Ke 43 Bersamamu? Haluku

3 0 0
                                    

Aku menerima uluran cangkir stainlesteel itu dengan kedua tangan.

"Awas panas" tegurnya kepadaku yang tidak merasakan apa yang dia katakan.

"Tangan gue dingin, jadinya ini hangat bukan panas" jawabku ketus kepadanya.

"Gue duduk sini ya" pintanya kepadaku, aku diam tak bersuara memilih untuk menggerutu dalam hati sendiri.

Lah ngapain minta izin segala

Duduk tinggal duduk

Kaya biasanya nggak main sabotase aja

Dia nampak masih berdiri di sisiku. Merasakannya dia yang tidak langsung duduk, akupun mendongkakan kepala kepadanya.Menatapnya dengan horor.

"Duduk tinggal duduk aja, dramatis banget si! "

Melihatku berlaku seperti itu, dia terkekeh geli sambil kemudian duduk di sebelahku. Jaraknya yang tidak terlalu jauh, membuatku mampu merasakan suhu tubuhnya.

"Emm lu kenapa si, sendirian disini? "  sepertinya pertanyaan itu tak perlu aku jawab.

Kamipun menghening, hanya terdengar canda tawa abang-abang dan yang lainnya di tenda tak jauh dari sini.

Aku menengok ke arah mereka, nampak banyak kebahagiaan terukir di wajah bang Nano dan sahabat-sahabatnya.

"Hmmm"

Terdengar dekheman cowok yang berada di sebelahku tepat, yang berhasil mengarahkan pandanganu beralih kepadanya.

"Lu tau ngga gi, gue seneng banget sekarang? " gumamnya pelan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang dia kenakan.

Aku menatapnya lekat-lekat dan tak bersuara sedikitpun. Garis wajah yang aku kenal betul dengannya, tapi nampak ada sesuatu yang tidak biasa.

"Lu tau kenapa? " tampak seperti menyadari tatapanku, diapun memutar kepalanya mengarah kepadaku disampingnya.

"Enggak tuh" jawabku menyembunyikan rasa penasaran sembari berpaling darinya.

Lain dengan biasanya, jantungku bahkan berdetak konstan tak menunjukkan kenaikan getaran apapun. Padahal orang yang ku kagumi hampir dua tahun itu, jelas ada disampingku sekarang.

Aku menyeruput perlahan secangkir kopi yang ia berikan. Tentu saja rasanya berbeda dengan kopi-kopi biasanya. Aku tidak menyangka dia tau kalau aku tidak suka minum kopi tanpa campuran, emm bahkan pernah dihitung berapa kali aku minum kopi dalam satu tahun, tak lebih dari lima kali.

"Eh kenapa si lu gak suka kopi? " tanyanya sembari menatap langit-langit yang bertabur beberapa bintang.

"Alasan, tidak ada alasan gur nggak suka kopi, hemm gue sendiri nggak terlalu tau sih" santai sekali.

Ini sungguh perbedaan yang sangat tampak, segala jenis keemosionalitas jiwa yang biasanya menggebu-gebu di hadapannya, sekarang menjelma menjadi ketenangan yang sangat membuatku nyaman.

Memejamkan mata, menikmati udara dingin yang menusuk, serta menggenggam secangkir kopi yang menghangatkan. Aku bahkan lupa terhadap orang yang ada di sampingku.

"Gue suka sama lu gi"

Mataku terbelalak lebar setelah mendengar kalimat itu. Detak jantung yang berjalan konstan kini melaju dan melejit drastis. Bahkan pipiku terasa panas dibuatnya.

Ku putuskan mengamati kak Eksan yang masih dalam posisi yang sama, menatap langit dengan segaris senyumannya. Dia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang baru saja mengungkapkan sederet kalimat itu.

"Gue suk-k-a sama lu?" tanyaku perlahan kepada cowok ganteng yang kali ini tampak naik levelnya.

Kak Eksan hanya melebarkan senyum mendengar pertanyaanku barusan. Dia masih menatap langit dan tidak menoleh sedikitpun.

Hal itu membuatku amat bingung.Selain di buat salah tingkah dan pede gila, dia juga membuatku hampir mati menahan malu. Ya, tentu saja, perkataannya tadi masih mengambang antara halu atau benar adanya, tapi aku sudah ceroboh menanyakannya duluan. Sungguh, ini membuatku malu kepayang.

Kok gue bego

Kenapa nanya gitu cobaa

Aaaaa

Bang Nano

Gue

Gue harus apa

Tolong

Tolong

Segelintir pertanyaan-pertanyaan ini halu atau real, menjadi top 1 di dalam benakku saat itu. Dan benar kejam manusia itu, suasana masih menghening dan tak ada klarifikasi apapun olehnya.

Krik krik krik

Suara jangkrik mengambil alih segala sisi dari keberadaanku dengannya saat ini.

Otakku sungguh berpikir keras bagaimana melesat pergi dari sisinya sekarang.Pertanyaan konyol dariku barusan memang bisa dikatakan bodoh, emmm bahkan sangat bodoh.

"Lu kalo suka sama gue bilang aja kali! "

Manusia berdarah dingin di sebelahku memulai kembali permainan cenayang dan kekutu kupretanya.

Lu kalo suka sama gue bilang aja kali

Lu kalo suka sama gue bilang aja kali

Lu kalo suka sama gue bilang aja kali

Kata-kata itu bergeming mengelilingi kepalaku yang tiba-tiba ngelag.Jika tak akan mempermalukanku, aku sudah berteriak kencang sedari tadi. Tapi aku tau hal itu akan semakin mempermalukanku di depan kutu kupret satu itu.

"Gue ke tenda dulu! "

Error. Otakku memang benar sudah error. Dari banyak kata-kata yang sudah terpikirkan, justru hal bodoh itu yang keluar dari mulutku.

Pada saat itu memang pergi sudah menjadi opsi paling bijak yang bisa dilakukan, meski efek sampingnya adalah memperlihatkan fakta bahwa aku menyukainya sesungguhnya.

Aku langsung berdiri dan menjauh dari tempat tadi, tanpa menunggu pengiyaan atau penidakan darinya.

Kak Eksan masih terpaku di sana, dengan posisi yang sama.

Bersambung

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang