"Rapopo vi" jawabku memancarkan senyum.
"Ih geli gue liat senyum alay lu haha, ah udah lah tuh Kak Seli udah gedruk-gedruk mikrofon bentar lagi hitung mundur dah" sambil berlalu
Benar saja dugaan Avi benar, setelah aku dan Avi dampai di pendopo hitung mundur Kak Avi di mulai dari angka lima belas.
Akupun duduk mengambil tempat paling depan dan memastikan kegiatan apa sekarang.
Aku balikkan kartu kendali peserta yang di baliknya sudah ku selipkan jadwal.
Mataku menyusuri sebuah tulisan berawalan pukul berapa sekarang.
Emmmm
"Enam belas tiga puluh, transfer of knowlegde Kak Alvin dan Kak Eksan" gumamku lirih membaca jadwal itu.
Hitungan mundur Kak Seli belum terhenti, namun sudah 90% dari peserta menempati pendopo.
Beberapa menit kemudianpun acara di mulai.
Tapi..
Kak Bagus
Jadi dimana dia
...
Kak Eksan POV
"Vin, ini jadwal kita, udah sana lo balik ke buper aja, biar gue sama Tasya yang jagain ni anak" memegang pangkal hidungku yang terasa sedikit berdenyut.
"Oke san, ntar kalo ada apa-apa lu telpon gue aja langsung"
"Iya iya" sahutku
"Sa gue ke buper dulu, lu beli makn gih lu belum makan dari tadi" suruhnya kepada Tasya pacarnya itu.
Alvin berlalu menuju buper sendirian. Tinggalah aku dan Tasya yang sedari tadi pusing menghadapi kepingsanan Gita yang entah beneran atau enggak.
"Emang pertamanya gimana sih san kok sampe gini? "
"Panjang ceritanya, pokonya gue gedek sama ni anak!" mengepalkan tangan ke arahnya yang entah pingsan betulan apa tidak.
"Udah-udah lu istirahat dulu" pinta Tasya kepadaku.
"Oiya sya lu laperkan? Gue beli makanan dulu ya lu tungguin dia sampe bangun" aku berlalu meninggalkan Tasya dan Gita.
Sekembalinya aku ke posko kesehatan kecamatan yang tak berpenghuni, Gita terlihat sudah biasa-biasa saja.
"Lu udah bangun"
"Nih sya makanannya lu makan dulu gih, lu juga git, makan "
Tasya mengangguk dan membuka makanannya di sebelah Gita.
"Suapin Kak Eksan" pintanya manja kepadaku.
Aku berbalik kepadanya menatap tajam cewek itu.
Lu pikir gue siapa
Dasar bocah
Belum sempat mengeluarkan unek-unekku terhadapnya langsung, Tasya mendekat kepadaku dan membisikiku pelan.
"Suapin aja dulu, ntar kalo udah bikin dia baper sampe dia jawab apa aja yang lo tanyain, tipe-tipe kek dia sukanya begitu"
Huh
Aku
Suapin
Arrrgh
Beberapa suapan mendarat di mulut Gita. Rasanya sungguh tak ikhlas aku di buatnya. Bukan karena aku yang jahat tapi karena dia yang terlalu mohon maap nyosor kepadaku. Aku geli sungguh geli.
"Minum kak aku seret nih" pintanya lagi-lagi membuatku GELI.
Sabar Eksan
Sampe lu nemu jawabannya
Senyum palsu. Jelas sangat palsu senyum ini yang aku berikan kepada Gita. Rasanya sudah sepantasnya aku lempar dia ke jurang atau ke samudra hindia sekaligus.
Aku menanyakan ini itu ini itu secara beruntun dan oh ternyata begitu.
Kak Eksan POV End
...
Transfer Of Knowlegde, acara ini berhasil membuat sebagian dari kami terbuka otaknya 50%.
Ya, kita hampir saja mati kekurangan oksigen di otak akibat studi kasus yang Kak Bagus dan Kak Alvin berikan.
Tapi ada yang lebih memanaskan otakku sekarang. Ya. Apalagi kalo bukam si kutu kupret pujaan hatiku.
Dimana dia
Dimana dia
Dimana dia
Pertanyaan itu semakin bergeming di kepalaku hingga sukses membuatnya berdenyut-denyut.
"Bagaimana Kak Ugi apakah itu solusi yang terbaik? " tanya Kak YA tentang tanggapan studi kasus yang sedang di bahas.
"Saya setuju dengan Kak Eksan"
SAYA SETUJU DENGAN KAK EKSAN
Kata-kata itu sukses membuat suara jangkrik sore hari terdengar. Semuanya menjadi terngaga dan hah.
"Oh mengapa setuju dengan Kak Eksan, bahkan tak ada yang bisa mendengar sama sekali pernyataan Kak Eksan sekarang"
Mam pus!
"Ma-mak-sud saya Kak Eksan pernah bilang kepada saya bahwa, menjadi pemimpin adalah tanggyng jawab besar yabg tidak sekedar mengandalkan pangkat tetapi segenap otak, hati, nurani, perasaan, intinya jiwa dan raga begitu kak Alvin"
Plesetan yang bagus
"Betul sekali kata Kak Eksan ada yang mau menanggapi lagi" lempar pertanyaan dari Kak Alvin kepada teman-teman yang lain.
Huuh
Selamat
Jika tak ada pemikiran kritis ala ngeles bajajku itu. Mungkin aku sudah akan di hadapkan dengan bahaya lirikan maut Kak Prinka dan segenap fans Kak Eksan. Untung saja, Tuhan masih menyelamatkanku.
Ku pandang jam tangan yang seakan melambat detiknya. Kali ini kegiatan sangat menguras pikiranku dan waktunya pun cukup membuatku menghela nafas panjang berkali-kali.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖