit samoan.
Alhamdulilah
Lega juga nggak di depan kak Eksan lagi.
Rasanya memang sangat lega, setelah beberapa puluh menit menjajaki jalan setapak berumput tinggi dan medan yang sedikit curam.
"Okee guys, boleh istirahatlah sebentar, ntar kalo sudah masuk waktu sholat bolehlah yang muslim menunaikan kewajiban" ujar bang Gata menyambung instruksi.
Iyaa, bang Gata itu non muslim, dia menganut agama Hindu. Beberapa diantara sahabat bang Nanopun ada yang Kristen seperti bang Sam dan bang Uno.
"Air gi" tawar Arman menyodorkan sebotol air mineral ke hadapanku.
"Makasih man, peka deh" sahutku berterimakasih padanya.
"Lu gimana sama kak Eksan? " tanya Arman melerai keheningan di antara kami.
"Nggak gimana-gimana kok, aman" sahutku santai terhadap Arman.
Kami memang macam terasingkan, menatap tim yang terdiri dari abang-abang dan kakak-kakak yang usianya terlampau tua daripada kami. Obrolan merekapun sedikit tidak merakyat, khususnya untukku, Arman dan Kuri.
Suhu mulai membeku, kabut-kabut gunung mulai datang. Bukit samoan memang berada di kawasan dataran tinggi, sehingga desanyapun meski tak di bukit, tetap akan dilanda kabut.
"Eh ayo Ugi, Arman sholat dulu" ajakan Kak Eksan kepada kami.
Aku hanya tertegun menanggapinya, hingga senggolan Arman ke lenganku menyadarkanku dan bangkit untuk mengambil wudhu.
Terlihat beberapa tenda dome sudah berjejer rapi membentuk formasi U. Abang-abang sahabat Bang Nano memang sangat joss dalam membangun tenda. Di tinggal sholat sekitar lima menitan saja sudah terbangung 3 tenda menuju 4 tenda.
"Uwuu hebat abang-abang, lima menitan aja udah rampung 3 tenda" teriakku sembari mendekati dan membuka tenda yang masih rapi di dalam wadahnya.
"Biasa aja Ugiii gembul" sahut bang Uno meledekiku
"Hah, kok gembul sih bang? "
"Iyaa suka aja gitu hehe"
Perbincangan-perbincangan seperti itulah yang mampu menghangatkan suasana ini.
Kami segera membagi tugas untuk menyelesaikan tenda-tenda dan mengumpulkan ranting-ranting untuk membuat api malam nanti.
"Gue bantu elu ya" suara itu membuatku menoleh ke arahnya
Terpancar senyum manis kak Eksan di ujung pandanganku. Oh baiklah. Ini Cukup membuatku salah tingkah.
Tanpa jawaban dariku, kak Eksanpun langsung mengambil bagian-bagian yang perlu.Kemudian kami mulai menyiapkannya dan sesegera mungkin mendirikan tendanya.
"Oke siap" teriakku setelah tenda dome kapasitas dua orang berwarna kuning itu berdiri dan siap di huni.
"Oiya gi, gue boleh tanya nggak sama lu? " tanya kak Eksan sedikit sungkan.
"Emm boleh aja si, yang penting jangan tanya tentang hukum newton atau integral atau limit fungsi emmm jangan juga trigonometri " emang sengaja aku ingin membuatnya kesal, dan akhirnya dia pergi dariku hmm.
Sebab aku bisa mati akibat salah tingkah kalau dia tetap disini. Namun, usahaku membuatnya kesal ternyata gagal. Sekarang dia malah terkekeh akibat perkataanku tadi.
"Tapi sayang" perkataannya terhenti, membuatku menoleh ke arahnya.
Setelah aku menoleh ke arahnya dia semakin terkekeh lebar, ya aku tau ini bagian dari pranknya lagi.
"Tapi sayang, gue nggak nanyain masalah itu" ujarnya melanjutkan yang tadi dengan tetap terkekeh.
Duarrr
Satu ranjau yang ia pasang berhasil meledak setelah aku masuk perangkapnya. Ku pikir dia memanggil sayang, karna memang nadanya juga bukan seperti lanjutan kalimatnya. Huh. Kesal sekali.
Lagi-lagi aku lalai, membiarkanku terjebak dalam perangkapnya dan menjadi bahan pencetus tawanya. Pipiku memerah senada dengan panggilan tapi sayang, yang ku rasa itu untukku tadi, tapi ternyata cuma prank.
"Apa? Tanya apa? " mungkin pertanyaan itu adalah bagian dari strategi ngeles dariku.
"Hmm, kenapa elu suka warna kuning? " tanyanya melanjutkan
"Kok tau lu tau sih kak, gue suka warna kuning?" ini refleks keluar dari mulutku. Padahal seharusnya aku tidak menanyakan pertanyaan macam itu.
"Kok tau? Ya tau lah. Casing hp warna kuning, sepatu, kombinasi kuning, surat origami, kuning, ini juga tenda lu kan, kuning juga, pas gue nginep di rumahlu, hampir semua jemuranlu juga warna kuning" penjelasannya ini cukup membuatku mengira dia mengintai-intai jemuranku.
Jemuranku?
What!
Yang ada di pikiranku saat itu adalah tentang jemuran dalaman-dalaman.
Apa dia juga liat itu
Ya Allah
Matilah akuu
"Emmm lu mikir apa si? " seketika aku langsung menggeleng kepala cepat.
"Gue suka kuning karena kuning itu hangat. Like this sun" memandang ke langit yang saat itu tidak nampak matahari.
"Like this sun but sekarang kabut " cetusnya meneruskan
"Hehe iya" menggaruk kepala ringan dan pasang senyum kuda.
Dari sanalah aku tersadar, kalau jaket yang kak Eksan kenakan adalah jaketku.
Baru saja ingin aku tegur, dia sudah di panggil bang Nano dan di beri tugas. Emm biar nanti malam aja aku tanyakan kepadanya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖