Ke 27 Persembahan Sebelum Terkahir

5 0 0
                                    

Subuh sudah usai, kegiatan selanjutnya masih terlampau lama dari sekarang, aku mencari Romi untuk membicarakan persembahan terakhir yang sudah kami rencanakan matang-matang.

Dan belum juga jarum jam menunjuk ke angka 6 kami sudah bersiap dengan segala atribut dan tanda pangkat yang sebentar lagi akan di ganti.

Kami berdua menginstruksikan seluruh anggota untuk bersiap memberikan persembahan itu. Setelah formasi selesai, kamipun memohon izin kepada Kak Alvin dan Kak Tasya agar semua laksana bisa menyaksikan mereka mau dan berkumpul menyaksikan kami.

Kaca-kaca air mata terlihat membendung di mata mereka, bahkan ada yang sudah lolos dari bendungannya mengalir di pipi dan membuat sebuah tangisan.

"Terima kasih kakak"

Kalimat terima kasih itu menjadi penutup dari pertunjukan kami, mereka bertepuk tangan dan menghapus air mata haru mereka.

Kamipun memberikan bunga kepada yang sesuai jabatannya masing-masing.

"Ini untuk Kak Tasya, terimakasih pengajarannya selama ini"

Aku sodorkan sekuntum mawar merah yang sedikit layu itu.Hal ini membuatnya tak bisa berkata-kata lagi dan dipeluklah aku dengan kedua tangannya erat-erat.

"Makasih Ugi" sambil menangis

Kamipun tak bisa membendung tangis ini, cukup terharu kali ini.

...

Untuk kebersamaan penutup bersama pangkat kami, pagi ini kami menyantap makan pagi kami bersama-sama. Sebungkus nasi uduk, menjadi makanan yang sangat mewah untuk kami santap pagi ini.

Setelahnya kami membongkar tenda masing-masing dan persiapan upacara pelantikan tentunya.

Hampir semuanya terdiam tanpa suara, mengepaki peralatan kami dan menaruhnya di parkiran bumi perkemahan.

"Mohon perhatian, seluruh peserta di harapkan segera berkumpul untuk melaksanakan adat pelepasan pusaka ambalan"

Suara itu cukup membuat hatiku takut. Kenapa takut?. Iya, aku takut kehilangan mereka kakak Laksana yang sudah banyak memberikanku pengajaran.

"Ayo gi, ayo semuanya" Romi mengulurkan tangannya kepadaku

Aku terima uluran tangannya dan bangkit dari dudukku menuju ke lapangan giat.

Terlihat sebuah meja dengan dua benda pusaka yang kami istimewakan disana.

Ya, sebuah keris dan sebuket bunga abadi edelweis.

Kami berbaris sesuai formasi dan khusus aku dan Romi ada di posisi tersendiri.

Kamipun mulai melaksanakan prosesi pelepasan pusaka ambalan yang diawali dengan giliran kesempatan terakhir untuk menciumnya.

Setelah itu aku dan Romi maju untuk menerima kedua pusaka itu.

"Kami serahkan pusaka ini kepada kalian, jangan di rusak, jaga kehormatannya, benda ini memang tak akan ada apa-apa dan juga tidak ada harganya, tapi selama ini peluh kami mempertahankan ambalan merekalah yang menjadi saksi" ucap Kak Zidan dan Kak Kayla sebagai dewan adat.

Kami menjulurkan kedua tangan, menerima pemberian benda pusaka itu. Seketika tanganku menggigil kedinginan. Itu bukan karena adanya daya magic atau apapun, hanya saja yang boleh memegang pusaka itu hanyalah sepasang pradana dan sepasang dewan adat.

"Kami terima pusaka ini, akan kami jaga kehormatannya, dan mereka yang akan menjadi saksi peluh kami meneruskan perjuangan kakak-kakak sekalian"

Tesss, mengalirlah air mata Romi di pipinya, begitupula aku, kak Kayla dan Kak Zidan. Langitpun menggelap seketika.

Kami kembali meletakkan pusaka itu di meja kehormatannya. Tak lama kemudian gladi upacara pelantikan dilaksanakan.

"TKU kalian mana? " tanya kak Eksan kepadaku dan kepada Romi.

Kami memberikannya tak lama-lama. TKU itu ia bawa untuk di letakkan di sebuah baki, supaya nanti di sematkan oleh yang melantik.

Gladi telah usai, terlihat Kak Eksan dan Kak Zidan membawa sebuah bak yang berisikan air dengan taburan kembang sebagai media pengesahan kami nantinya.

Upacara dimulai, rasa hatiku semakin menegang, terlihat ketegangan pula di wajah Romi.

"Penyematan Tanda Kecakapan Umum sekaligus sumpah jabatan... "

Huuuh

Detak jantungku semakin berpacu, rasanya aku tak mau tapi mau bagaimana lagi.

Derap langkah kami mantap, dengan formasi 4 banjar satu saf, Kak Alvin, kak Tasya, Romi dan Aku.

Sesampainya di hadapan pembina, kami di berikan tanya jawab singkat mengenai pertanggungjawaban kelak.

"Apakah kakak siap di lantik menjadi Laksana? "

"Siap,iya"

"Apakah kakak siap bertanggungjawab atas pangkat dan jabatan kakak kelak? "

"Siap,iya"

"Apakah kakak bersedia mengutamakan kepentingan pribadi untuk kepentingan bersama? "

"Siap, iya"
Pembina membalikkan selembar naskah itu.

"Baiklah maka ikuti kata-kata saya, Tri Satya"

"Tri Satya" kami mengikuti ucapan pembina dengan menggenggam kacu merah putih yang ada di dada dengan kedua tangan.Sedangkan putra menggenggam kacu dengan tangan kiri di letakkan di dada kanan dan tangan kanan yang menghormati bendera merah putih.

"Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh" lagi-lagi tes, terjatuh air mata kami.

"Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan Negara Republik Indonesia dan mengamalkan pancasila" suara kami sudah tak bisa terdengar biasa, semuanya teriringi oleh isak tangis.

"Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat"

"Menepati Dasa Dharma" titik-titik air mata ini bertambah kecepatan dalam meloloskan dirinya.

"Alhamdulilah, bissmillah dengan Nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang saya nyatakan kakak-kakak sekalian dilantik menjadi Dewan Ambalan Hamengkuwono-Malahayati masa bhakti 2017-2018"

Tok tok tok

Seketika tepuk tangan menghiasi lapangan upacara tersebut. Ada sedikit perasaan lega yang menghampiriku.

Kini Kak Alvin dan Kak Tasya maju selangkah untuk melepaskan segala atribut kehormatannya yang sudah bukan masanya lagi.

Aku tak memandanginya sama sekali, jujur aku tidak tega dan merasa tidak pantas mendapatkannya.

Kini aku dan Romi maju selangkah untuk di sematkan beberapa tanda kecakapan dan tanda jabatan

"Selamat ya,semoga amanah" ucapan pembina terhadap kami membuat kami menjadi lebih tegar dan harus bisa membuktikannya.

TKU di pundak kami yang bertuliskan Bantara kini berganti menjadi Laksana. Di bawah bagde nama kami pula yang biasa terlihat polos kini terpasangkan sebuah bagde dengan garis balok kuning dua sebagai tanda jabatan dan emblem penegak berwarna toska dengan lambang cikal berbalikan.

"Alhamdulilah"

Bersambung

*Pusaka Ambalan sebenarnya bukan hal yang mistik atau memiliki daya magic tapi pusaka ambalan adalah benda yang kami anggap sebagai pusaka. Pusaka Ambalan ini masing-masing ambalan pasti berbeda yaa, sesuai dengan sejarah pendirinya ambalan itu dulu.

Happy Reading 💖

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang